Advertising

Tuesday 18 May 2010

[wanita-muslimah] Buku Adalah Jendela Dunia

 

http://www.riaupos.com/new/berita.php?act=full&id=74&kat=11

Refleksi Hari Buku Nasional, 17 Mei)
Buku Adalah Jendela Dunia
Oleh Bambang Irawan
17 Mai 2010

BUKU merupakan hal penting bagi kita, dengan buku kita bisa mempelajari banyak hal yang tidak kita ketahui sebelumnya.

Buku memberikan pencerahan dan segudang ilmu berharga bagi siapa saja yang dapat mengeksplorasinya dengan baik sekaligus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dunia begitu luas dan kita dapat menikmatinya lewat buku, oleh karena itu buku sering dikatakan sebagai jendela dunia. Jendela dunia akan semakin terbuka lebar kalau kita sering membaca.

Sebuah buku mampu mengungkapkan sesuatu, menggambarkan seseorang dan menceritakan selaksa peristiwa dalam rangkaian sejarah kehidupan. Buku memberikan banyak pengetahuan, inspirasi, dan pencerahan.

Dengan membaca buku, kita bisa menjelajahi dunia, melahirkan karya bahkan mengubah peradaban. Karya-karya tulis terbaik dunia, bisa kita nikmati lewat buku dan kita mendapat pencerahan karena isinya bermutu.

Bahan kitab-kitab suci pun yang tadinya berupa suhuf-suhuf atau lembaran yang disucikan dan terpisah pada daun lontar akhirnya bisa kita baca dalam bentuk buku. Buku memberikan kita banyak pengetahuan. Dengan membaca satu buku, kita bisa mendapat banyak pengetahuan sekaligus.

Belum Melek Huruf
Menurut penelitian sebuah lembaga dunia terhadap daya baca di 41 negara, Indonesia berada di peringkat ke-39. Di sisi lain, menurut laporan Bank Dunia, No 16369-IND dan studi IEA di Asia Timur, tingkat membaca anak-anak dipegang Indonesia dengan skor 51,7 di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), dan Singapura (74,0).

Minimnya daya baca masyarakat di satu sisi memang tak lepas dari ketidakmampuan mereka untuk memahami sebuah teks, alias melek huruf. Pada orang dewasa saja (di atas 15 tahun), menurut data Depdiknas terbaru, ada 15,5 juta atau 9,20 persen yang belum melek huruf.

Minat baca yang sejatinya kian ditingkatkan untuk menambah wawasan dan membuka jendela dunia, kalah dengan gemerlapnya metropolitan umumnya generasi muda gandrung terhadap hal-hal yang bersifat praktis dan pragmatis. Membaca buku seakan dianggap sebagai agenda sampingan. Maka itu, tak mengherankan apabila mereka tidak memiliki daya berpikir yang logis kritis dan transformatif.

Banyaknya masyarakat dan generasi muda yang belum melek huruf adalah indikasi proyek pendidikan di bangsa ini masih dilematis. Artinya, kalau selama ini banyak siswa dan siswi yang mendapat prestasi dan penghargaan dari luar negeri karena kecakapan dan keterampilan mereka, kenapa di kalangan akar rumput masih ada yang belum melek huruf. Itulah fenomena yang memprihatinkan bagi proyek pendidikan nasional.

Ketimpangan antara si kaya dan si miskin sudah mendarah daging dalam jagat pendidikan. Akhirnya untuk belajar membaca saja tidak terjangkau bagi kalangan kelas bawah. Maka dari itu, sudah semestinya upaya pemberantasan melek huruf digalakkan dengan mengubah pola proyek pendidikan yang dulunya masih berbasis duit pada arah yang lebih berbasis kerakyatan.

Proyek itu tidak hanya digencarkan dalam ranah pendidikan formal, tetapi yang terpenting dan terutama adalah proyek pendidikan nonformal. Apalagi buta huruf benar-benar mewabah di kalangan orang dewasa dan orang tua.

Makanya, untuk masuk pendidikan formal yang penuh dengan segala aturan dan struktural tidak memungkinkan. Yang paling strategis dan memungkinkan adalah pemberantasan buta huruf lewat jalur pendidikan nonformal.

Bagi masyarakat yang sudah melek huruf, tapi tergerus oleh gemerlapnya metropolitan tidak ada jalan yang paling sublim untuk mendongkrak kecintaannya terhadap buku kecuali dengan mengembalikan kesan pentingnya buku dalam proses transformasi sosial kebangsaan.

Membaca buku adalah ijtihad transformatif menjadi suatu kesan yang harus dikembalikan pada seluruh khalayak umum. Beberapa sifat buku yang menurut penulis patut menjadi alasan untuk kita mencintainya: Pertama, karena buku selalu up to date. Walaupun buku telah berumur puluhan bahkan ratusan tahun, tapi buku selalu menyimpan informasi yang akurat sebagai media untuk mengetahui data peradaban yang ada saat itu.

Kedua, karena buku selalu kaya dengan imajinasi. Membayangkan apa yang tertulis di buku membuat kita seperti membangun imajinasi versi pikiran kita sendiri. Mengajak diri kita untuk berkreasi dengan menenggelamkan diri dalam alur atau setting yang terdapat dalam buku. Itu menjadikan kita belajar untuk mengerti dunia lain yang sebelumnya tak pernah terpikir oleh kita.

Ketiga, dengan membaca buku dapat membuat kita tergerak untuk menulis. Mendeskripsikan sesuatu hal menurut kacamata kita sendiri. Menulis membuat kita bebas menciptakan dunia yang ingin kita bangun. Kita bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan.

Dan menulis adalah sarana yang paling efektif dalam mengungkapkan perasaan. Juga bisa menawarkan pemikiran baru pada orang lain.

Begitu juga sebaliknya, ketika buku sudah dianggap kata benda yang tak berarti, sungguh kejam perbuatan kita.

Sebagaimana Joseph Brodsky yang dikutip Anton Kurnia (2005) mengatakan membakar buku adalah kejahatan, tetapi ada yang lebih jahat daripada membakar buku, yakni tidak membaca buku. Pernyataan ini cukup tegas dan lugas dalam mengkampanyekan betapa pentingnya membaca buku hingga akhirnya memberi predikat bahwa orang yang paling kejam dan paling jahat adalah yang tidak membaca buku.

Terakhir, dalam konteks itulah perpustakaan yang menjadi gerbong buku sekaligus jendela peradaban harus lebih memproyeksikan bagaimana masyarakat dapat mempunyai daya baca yang cukup tinggi.

Apalagi sekarang kita lihat di Pekanbaru sudah berdiri Gedung Perpustakaan Soeman HS yang merupakan salah satu gedung pustaka termegah di Indonesia dan untuk membangun pustaka megah ini tidak sedikit APBD Riau disalurkan. Hal ini tidak lepas dari komitmen Riau untuk mengentaskan buta huruf dengan membangun monumen pustaka yang mirip dengan buku. Tugas semacam itulah yang mesti mendapat perhatian dan proyeksi awal dari perpustakaan.

Dengan tingginya minat baca masyarakat, otomatis wawasan dan pengetahuan pun kian bertambah. Karena itu, daya berpikir kritis, logis, dan transformatif lambat laun akan tumbuh. Selamat Hari Buku Nasional, 17 Mei 2010.***

Bambang Irawan, Pengurus DEMA dan Mahasiswa FDIK UIN Suska Riau

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment