Advertising

Wednesday 21 April 2010

Re: [wanita-muslimah] Kartini Bukan Pejuang Emansipasi

anak perempuanku malahayati. doaku semoga dia tidak bisa mawas diri terhadap
ideologi degil yang membuat manusia suka memusuhi manusia lainnya, dan
menghamba pada ideologi tertentu yang bisa membuat manusia merepresi makhluk
tuhan lainnya atas nama ugamak.

salam,
Ari


2010/4/21 H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>

>
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 473. Malahayati, RA Kartini, Publikasi dan Imajinasi Chusnul Mariyah
>
> Malahayati, jelas itu nama perempuan. Siapa dia? Tidak begitu dikenal umum.
> Mengapa? Hampir tidak pernah dipublikasikan melalui media bertulis maupun
> media bertayang. Saya yakin bahwa banyak di antara pembaca yang baru membaca
> namanya pada judul di atas. Malahayati hanya dikenal dalam lingkuangan
> terbatas, yaitu di Perhubungan Laut dan di TNI Angkatan Laut. Malahayati
> adalah nama sebuah kapal perang RI. Dalam kalangan sipil hanya dikenal
> sebatas Perhubungan Laut, yaitu nama sebuah pelabuhan di Aceh (jarang sekali
> termaktub dalam peta, jadi hanya dikenal sebatas oleh kalangan masyarakat
> Aceh saja).
>
> RA Kartini, siapa yang tidak kenal! Mengapa? Karena buah pikirannya berupa
> surat-surat yang dikirim kepada Ny. Abendanon di negeri Belanda tersebar
> oleh publikasi. Bahkan setiap 21 April diekspos oleh media bertulis maupun
> media bertayang, sering diiringi pula publikasi melalui media bernada:
> "Raden Ajeng Kartini puteri sejati. Putri Indonesia harum namanya.
>
> Imajinasi Chusnul Maria, apa itu? Chusnul Mariyah memberikan komentar
> (baca: imajinasi) tentang RUU Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darussalam yang
> memberlakukan Syari'at Islam. Bagaimana bunyi imajinasi itu? Bacalah The
> Jakarta Post, April 27, 2001. Begini bunyinya: "Experts warned House of
> Representatives legislators on Thursday of constitutional offenses resulting
> from the adoption of special autonomy status in Aceh, based on a bill
> currently being deliberated by the lawmakers. Chusnul criticized the
> possibility of implementing Islamic Law in the province, saying many
> problems would arise as a result. 'I am not against Islamic law, but we have
> to admit that such a law could lead to violence against women, who make up
> 75 percent of the whole Acehnese population,' Chusnul said."
>
> Demikianlah imajinasi Chusnul. Saya berani mengatakan imajinasi oleh karena
> pernyataan itu tidak bertumpu di atas Nash, yaitu Al Quran dan Al Hadits,
> dan juga tidak bertopang pada dunia empiris Kerajaan Aceh yang memberlakukan
> Syari'at Islam, sebelum penjajahan Belanda. (Perlawanan Aceh terhadap
> Belanda baru berakhir tahun 1937). Patut diduga (meminjam ungkapan Memo I)
> bahwa sungguh-sungguh (meminjam ungkapan Tap MPR) Chusnul menyangka bahwa
> "filosofi" media nada Sabda Alam: "Wanita dijajah pria sejak dulu" berasal
> dari Syari'at Islam. Maka ia berkata: "Saya tidak menetang Syari'at Islam,
> namun kita harus mengakui bahwa Syari'ah itu dapat menggiring ke arah
> kekerasan terhadap perempuan, yang meliputi 75% dari seluruh penduduk Aceh."
> Sudah sangat sering dipublikasikan bahwa menurut Nash, perempuan sangatlah
> dilindungi oleh Syari'ah. Oleh sebab itu akan dikemukakan dari segi
> empirisnya saja, seperti di bawah ini.
>
> ***
>
> Kerajaan Aceh dikenal dengan nama Samudra oleh Marco Polo, yang mengunjungi
> negeri itu dalam tahun 1292. Padahal Samudra hanyalah nama salah satu dari
> enam buah pelabuhan-niaga di bagian utara Kerajaan Aceh. Dari kata Samudra
> inilah berasal nama Sumatera. Pada tahun 1586, armada Angkatan Laut Kerajaan
> Aceh, yang panglimanya adalah seorang perempuan, yaitu Laksamana Malahayati
> menjerang Portugis di Malaka dengan kekuatan yang terdiri dari 500 buah
> kapal perang dengan 60,000 "marinir". (Seperti diketahui Malaka diduduki
> oleh Portugis sejak tahun 1511). Laksamana Malahayati tercatat pula memimpin
> perang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September
> 1599. Dalam buku "Vrouwelijke Admiral Malahayati", penulis wanita Belanda
> Marie van Zuchtelen menyebutkan bahwa armada ini terdiri dari sekitar 2000
> prajurit perempuan yang gagah, tangkas dan berani, yang terdiri dari
> janda-janda (inong bale) pahlawan yang telah tewas.
>
> Pada permulaan abad ke-20 tercatat dua pahlawan perempuan dari Kerajaan
> Aceh, yaitu Cut Nyak Din dan Cut Meutia. Sangatlah picik horison
> pengethuaannya kalau masih ada yang tidak kenal Cut Nyak Dhin. Eros Djarot
> telah memperkenalkannya melalui film berjudul Cut Nyak Dhin.(*) Akan halnya
> Cut Meutia, boleh jadi masih banyak yang belum pernah mendengar namanya.
> Ironis memang, bahwa Exxon Mobil Corp. yang mengolah gas alam (dari
> sumur-sumur gas alam di daerah Arun) menjadi gas alam dicairkan (liquefied
> natural-gas, LNG) jauh lebih dikenal dari Cut Meutia. Padahal daerah Arun
> ini menjadi medan tempur perlawanan gerilya Aceh terhadap Belanda pada
> permulaan abad ke-20. Di daerah Arun inilah Cut Meutia syahid dalam perang
> bersosoh dengan tentera Belanda rencong versus pedang, disaksikan dari atas
> dahan pohon oleh Teuku Raja Sabi, putera Cut Meutia yang masih bocah. Teuku
> Raja Sabi di bawah bimbingan ayah tirinya, Pang Nanggroe, meneruskan
> perlawanan gerilya hingga tahun 1937. Di Arun inilah berdiri rumah panggung
> Cut Meutia yang menjadi obyek wisata sejarah. Mudah-mudahan rumah panggung
> itu masih berdiri hingga dewasa ini.
>
> Dari dunia empiris Kerajaan Aceh tersebut menunjukkan bahwa Syari'at Islam
> memberikan hak yang sama, tak terkecuali hak untuk mendapatkan pendidikan,
> kepada laki-laki dan perempuan, alhasil tidak ada masalah gender.
> Perempuanpun dapat menjadi Panglima Angkatan Laut, pemimpin gerilya, jika ia
> terdidik dan kapabel untuk itu, seperti halnya dengan Malahayati, Cut Nyak
> Din dan Cut Meutia. Maka ucapan Chusnul di The Jakarta Port itu
> sungguh-sungguh imajinasi.
>
> ***
>
> Firman Allah SWT (demi keotentikan, transliterasi huruf demi huruf):
> -- A'ADLWA HW AQRB LLTQWY (S. ALMAaDt, 5:8), dibaca: I'dilu- huwa aqrabu
> littaqwa- (s. alma-idah), artinya:
> -- Berlaku adillah, (adil) itu lebih dekat kepada taqwa.
>
> Dalam konteks ini publikasi informasi diperintahkan Allah SWT supaya adil
> merata. Pahlawan perempuan, pendekar bangsa tidak hanya sebatas di Jawa
> saja, dalam arti di samping RA Kartini yang mulia harum namanya, pendekar
> bangsa, haruslah pula marak dipublikasikan pahlawan-pahlawan perempuan di
> luar Jawa. Keadilan bukan hanya dalam pembagian rezeki antara pusat dengan
> daerah, akan tetapi juga dalam hal martabat dan kemuliaan. WaLlahu A'lamu bi
> Al Shawa-b.
>
> *** Makassar, 6 Mei 2001
> [H.Muh.Nur Abdurrahman]
>
> http://waii-hmna.blogspot.com/2001/05/473-malahayati-ra-kartini-publikasi-dan.html
> -----------------------------
> (*)
> Dalam film itu tidak muncul nama Cut Meurah Gambang, anak Cut Nyak Dhien,
> yang meneruskan jihad melawan Belanda.
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "Floradianti Pamungkas" <florapamungkas@gmail.com<florapamungkas%40gmail.com>
> >
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>>
> Sent: Wednesday, April 21, 2010 13:59
> Subject: [wanita-muslimah] Kartini Bukan Pejuang Emansipasi
>
> Rabu, 21/04/2010 08:08 WIB
>
> Kartini Bukan Pejuang Emansipasi
> Andi Perdana G - suaraPembaca
>
>
> http://us.suarapembaca.detik.com/read/2010/04/21/080801/1342265/471/kartini-
> bukan-pejuang-emansipasi?882205470
>
> Jakarta - Tangal 21 April bagi wanita Indonesia adalah hari yang khusus
> untuk memperingati perjuangan RA Kartini. Tapi, sayangnya peringatan
> tersebut sarat dengan simbol-simbol yang berlawanan dengan nilai yang
> diperjuangkan Kartini (misalnya, penampilan perempuan berkebaya atau
> bersanggul, lomba masak, dan sebagainya yang merupakan simbol domestikisasi
> perempuan).
>
> Suara emansipasi pun terasa lebih kuat pada bulan April karena Kartini
> dianggap sebagai pahlawan emansipasi wanita. Terlepas dari keterlibatan RA
> Kartini sebagai pejuang dalam pemberdayaan perempuan di Indonesia
> emansipasi
> sebenarnya diilhami dari gerakan feminisme di Barat. Pada abad ke-19 muncul
> benih-benih yang dikenal dengan feminisme yang kemudian terhimpun dalam
> wadah Women's Liberation (Gerakan Pembebasan Wanita). Gerakan yang berpusat
> di Amerika Serikat ini berupaya memperoleh kesamaan hak serta menghendaki
> adanya kemandirian dan kebebasan bagi perempuan.
>
> Pada tahun 1960 isu feminisme berkembang di AS. Tujuannya adalah
> menyadarkan
> kaum wanita bahwa pekerjaan yang dilakukan di sektor domestik (rumah
> tangga)
> merupakan hal yang tidak produktif. Kemunculan isu ini karena diilhami oleh
> buku karya Betty Freidan berjudul The Feminine Mystique (1963). Freidan
> mengatakan bahwa peran tradisional wanita sebagai ibu rumah tangga adalah
> faktor utama penyebab wanita tidak berkembang kepribadiannya. Ide virus
> peradaban ini kemudian terus menginfeksi tubuh masyarakat dan 'getol'
> diperjuangkan oleh orang-orang feminis.
>
> Dalam perjuangannya orang-orang feminis seringkali menuduh Islam sebagai
> penghambat tercapainya kesetaraan dan kemajuan kaum perempuan. Hal ini
> dilakukan baik secara terang-terangan maupun 'malu-malu'. Tuduhan-tuduhan
> 'miring' yang sering dilontarkan antara lain peran domestik perempuan yang
> menempatkan perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dianggap
> sebagai
> peran rendahan. Busana muslimah yang seharusnya digunakan untuk menutup
> aurat dengan memakai jilbab (QS Al-Ahzab: 59) dan kerudung (QS An-Nur: 31)
> dianggap mengungkung kebebasan berekspresi kaum perempuan.
>
> Lalu benarkah RA Kartini dalam sejarahnya merupakan pahlawan emansipasi
> sebagaimana yang diklaim oleh para pengusung ide feminis?
>
> Andai Kartini Masih Hidup
> Dalam buku Kartini yang fenomenal berjudul Door Duisternis Tot Licht atau
> Habis Gelap Terbitlah Terang, RA Kartini saat itu menuliskan kegelisahan
> hatinya menyaksikan wanita Jawa yang terkungkung adat sedemikian rupa.
> Tujuan utama beliau menginginkan hak pendidikan untuk kaum wanita sama
> dengan laki-laki. Tidak lebih. Ia begitu prihatin dengan budaya adat yang
> mengungkung kebebasan wanita untuk menuntut ilmu.
>
> Kartini memiliki cita-cita yang luhur pada saat itu yaitu mengubah
> masyarakat. Khususnya kaum perempuan yang tidak memperoleh hak pendidikan.
> Juga untuk melepaskan diri dari hukum yang tidak adil dan paham-paham
> materialisme untuk kemudian beralih ke keadaan ketika kaum perempuan
> mendapatkan akses untuk mendapatkan hak dan dalam menjalankan kewajibannya.
> Ini sebagaimana terlihat dalam tulisan Kartini kepada Prof Anton dan Nyonya
> pada 4 oktober 1902 yang isinya,
>
> "Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak
> perempuan, bukan sekali-kali, karena kami menginginkan anak-anak perempuan
> itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya, tapi karena kami
> yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita
> lebih
> cakap melakukan kewajibannya; menjadi ibu, pendidik manusia yang
> pertama-tama."
>
> Menurut Kartini ilmu yang diperoleh para wanita melalui pendidikan ini
> sebagai bekal mendidik anak-anak kelak agar menjadi generasi berkualitas.
> Bukankah anak yang dibesarkan dari ibu yang berpendidikan akan sangat
> berbeda kualitasnya dengan mereka yang dibesarkan secara asal? Inilah yang
> berusaha diperjuangkan Kartini saat itu.
>
> Dalam buku tersebut Kartini adalah sosok yang berani menentang
> adat-istiadat
> yang kuat di lingkungannya. Dia menganggap setiap manusia sederajat
> sehingga
> tidak seharusnya adat-istiadat membedakan berdasarkan asal-usul
> keturunannya. Memang, pada awalnya Kartini begitu mengagungkan kehidupan
> liberal di Eropa yang tidak dibatasi tradisi sebagaimana di Jawa. Namun,
> setelah sedikit mengenal Islam. Pemikiran Kartini pun berubah, yakni ingin
> menjadikan Islam sebagai landasan dalam pemikirannya. Kita dapat menyimak
> pada komentar kartini ketika bertanya pada gurunya, Kyai Sholeh bin Umar,
> seorang ulama besar dari Darat Semarang, sebagai berikut:
>
> "Kyai, selama kehidupanku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan
> arti surat pertama dan induk Al Quran yang isinya begitu indah menggetarkan
> sanubariku. Maka bukan bualan rasa syukur hatiku kepada Allah. Namun, aku
> heran tak habis-habisnya, mengapa para ulama saat ini melarang keras
> penerjemahan dan penafsiran Al Quran dalam Bahasa Jawa? Bukankah Al Quran
> itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?".
>
> Demikian juga dalam surat Kartini kepada Ny Van Kol, 21 Juli 1902 yang
> isinya memuat, "Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat
> agama lain memandang agama Islam patut disukai."
>
> Selain itu Kartini mengkritik peradaban masyarakat Eropa dan menyebutnya
> sebagai kehidupan yang tidak layak disebut sebagai peradaban. Bahkan ia
> sangat membenci Barat. Hal ini diindikasikan dari surat Kartini kepada
> Abendanon, 27 Oktober 1902 yang isinya berbunyi, "Sudah lewat masamu,
> tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya
> yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, apakah Ibu sendiri
> menganggap
> masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu menyangkal bahwa di balik
> sesuatu yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama
> sekali tidak patut disebut peradaban?"
>
> Selanjutnya di tahun-tahun terakhir sebelum wafat ia menemukan jawaban atas
> pertanyaan-pertanyaan yang bergolak di dalam pemikirannya. Ia mencoba
> mendalami ajaran yang dianutnya, yaitu Islam. Pada saat Kartini mempelajari
> Islam dalam arti yang sesungguhnya dan mengkaji isi Al Quran melalui
> terjemahan bahasa Jawa, Kartini terinspirasi dengan firman Allah SWT (yang
> artinya), " ... mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada
> cahaya
> (iman) (QS Al Baqarah [2]: 257)," yang diistilahkan Armyn Pane dalam
> tulisannya dengan, "Habis Gelap Terbitlah Terang".
>
> Demikianlah, Kartini adalah sosok yang mengajak setiap perempuan memegang
> teguh ajaran agamanya dan meninggalkan ide kebebasan yang menjauhkan
> perempuan dari fitrahnya. Beberapa surat Kartini di atas setidaknya
> menunjukan bahwa Kartini berjuang dalam kerangka mengubah keadaan perempuan
> pada saat itu agar dapat mendapatkan haknya. Di antaranya menuntut
> pendidikan dan pengajaran untuk kaum perempuan yang juga merupakan
> kewajibannya dalam Islam. Bukan berjuang menuntut kesetaraan (emansipasi)
> antara perempuan dan pria sebagaimana yang diklaim oleh para pengusung ide
> feminis.
>
> Kini jelas apa yang diperjuangkan aktivis jender dengan mendorong perempuan
> meraih kebebasan dan meninggalkan rumah tangganya bukanlah perjuangan
> Kartini. Sejarah Kartini telah disalahgunakan sesuai dengan kepentingan
> mereka. Kaum Muslim telah dijauhkan dari Islam dengan dalih kebebasan,
> keadilan, dan kesetaraan jender.
>
> Refleksi perjuangan Kartini saat ini sangat disayangkan karena banyak
> disalahartikan oleh wanita-wanita Indonesia dan telah dimanfaatkan oleh
> pejuang-pejuang feminisme untuk menipu para wanita. Agar mereka beranggapan
> bahwa perjuangan feminisme memiliki akar di negerinya sendiri yaitu
> perjuangan Kartini. Mereka berusaha menyaingi laki-laki dalam berbagai hal
> yang kadangkala sampai di luar batas kodrat sebagai wanita.
>
> Tanpa disadari wanita-wanita Indonesia telah diarahkan kepada perjuangan
> feminisme dengan membawa ide-ide sistem kapitalisme yang pada akhirnya
> merendahkan, menghinakan derajat wanita itu sendiri. Sebagai contoh tidak
> sedikit perempuan lebih rela meninggalkan suami dan anaknya untuk menjadi
> TKW, misalnya, meskipun nyawa taruhannya. Ribuan kasus kekerasan terhadap
> mereka terjadi.
>
> Mereka disiksa oleh majikan hingga pulang dalam keadaan cacat badan.
> Bahkan,
> di antaranya ada yang akhirnya menemui ajal di negeri orang. Sebagaimana
> yang dialami derita seorang TKW asal Palu, Susanti (24 tahun), yang kini
> tak
> bisa lagi berjalan karena disiksa majikannya. Sementara itu di Kabupaten
> Cianjur Jawa Barat kasus trafficking dan KDRT tercatat 548 kasus. Tidak
> sedikit dari mereka menjadi korban dan dipekerjakan sebagai pekerja seks
> komersial (PSK).
>
> Fakta-fakta tersebut setidaknya memberikan gambaran kepada kita bahwa
> sistem
> kapitalisme telah gagal dalam memuliakan wanita. Karena itu upaya
> meneladani
> perjuangkan Kartini seharusnya bukanlah kembali pada ide-ide feminis dengan
> membawa ide kapitalisme yang absurd melainkan kembali pada sistem syariah
> Islam yang dalam rentang masa kepemimpinannya selama 13 Abad mampu
> memposisikan wanita pada kedudukannya yang teramat mulia. Maka wajar bila
> desas desus diskriminasi perempuan ketika diterapkan syariah Islam secara
> kaffah tidak pernah terdengar.
>
> Sekarang sudah saatnya baik laki-laki dan perempuan berjuang untuk
> menerapkan sistem syariah Islam secara kaffah sebagai wujud ketaqwaan kita
> kepada Allah SWT. Karena hanya dengan sistem syariah Islam saja wanita
> dimuliakan. Karena itu saatnya habis gelap terbitlah Islam dengan syariah
> dan khilafah.
>
> Andi Perdana G
> Pengamat Perikanan Bidang Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakutas
> Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Ketua MT Al-Marjan FPIK IPB 2007-2008
> email: pangeran.futuhat@gmail.com <pangeran.futuhat%40gmail.com>
> web: http://almarjan.wordpress.com/
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment