Advertising

Saturday 24 July 2010

Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

 

Abah HMNA,

1) apakah ada dalil naqli yang menjelaskan bahwa menerima iman itu tanpa melibatkan aqal, bukankah banyak al qur'an itu menganjurkan supaya : ...... afala atau la'allakum ta'qilun/tatafakkarun/ta'lamun dsb atau .............. inna fii zalika laayatun li ulil albab atau ulil abshar dsb dsb ??. Rasa-rasanya hanya doktrin komunis saja yang menuntut warganya untuk menelan dan menerima dogma tanpa boleh bersikap kritis menggunakan aqal. Kalau mengesampingkan aqal berarti tidak mukallaf dong, bukankah orang yang menjadi terbebani kewajiban syari'at adalah salah satu syaratnya adalah orang tsb haruslah beraqal sehat ??

2) Ada sebuah riwayat yang menyebutkan kisah seorang perampok yang membunuh 99 orang di saat kegalauannya dia mencoba tobat dan mendatangi berbagai ulama' yang diharapkan dapat membantu dirinya keluar dari kemelut jiwanya yang goncang dan tentunya ingin kembali ke jalan yang benar. Namun ketika curhat kepada salah seorang ulama' dia mendapat jawaban yang justru membuat batinnya makin gelisah, karena menadapat jawaban, "taubatmu tidak diterima karena dosamu sudah keterlaluan alias melampau batas normal", maka sang penjahat ini membunuh sang ulama' tsb sehingga genap total yang dibunuh berjumlah 100 orang. Wal hasil diapun menemui ajal sebelum tobat sesuai tuntunan syar'i.

Disebutkan pula dalam riwayat tersebut, setelah malaikat pencabut nyawa menjalankan tugasnya, malaikat penjaga neraka dan malaikat penjaga syurga saling mengklaim bahwa sang penjahat (atau mantan penjahat) tsb masuk neraka apa syurga. Malaikat jibril diriwayatkan menengahi perseteruan tsb yaitu dengan cara menyuruh kedua malaikat yang berebut tsb supaya mengukur jarak perjalan si penjahat saat menemui ajal dengan tujuan yang dia tempuh. Akhir kisah ternyata sang penjahat tsb lebih dekat ke masjid (niat yang hendak dituju) dibanding jarak tempat maksiat (tempat membunuh orang terakhir). Sehingga diputuskan si penjahat tsb masuk syurga. (mohon koreksi atas kebenaran riwayat tsb).

Apa tanggapan abah HMNA atas kisah tersebut berkaitan dengan sikap skeptis, bukankah sang penjahat yang berniat tobat tersebut mencari pencerahan dari seorang ulama' yang ternyata jawaban tsb meragukan batin dia yang bergejolak alias si penjahat tsb bersikap skeptis pada keterangan ulama' tsb. Semoga analagi ini pas,

Dengan sopan saya memohon koreksi dari member WM sekalian :)

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- Pada Sab, 24/7/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id> menulis:

Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
Judul: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 24 Juli, 2010, 5:16 PM

 

----- Original Message -----

From: "Abdul Muiz" <muizof@yahoo.com>

To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>

Sent: Saturday, July 24, 2010 11:59

Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

Saya kok gak merasa ada yang bertentangan atas apa yang saya tulis, bahwa pada batas-batas tertentu boleh saja skeptis pada iman perlu saya klarifikasi demikian ;

Iman itu kan percaya pada semua yang datang dari Allah, yang datang dari Allah itu kan secara verbal ya yang tertulis di kitab suci, tetapi yang non verbal itu kan banyak ayat-ayat ilahi yang bertebaran di jagat raya sehingga perlu effort untuk menguak banyak misteri.

#################################################################################

HMNA:

Saya cuplik dari Seri 004:

Memang benar, Iman itu kan percaya pada semua yang datang dari Allah. Yang datang dari Allah itu adalah ayat Qawliyah (ayat verbal, Al-Quran) dan ayat Kawniyah (ayat kosmologik, ayat non-verbal), yaitu physical world, alam syahadah, universe. Ayat Qawliyah adalah obyek iman dan ayat Kauwinyah adalah obyek ilmu.

Sikap kita harus skeptik, jika kita menghadapi obyek ilmu. Skeptik berarti ragu, tidak menolak, tetapi belum menerima, dan sebaliknya tidak menerima, tetapi belum menolak. Sikap ragu itu akan berakhir dengan menerima, atau menolak, tergantung hasil jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut: Betulkah begitu? Apa fakta-fakta yang menguatkan pembuktian itu?

Sebalikanya, kita tidak boleh bersikap skeptik terhadap obyek iman. Terhadap apa yang harus diimani, akal kita tidak boleh bertanya seperti rentetan pertanyaan dalam berilmu di atas itu.

###############################################################################

Maka untuk percaya itu tidak cukup hanya menelan dan menerima iman saja tanpa melibatkan aqal, karena pesan ilahi yang verbalpun bisa memiliki banyak penafsiran atau pemahaman, ada pemahaman ala sunni, ala syi'ah, ala muktazilah dsb dsb.

############################################################################

HMNA:

Betul sekali, ayat Qawliyah (verbal) bisa memiliki banyak penafsiran atau pemahaman. Akan tetapi penafsiran atau interpretasi dari ayat Qawliyah itu tidak bertitik tolak dari sikap skeptis (meragukan) akan kebenaran ayat Qawliyah tsb, melainkan bertitik tolak dari keimanan (sama sekali tidak meragukan, sama sekali tidak skeptis) akan ayat Qawliyah tsb. Penafsiran itu tujuannya untuk menjelaskan makna ayat Qawliyah, bukan untuk membuktikan kebenaran ayat Qawliyah tsb. Jadi harus dapat dibedakan antara sikap skeptis yang menghendaki pembuktian dengan sikap menerima kebenaran tanpa pembuktian dalam hal penafsiran.

############################################################################

Makanya Iman kepada 6 perkarapun sebenarnya menyisakan pertanyaan yang beraneka ragam, terutama yang menyangkut persoalan furu' atau cabang bukan persoalan ushul atau pokok. Contoh misalnya kabar mengenai turunnya nabi isa pada saat menjelang kiamat adalah persoalan iman tetapi ada yang percaya dan ada yang tidak. Semua sepakat bahwa yang percaya atau tidak perihal turunnya Nabi Isa pada saat menjelang kiamat tidak akan mengubah predikat keimanan seseorang.

###############################################################################

HMNA:

Percaya atau tidak perihal turunnya Nabi Isa pada saat menjelang kiamat tidak akan mengubah predikat keimanan seseorang, karena kedudukan Hadits ttg turunnya Nabi Isa adalah Hadits Ahad dan telah disepakati bahwa yang bisa dijadikan dalil dalam hal aqidah adalah Hadits mutawatir (kolektif).

Selanjutnya kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan saya sampaikan sekedar menambah info bahwa iman itu perlu effort untuk meraih dan mencapainya. Iman itu tidak tiba-tiba nongol di hati begitu saja tanpa melalui proses, nah proses itu adalah berangkan dari dzon atau prasangka yang tidak lain adalah skeptis itu yang tidak boleh berhenti pada level dzon maka perlu dilanjutkan dengan ainul yaqin, diupgrade terus hingga mencapai yang namanya haqqul yaqin.

##############################################################################

HMNA:

Saya sudah kemukakan dalam postingan lalu, bahwa berbahaya sikap skeptis demikian itu terhadap obyek iman, karena ajal di tangan Allah. Kalau sementara dalam keadaan skpetis lalu meninggal dunia, maka matinya dalam keadaan menyangsikan Kebenaran wahyu Allah, dan itu kematian yang celaka. Semua orang yang waras tentu menginginkan dalam keadaan husnul khatimah tatkala menjelang maut.

######################################################################################

Tentang kisah Nabi Ibrahim saat meminta kepada Allah supaya diperlihat bagaimana Allah menghidupkan orang mati (QS 2:260) menunjukkan bahwa Ibrahim sedang dilanda kegundahan spiritual sehingga meskipun ia sudah merasa beriman tetap meminta bukti, ini ada unsur skeptis bagaimana Allah menghidupkan orang mati, makanya Allah bertanya "apakah kamu belum percaya" yang dijawab oleh Ibrahim, " balaa yang artinya benar, akan tetapi agar bertambah tetap (tathmainna) hati saya" ini kan menunjukkan bahwa ada unsur skeptis yang berlanjut pada pembuktian sehingga tercapailah apa yang dinamakan haqqul yaqin itu. Allahpun menjawab kegundahan Nabi Ibrahim ini dengan kisah burung tersebut. Seharusnya kalau tidak skeptis alias gundah tersebut ya Allah tidak perlu menunjukkan dan memerintahkan dengan melibatkan cerita burung tersebut.

#################################################################

HMNA:

Itu bukan sikap skeptis, melainkan sikap haqqa tuqatihi.

#################################################################

Tentu saja kalau sudah diinformasikan Allah petunjuk yang jelas kemudian ditolak atau masih meragukan hingga ajal tiba itulah yang disebut su'ul khotimah alias bukan khusnul khotimah.

Mohon maaf kalau pengalaman spiritual para nabi yang berangkat dari kegundahan saya sebut sebagai "skeptis"

##############################################################################

Saya tidak menyangkal bahwa SEBELUM menjadi nabi Nabi Idrahim bersikap skeptis terhadap keyakinan kaumnya (termasuk) ayahnya ada yang menyembah bintang, bulan dan matahari. Keyakinan kaumnya itulah disikapi dengan skeptis oleh pemuda Ibrahim

##################################################################################

tidak disepakati abah HMNA. Karena berangkat dari kegundahan atau keresahan hati itulah maka wahyu itu datang, Contohnya ya Nabi Ibrahim ketika mencari Tuhan, Nabi Musa yang berkeinginan melihat ujud fisik Tuhan di bukit thursina, adalah upaya mencari dan meraih serta menemukan al haq itu. Termasuk nabi Muhammadpun yang perna didera berbagai penderitaan : meninggalnya pamanda Abu Thalib yang sering bertindak sebagai support pelindung dan meninggalnya istri terkasih Khadijah sebagai tulang punggung ekonomi serta ketika gagal berdakwah di Mekkah yang dilanjutkan berdakwah di Thaif pun ditolak bahkan dilempari batu dan dihina habis-habisan. Merasa gagal total itulah Rasulullah berada pada titik nadir dalam curhat beliau mengadu kepada Allah bahwa beliau merasa gagal dan tidak pantas dibebani menyebarkan islam, ini kan tidak lain sudah menjadi fitrah

####################################################################

HMNA:

Itukan BUKAN sikap skeptis

##############################################################

manusia butuh atau merindukan "sesuatu kekuatan/power/spirit" untuk meneguhkan dirinya melalui proses perenungan atau muhasabah ini, ada semacam keraguan jangan-jangan gagal beneran nih, jangan-jangan saya tidak pantas menjadi Nabi (ada unsur skeptis -- sekali lagi kalau istilah ini kurang pas -- atau was-was yang terus diupayakan menuju mencapai yang namanya keyakinan/kemantaban itu) yakni kalau tidak ada bantuan dari Yang Maha Kuat niscaya manusia tidak ada artinya. Sehingga turunlah hadiah dari Allah yaitu peristiwa Isra' dan Mi'raj itu.

Wassalam

Abdul Mu'iz

--- Pada Sab, 24/7/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id> menulis:

Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>

Judul: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com

Tanggal: Sabtu, 24 Juli, 2010, 9:33 AM

----- Original Message -----

From: "Abdul Muiz" <muizof@yahoo.com>

To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>

Sent: Saturday, July 24, 2010 09:14

Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

lho, Abah HMNA menyebut Ibrahim tidak skeptis itu kan setelah menerima firman Allah sebagaimana yang disebutkan di Al qur'an tsb. Sebelumnya, Nabi Ibrahim itu ya skeptis (saat wahyu belum diterima) dengan mencari dan mencari sang kebenaran, coba simak di qur'an ketika Ibrahim mencari Tuhan dengan bertanya dan mengira-ngira, semula yang paling hebat disangka Ibrahim sebagai Tuhan adalah Matahari, ternyata matahari terbenam sore hari, kemudian menyangka rembulan yang terang di malam hari ternyat juga tidak nampak saat berganti siang, maka sampailah pada kesimpulan Iman, setelah menerima wahyu, bahwa dirinya (Nabi Ibrahim) berlindung kepada Allah dari syirik (hal-hal yang menyekutukan Allah), sekiranya Nabi Ibrahim tidak diberitahu Allah maka dirinya akan terjerumus dalam kegelapan.

##############################################################################################

HMNA:

Apa yang Pak Muiz tulis sekarang: "Sebelumnya, Nabi Ibrahim itu ya skeptis (saat wahyu belum diterima) dengan mencari dan mencari sang kebenaran, coba simak di qur'an ketika Ibrahim mencari Tuhan dengan bertanya dan mengira-ngira, semula yang paling hebat disangka Ibrahim sebagai Tuhan adalah Matahari dst." Apa yang Pak Muiz tulis sekarang itu memang benar: "Nabi Ibrahim itu ya skeptis saat wahyu belum diterima."

Dan itu bertentangan dengan apa yang Pak Muiz tulis dalam postingan lalu: "Dalam batas-batas tertentu boleh saja skeptis pada iman. " Lalu Pak Muiz beri contoh: Dan [ingatlah] ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap [dengan imanku]".

Contoh ini yang saya bantah, bahwa Nabi Ibrahim tidak skeptis setelah menerima wahyu. Jadi dalam BATAS TERTENTUPUN tidak boleh skeptis terhadap obyek iman. Ini saya ulangi apa yang telah tulis dalam postingan lalu :

Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya," itu BUKAN suatu pernyataan yang menunjukkan Ibrahim skeptis. Lebih-lebih didahului dengan kata bala, yang tidak ikut diterjemahkan. Bala itukan artinya BAHKAN, itu tegas menyatakan

TIDAK skeptis.

#################################################################################

.

Pengalaman spiritual Nabi Ibrahim ya rada mirip dengan pengalaman Nabi Musa saat berdialog dengan Tuhan di bukti Thursina, untuk meyakinkan diri (meneguhkan imannya) maka nabi Musa meminta agar diberikan kesempatan melihat Allah dengan mata fisiknya, ini juga dikisahkan di Al qur'an.

Sikap penasaran untuk mencari tahu tentang kebenaran itu pada hakekatnya adalah skeptis makanya kalau sikap ragu ini diupgrade terus ya akan mencapai atau menuju yang namanya al haq atau haqqul yaqin.

#########################################################################

HMNA:

Nabi Musa juga seperti Nabi Ibrahim, beliau juga tidak dalam keadaan skeptis tatkala meminta agar diberikan kesempatan melihat Allah. Hanya untuk menambah keyakinan saja. Pada pokoknya terhadap OBYEK IMAN yaitu wahyu, orang tidak boleh skeptis, karena dalam keadaan skeptis terhadap wahyu lalu meninggal dunia, dia meninggal dalam keadaan ragu terhadap Kebenaran Allah, dan itu meninggal dalam kedaan celaka (bukan husnulkhatimah).

#########################################################################################

Wassalam

Abdul Mu'iz

--- Pada Sab, 24/7/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id> menulis:

Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>

Judul: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com

Tanggal: Sabtu, 24 Juli, 2010, 7:17 AM

----- Original Message -----

From: "Abdul Muiz" <muizof@yahoo.com>

To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>

Sent: Saturday, July 24, 2010 07:41

Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

Dalam batas-batas tertentu boleh saja skeptis pada iman, contohnya Nabi

ibrahim ketika ingin meneguhkan imannya, Nabi Ibrahim mencari bukti dengan

observasi, sebagaimana disebutkan di al qur'an :

??????

????? ????????????? ????? ??????? ?????? ?????? ????????????? ?????

???????? ????????? ????? ?????? ????????? ??????????????? ?????????

????? ?????? ??????????? ????? ????????? ??????????? ???????? ?????

??????? ?????? ????? ??????? ?????????? ???????? ????? ??????????

??????????? ?????????? ????????? ????? ??????? ??????? ???????? (????

Dan

[ingatlah] ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku

bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum

yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi

agar hatiku tetap mantap [dengan imanku]".

#################################################################################

HMNA:

Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya," itu BUKAN suatu pernyataan yang

menunjukkan Ibrahim skeptis. Lebih-lebih didahului dengan kata bala, yang

tidak ikut diterjemahkan. Bala itukan artinya BAHKAN, itu tegas menyatakan

TIDAK skeptis.

##################################################################################

Allah berfirman: "[Kalau

demikian] ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah [kata "fashurhunna"

ada yang menafsirkan "jinakkanlah" ada yang menafsirkan "potonglah"]

semuanya

olehmu. [Allah berfirman]: "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit

satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya

mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS 2: 260)

Wassalam

Abdul Mu'iz

--- Pada Sab, 24/7/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>

menulis:

Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>

Judul: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com

Tanggal: Sabtu, 24 Juli, 2010, 6:16 AM

----- Original Message -----

From: "papabonbon" <masarcon@gmail.com>

To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>

Sent: Friday, July 23, 2010 14:32

Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

ngeri juga yah. secara kuliah s2 dan s3 wajib ikutan mata kuliah filsafat

ilmu. doktor juga kalau di luar negeri gelarnya Ph.D doktor filsafat.

jadi pada tersesat tuh. ngeri bener. (memperingatkan dengan sopan supaya

berhati hati bagi yang sekolah s2 dan s3 ataupun yang ingin sekolah lagi).

metode ilmiah juga ketika s1 bahkan dalam pelajaran biologi dan fisika di

smp mengajarkan supaya skeptis.

####################################################################################

HMNA:

Dalam hal apa orang mesti skeptis? Silakan Simak Seri 004 di bawah:

********************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU

[Kolom Tetap Harian Fajar]

004. Kursi Iman dan Kursi Ilmu. Dibedakan Tetapi Tidak Dipisahkan

Di dalam diri kita harus disediakan dua kursi, yaitu kursi iman dan kursi

ilmu. Kedua kursi itu harus dapat dibedakan, tetapi tidak boleh dipisahkan,

karena keduanya merupakan satu sistem. Kedua kursi itu harus dibedakan, oleh

karena apabila kita menempatkan sesuatu hal tidak pada kursinya, misalnya

suatu hal yang harus didudukkan pada kursi ilmu, tetapi kita dudukkan pada

kursi iman, pikiran kita akan beku, tidak berkembang, karena sesuatu yang

patut kita pertanyakan, kita tidak berani mempertanyakannya. Sebaliknya,

jika sesuatu hal yang seharusnya didudukkan pada kurasi iman, tetapi kita

dudukkan pada kursi ilmu, maka iman kita akan cacat, karena kita akan

mempertanyakan sesuatu, yang sepatutnya kita tidak boleh mempertanyakannya.

Uraian di atas itu berpangkal pada perbedaan sikap dalam beriman dan

berilmu. Sikap kita harus skeptik, jika kita menghadapi obyek ilmu. Apakah

yang menjadi obyek llmu itu? Yang menjadi obyek ilmu adalah produk akal

manusia. Yaitu fakta dan hasil penafsiran manusia terhadap fakta itu, yang

lazim disebut dengan teori ataupun hipotesa. Dan apakah fakta itu? Fakta

adalah hasil observasi dari sumber informasi yang dapat ditangkap oleh

pancaindera secara langsung, maupun secara tidak langsung. Maksudnya

dideteksi terlebih dahulu oleh instrumen dalam laboratorium. Skeptik berarti

ragu, tidak menolak, tetapi belum menerima, dan sebaliknya tidak menerima,

tetapi belum menolak. Sikap ragu itu akan berakhir dengan menerima, atau

menolak, tergantung hasil jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut: Betulkah

begitu? Apa fakta-fakta yang menguatkan pembuktian itu?

Sebalikanya, kita tidak boleh bersikap skeptik terhadap obyek iman. Terhadap

apa yang harus diimani, akal kita tidak boleh bertanya seperti rentetan

pertanyaan dalam berilmu di atas itu. Dan apakah obyek iman itu? Obyek iman

itu berasal dari sumber informasi berupa wahyu dari Allah SWT yang

diturunkan kepada para nabi dan rasul. Informasi wahyu ini tentu saja yang

otentik berasal dari nabi dan rasul yang menerima wahyu itu. Apakah kriteria

sumber informasi wahyu yang otentik itu? Tidak boleh ada

penafsiran/interpretasi manusia yang disisipkan ke dalamnya. Tidak boleh ada

perubahan kalimat ataupun kata, baik berupa penambahan, atau pengurangan.

Harus dalam bahasa asli bangsa dari rasul yang diutus itu. Satu-satunya

sumber informasi wahyu yang dapat memenuhi kriteria itu adalah Al Quran.

Semua wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW ada dalam Al Quran yang

dituliskan oleh para juru tulis Rasulullah. Itulah sebabnya Al Quran (yang

dibaca) disebut pula Al

Kitab (yang dituliskan). Dan tak ada satupun yang bukan wahyu yang ikut

dimasukkan dalam Al Quran. Dan Al Quran itu adalah dalam bahasa Arab yang

dipergunakan oleh suku bangsa Quraisy, yaitu suku bangsa di mana Nabi

Muhammad SAW tergolong dalam suku itu.

-- Inna anzalnahu Quranan Arabiyyan la'allakum ta'qilun.

-- Sesungguhnya Kami turunkan Al Quran dalam bahasa Arab, mudah-mudahan kamu

pergunakan akalmu (S.Yusuf 1).

Keadaan Al Quran yang dapat bertahan keotentikannya terhadap zaman, adalah

konsekwensi logik bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW adalah nabi dan rasul

yang terakhir, Khatamun Nabiyyien, penutup para nabi.

Telah disebutkan di atas iman dan ilmu harus dibedakan, tetapi tidak boleh

dipisahkan. Karena memisahkan iman dengan ilmu akan mengakibatkan pecahnya

kepribadian seseorang. Di satu saat ia akan bicara sebagai seorang ilmuwan,

di satu saat yang lain akan bicara sebagai seorang yang beriman. Misalnya di

satu saat sebagai seorang pakar kebudayaan, akan memasukkan agama ke dalam

kebudayaan, artinya agama itu adalah bagian dari kebudayaan, dan di suatu

saat yang lain ia bicara sebagai orang beriman lalu mengatakan bahwa agama

itu bukan bagian dari kebudayaan, karena agama itu sumbernya dari wahyu

Allah SWT. Apabila ia menjumpai adanya pertentangan antara apa yang mesti

dia imani dengan yang mesti dia ilmui, dia akan bingung. Salah satu

alternatif ini yang akan terjadi, ia akan berhenti menjadi pakar dan akan

frusturasi, lalu ia akan beragama secara dogmatik, akalnya beku, yang akan

menjerumuskannya ke dalam taklid buta. Atau sebaliknya ia akan memilih

ilmunya dan mencapakkan imannya, dan menjadi acuh tak acuh terhadap

agamnya, menjadi orang agnostik.

Apabila iman dan ilmu tidak kita pisahkan, kepribadian kita akan menjadi

utuh, sehingga kita tidak akan terjerumus ke dalam sikap beragama yang

bertaklid buta, dan juga tidak terjerumus ke dalam sikap yang agnostik.

Kalau suatu saat kita melihat adanya pertentangan di antara keduanya, kita

tambah ilmu untuk mendapatkan informasi yang relevan untuk iman kita. Atau

kita tinjau kembali ilmu kita, melakukan reinterpretasi, penafsiran kembali,

karena kebenaran ilmiyah itu sifatnya sementara, artinya relatif dalam arti

menurut tempat, situasi, waktu dan peralatan ilmu bantu. Untuk contoh di

atas, kalau kita sedikit jeli, mengapa terjadi pertentangan, karena ada

agama yang berasal dari akar yang historik, maka itu adalah agama

kebudayaan, ia termasuk dalam bagian kebudayaan. Ada agama yang berasal dari

akar yang non-historik, yaitu wahyu, maka itu adalah agama wahyu, ia bukan

bagian dari kebudayaan. Dan ada agama yang sebagian mempunyai akar historis

dan

sebagian bersumber dari wahyu. Agama jenis ketiga ini, sebagiannya menjadi

bagian dari kebudayaan, dan sebagiannya bukan bagian dari kebudayaan.

Di dalam berilmu ada sebuah pendekatan yang dirasa perlu dikemukakan di

sini, yaitu pendekatan sistem. Melihat obyek ilmu secara kaffah (totalitas),

yang mempunyai fungsi dan tujuan, yang terdiri atas komponen-komponen yang

mempunyai kaitan tertentu antara satu dengan yang lain, dan yang kaffah itu

melebihi dari sekadar kumpulan komponen-komponen itu semuanya. Pendekatan

ini dapat diterapkan dalam obyek iman, oleh karena pendekatan ini tidak akan

merusak iman kita, bahkan Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk memegang

prinsip kaffah ini, seperti firmanNya dalam S. Al Baqarah, ayat 208:

-- Ya ayyuhalladziena amanu udkhulu fie ssilmi kaffah, artinya:

-- Hai orang-orang beriman, masukilah keselamatan secara kaffah/totalitas.

Maka dengan metode pendekatan sistem ini, dapatlah kita menjadikan iman dan

ilmu menjadi satu sistem, dan terlepaslah klita insya Allah, yang pakar dan

bukan pakar, dari bahaya pecahnya kepribadian, terhindarlah kita dari

alternatif atau beragama yang dogmatik, atau bersikap agnostik, acuh tak

acuh mencuekkan agama.

WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 10 November 1991

[H.Muh.Nur Abdurrahman]

http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/004-kursi-iman-dan-kursi-ilmu-dibedakan.html

##################################################################################

2010/7/22 Yudi Yuliyadi <yudi@geoindo.com>

>

>

> Bingung pa maksudnya

>

> Yang jelas ilmu filsafat banyak menyesatkan manusia, seperti kata imam

> al-ghazaly( sesungguhnya ada 2 ilmu yang kita dapatkan dari barat, yang

> satu

> sesat dan yang satu baik, yang sesat itu ilmu filsafat, kita tidak bisa

> memkirkan tentang zat ALLAH dengan akal kita) kita bisa merenungi tentang

> adanya ALLAH melalui ciptaanya yang ada di langit dan dibumi

>

> _____

>

> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>

> [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>]

> On Behalf Of H. M. Nur Abdurahman

> Sent: Wednesday, July 21, 2010 7:25 PM

>

> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>

> Subject: [wanita-muslimah] Allah itu Personal?

>

>

> Allah itu Personal?

> Haqiqat Allah (Al-Haqq) tidak mungkin dapat dicapai oleh manusia dengan

> kekuatan akalnya. Haqiqat Al-Haqq tidak mungkin diperoleh dengan upaya

> akal

> yang berpikir dengan mekanisme otak yang berwujud filsafat. Juga Haqiqat

> Al-Haqq tidak dapat dicapai manusia dengan upaya akal yang merenung

> memakai

> mekanisme qalbu dalam wujud tasawuf. Haqiqat Al Haqq tidak dapat dicapai

> melalui filsafat ataupun tasawuf:

> -- Al Haqqu min rabbikum (Suarh Al-Kahf, 18:29), artinya: Al Haqq itu dari

> Rabb kamu.

>

> Haqiqat Al Haqq tidak mungkin diketahui manusia dengan kekuatan akalnya.

>

> Sekali lagi ditekankan: Haqiqat Al Haqq tidak dapat dicapai melalui

> filsafat

> ataupun tasawuf. Oleh sebab itu Haqiqat Al-Haqq itu, karena tidak dapat

> dicapai melalui filsafat ataupun tasawuf, maka Haqiqat Al-Haqq itu

> didatangkan kepada manusia melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, dalam

> redaksional yang sekadar dapat dicerna oleh pikiran dan direnungkan qalbu

> manusia melalui ayat Al-Quran seperti di bawah:

>

> Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, Yang tetap hidup, Yang kekal

> selama-lamanya mentadbirkan/mengurus (sekalian makhlukNya). Yang tidak

> mengantuk usahkan tidur. Yang memiliki segala yang ada di langit dan yang

> ada di bumi. Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat / pertolongan di

> sisiNya melainkan dengan izinNya. Yang mengetahui apa yang ada di hadapan

> mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui

> sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa Yang Allah kehendaki

> (memberitahu kepadanya). Luasnya Kursi Allah (ilmuNya dan kekuasaanNya)

> meliputi langit dan bumi; dan tiadalah menjadi keberatan kepada Allah

> menjaga serta memelihara keduanya. dan Dia-lah Yang Maha Tinggi (darjat

> kemuliaanNya), lagi Maha Besar (kekuasaanNya). [Surah Al-Baqarah, 2:255]

>

> Allah Yang menerangi langit dan bumi. bandingan Nur / Cahaya itu adalah

> sebagai sebuah "misykaat" / relung yang berisi sebuah lampu; lampu itu

> dalam

> geluk kaca (qandil), geluk kaca itu pula (jernih terang) laksana bintang

> yang bersinar cemerlang; lampu itu dinyalakan dengan minyak dari pokok

> yang

> banyak manfaatnya, (Iaitu) pokok zaitun yang yang tumbuh tidak di sebelah

> timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya(*); hampir-hampir

> minyaknya itu - dengan sendirinya - memancarkan cahaya bersinar (kerana

> jernihnya) walaupun ia tidak disentuh api; (Sinaran Nur hidayah Yang

> demikian bandingannya adalah Sinaran Yang berganda-ganda): Nur berlapis

> Nur.

> Allah memimpin sesiapa yang mau dipimpin (menurut undang-undang dan

> peraturanNya) kepada Nur hidayahNya itu; dan Allah mengemukakan

> berbagai-bagai misal perbandingan untuk umat manusia; dan Allah Maha Tahu

> akan tiap-tiap sesuatu. [Surah An-Nur, 24:35]

> -----------------------------------------------

> (*)

> Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari

> bukan sahaja disinari matahari semasa naiknya dan bukan sahaja semasa

> turunnya, tetapi ia sentiasa terdedah kepada matahari, sehingga pohonnya

> subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik

>

> Salam

> HMNA

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================

Milis Wanita Muslimah

Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.

Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah

Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com

ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages

Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com

Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com

Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================

Milis Wanita Muslimah

Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.

Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah

Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com

ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages

Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com

Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com

Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================

Milis Wanita Muslimah

Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.

Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah

Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com

ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages

Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com

Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com

Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment