Advertising

Tuesday 13 July 2010

[wanita-muslimah] Demi Masa Depan, Penuhi 7 Kebutuhan Emosional Anak

 

Demi Masa Depan, Penuhi 7 Kebutuhan Emosional Anak
Tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan emosional seorang anak, dapat
menghalangi masa depannya. Anak yang 'tangki' emosionalnya selalu terpenuhi,
biasanya, lebih ulet dan cenderung tidak banyak bergantung kepada teman
sebayanya. Selain itu, dia juga akan lebih percaya diri dan menjadi orang
dewasa yang bertanggungjawab. Apa sajakah kebutuhan emosional anak?
Sebagaimana dinyatakan Wes Fleming, seorang pakar parenting, di dalam bukunya
Raising Children on Purpose –seperti dilansir situs www.parentguidenews.com–,
anak setidaknya memiliki tujuh kebutuhan emosional. Ketujuh kebutuhan tersebut
terangkum dalam kata PARENTS (dalam Bahasa Inggris berarti orangtua), yaitu
Protection (perlindungan), Acceptance (penerimaan/dukungan), Recognition
(pengakuan/penghargaan), Enforced limits (terlaksananya batasan-batasan aturan),
Nearness (kedekatan), Time (waktu), dan Support (sokongan).
Protection(perlindungan)
Anak-anak sangat membutuhkan perasaan aman dan nyaman. Mereka membutuhkan
rumah yang apabila terjadi konflik di dalamnya bisa dengan segera
terselesaikan, rumah yang mana penghuninya saling menghormati, dan rumah di
mana tingkah laku orangtua bisa diprediksi dan terpercaya. Di dalam rumah
tersebut, sifat saling percaya tumbuh subur, di mana anak-anak tahu bahwa
mereka bisa mendatangi ibu, ayah, atau orang-orang yang merawat mereka untuk
mendapatkan kasih sayang dan dukungan, kapan saja.
…Anak-anak sangat membutuhkan perasaan aman dan nyaman. Mereka membutuhkan
rumah yang apabila terjadi konflik di dalamnya bisa dengan segera
terselesaikan…
Tanpa atmosfer saling percaya, kedekatan dan interdependensi keluarga akan
mendapatkan hambatan yang berarti untuk didapatkan, jika tidak ingin dikatakan
mustahil. Dan ketika orangtua berjuang merawat anak-anak mengikuti irama mood
yang fluktuatif, kemarahan meledak-ledak, atau kegelisahan kronis, maka
anak-anak akan merasa diabaikan, tidak dicintai, dan penuh ketakutan.
Anak-anak juga tidak mampu untuk mengerti secara sepenuhnya, dan tidak bisa
menerima alasan-alasan baik orangtua yang disibukkan persoalan tagihan atau
kemarahan terhadap pasangannya.
Pada kenyataannya Islam juga mengajarkan konsep perlindungan anak. Dalam
artikelnya, Perlindungan Anak dalam Konsep Islam, Taufik Hidayat SH, menulis,
afirmasi perlindungan anak dalam Islam dapat ditelusuri secara jelas dari
hadits "Cukup berdosa seorang yang mengabaikan orang yang menjadi
tanggungannya." (HR. Abu Dawud, An-Nasa'i, dan Al-Hakim)
Hadits tersebut turun (asbab al-wurud) disebabkan adanya penelantaran terhadap
anak. Dengan demikian, Islam melarang terjadinya penelantaran terhadap anak,
karena mengabaikan perlindungan kepadanya yang merupakan salah satu bentuk
kekerasan terhadapnya.
Isyarat perlindungan anak yang dikehendaki Allah SWT tertuang dalam
firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu perbuat." (Al-Ma'idah 8)
Ayat di atas turun berawal dari peristiwa yang menimpa An-Nu'man bin Basyir.
Suatu ketika, An-Nu'man bin Basyir mendapatkan sesuatu pemberian dari ayahnya,
kemudian Ummi Umrata binti Rawahah berkata "Aku tidak akan ridha sampai
peristiwa ini disaksikan oleh Rasulullah." Persoalan itu kemudian dibawa ke
hadapan Rasulullah SAW untuk disaksikan. Rasul kemudian berkata "Apakah semua
anakmu mendapat pemberian yang sama?" Ayah An-Nu'man menjawab, "Tidak". Beliau
berkata lagi, "Takutlah engkau kepada Allah dan berbuat adillah engkau kepada
anak-anakmu."
Sebagian perawi menyebutkan bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tidak mau
menjadi saksi dalam kecurangan." Mendengar jawaban itu lantas ayah An-Nu'man
pergi dan membatalkan pemberian kepada An-Nu'man. (HR. Bukhari dan Muslim).
…Anak yang tidak mendapatkan perlindungan, tidak kepercayaan, dan perhatian
orang dewasa, maka dia akan bereaksi dengan penuh perasaan terluka dan dendam…
Esensi ayat tadi adalah semangat menegakkan keadilan dan perlindungan terhadap
anak. Anak yang tidak mendapatkan perlindungan, tidak kepercayaan, dan
perhatian orang dewasa, maka dia akan bereaksi dengan penuh perasaan terluka
dan dendam.
Acceptance(dukungan)
Anak-anak sangat membutuhkan dukungan dan penerimaan yang baik. Mereka
membutuhkan dua hal tersebut dari teman-teman, para guru, pengasuh, pelatih,
dan pendidik mereka. Dan terlebih lagi, mereka membutuhkan dukungan dari
orangtua mereka. Anak-anak sangat menginginkannya, meski mereka memiliki
keterbatasan-keterbatasan alamiah, ketidaksempurnaan fisik, dan
perbedaan-perbedaan prestasi dan prestise. Bagaimanapun kondisi setiap anak,
mereka tetap layak mendapatkan cinta.
Segenap respons kita atas kebutuhan anak-anak kita akan dukungan menjadi
sumber utama pemahaman diri mereka. Kita merupakan cermin pertama yang
dipandangi anak-anak kita. Mereka memandangi wajah-wajah kita dan melihat
sebuah refleksi betapa mereka sangat berharga dan bernilai, sehingga mereka
merasa akan diberi dukungan —atau mungkin sebaliknya.
Apabila respons dan dukungan kita kepada anak disertai kesabaran dan
penghormatan, maka paradigma terhadap dirinya pun positif. Namun apabila kita
seringkali mengkritik anak dan bersikap kasar kepadanya, maka pemahaman
terhadap dirinya pun akan negatif; mengakibatkan rendahnya kepercayaan diri,
dan berkorespondensi dengan lingkungan secara destruktif.
Islam telah lama mengatur hal ini. Perhatian dan dukungan orangtua kepada
anak-anak semasa kecil menjadi sebuah kewajiban dalam ajaran Islam. Allah
berfirman, "Dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak
cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada-Mu dan sungguh, aku termasuk orang
muslim." (Al-Ahqaf: 15).
…orangtua yang baik senantiasa memohon kepada Allah agar bisa mencurahkan
kebaikan kepada anak cucu, demi mendukung perkembangan dan pertumbuhan mereka…
Ayat tersebut mengindikasikan bahwa orangtua yang baik senantiasa memohon
kepada Allah agar bisa mencurahkan kebaikan kepada anak cucu, demi mendukung
perkembangan dan pertumbuhan mereka. Anak adalah amanah dari Allah yang
dititipkan kepada orang tua supaya mereka dididik dengan baik, diberi nama
dengan baik, diberi pendidikan dengan secukupnya, diajarkan dasar-dasar
pendidikan Islam dan halal-haram, baik dan buruk serta akhlak yang mulia.
Jelas, semua ini adalah sebuah perhatian dan dukungan paripurna untuk anak,
seperti diinstruksikan Islam.
Dalam Al-Qur'an Allah berfirman yang artinya, "Hai orang-orang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu." (At-Tahrim: 6)
Recognition(pengakuan/penghargaan)
Anak akan merasa sangat kecewa dan hancur jika dia dianggap gagal di mata
orangtuanya. Meskipun hasrat mereka tersembunyi, anak-anak Anda memendam
kerinduan mendalam untuk menyenangkan dan mendapat penghargaan Anda. Mereka
sangat ingin mendengar orangtua mereka berkata, "Saya sangat bangga kepadamu.
Pekerjaan yang bagus. Saya sangat menghargai kamu." Artinya, mereka sangat
ingin merasakan restu dan apresiasi Anda.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu membuat anak-anak bergembira dan merasa
berharga, antara lain dengan menyambut anak dengan baik, mencium dan bercanda
dengan mereka, mengusap kepala mereka, menggendong dan memangku mereka,
menghidangkan makanan yang baik, makan bersama mereka, membangun kompetisi
sehat dan memberi imbalan kepada pemenangnya.
…Rasulullah SAW selalu membuat anak-anak bergembira dan merasa berharga,
antara lain dengan menyambut anak dengan baik, mencium dan bercanda dengan
mereka, mengusap kepala mereka, dsb…
Umumnya manusia, apalagi anak-anak, suka berlomba. Rasulullah pun suka membuat
anak-anak berlomba, misalnya ketika beliau membariskan Abdullah, Ubaidillah,
dan anak-anak 'Abbas lainnya, lalu bersabda, "Siapa yang mampu membalap saya,
dia bakal dapat ini dan itu …" Maka mereka pun berlomba membalap Rasulullah
SAW sehingga berjatuhan di atas dada dan punggung beliau. Setelah itu mereka
diciumi dan dipegangi oleh beliau.
Karena biasanya, jika rasa menghargai dan apresiasi itu lenyap dari rumah,
maka anak-anak akan kehilangan harapan dalam menerima penghargaan apa pun dari
orang lain. Hasilnya, beberapa anak biasanya suka cemberut dan bertabiat suka
mengejek orang lain. Anak-anak yang memiliki harapan tinggi dan jarang
mendapatkan afirmasi, biasanya tumbuh menjadi anak-anak yang rewel dan suka
mengomel. Logika emosional mereka berkata bahwa jika mereka tidak mampu
merebut restu dan penghargaan orangtua mereka, maka mereka memiliki kekurangan
dalam diri. Mereka berkesimpulan bahwa mereka tidak cukup baik atau bagus.
Kemudian ketika beranjak dewasa, mereka kerap mendorong orang untuk
menyenangkan orang lain, agar meraih apa yang tidak didapatkan mereka ketika
kecil. Atau mereka akan menunjukkan kebiasaan bekerja berlebihan, berusaha
dengan penuh dendam untuk membuktikan kepada orang lain bahwa mereka baik dan
bagus.
Secara paradoks, ketiadaan pengakuan pada masa kanak-kanak bisa menyebabkan
anak-anak –ketika dewasa— menjadi menjalani kehidupan tidak produktif dan
tidak berprestasi. Perasaan kekurangan dalam diri mampu menimbulkan sikap
menunda-nunda pekerjaan yang kronis, tidak mampu mengemban tanggung jawab, dan
memiliki sifat mudah menyerah.
Enforced limits (terlaksananya batasan-batasan aturan)
Anak-anak membutuhkan peraturan dan batasan-batasan yang mengatur kehidupan
mereka secara wajar, sebagai mereka membutuhkan berbagai peraturan ketika
bermain sepakbola. Tanpa adanya aturan, anak bisa putus asa, hidup tanpa arah
yang jelas, dan penuh ketakutan. Tanpa adanya disiplin yang penuh kasih
sayang, anak-anak akan merasakan ketiadaan proteksi dan perawatan dari
orangtua mereka.
…Anak-anak membutuhkan peraturan dan batasan-batasan yang mengatur kehidupan
mereka secara wajar…
Anak-anak terbiasa ber-acting dalam tingkah laku mereka. Hal itu merupakan
cara mereka untuk mengekspresikan kebutuhan akan struktur dan keselamatan
dalam kondisi-kondisi yang mereka rasakan penuh kekacauan, tidak terduga, dan
lingkungan yang mengancam. Makanya, dalam beberapa hal, anak benar-benar
memohon adanya disiplin.
Arahan dan peraturan yang tegas merefleksikan kemauan kita untuk menolong
anak-anak menemukan kontrol yang mereka cari. Menerapkan peraturan dan
membiasakan disiplin kepada anak-anak dapat membantunya untuk kelak taat
kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Karena Islam
sangat meniscayakan ketaatan dan disiplin para pemeluknya terhadap Al-Qur'an
dan Sunnah Rasul.
Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits yang memerintahkan
disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan. Allah
berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisa'
59)
Atau perintah agar disiplin dan memerhatikan waktu. Allah kerap kali
menyatakan dengan berbagai penyebutan waktu di dalam Al-Qur'an, misalnya:
Wal-Fajri (demi waktu shubuh), Wadh-Dhuha (demi waktu pagi), Wan-Nahar (demi
waktu siang), Wal-'Ashr (demi waktu sore), Wal-Lail (demi waktu malam).
Dari catatan perjalanan sejarah Islam, kita juga dapat memperoleh pelajaran
penting tentang kedisiplinan. Ketika Rasulullah dan para sahabat beliau
menghadapi musuh pada Perang Uhud, ada sebagian pasukan yang ditugaskan untuk
menempati posisi penting dalam strategi perang rancangan Rasulullah
mengabaikan perintah dan tugas yang telah diberikan. Akibat tindakan
indisipliner, pasukan Islam pada perang tersebut mengalami kekalahan besar
menghadapi tentara kafir Quraisy Makkah.
…Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang
teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam
kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan Islam…
Itu hanya sebagian contoh dari kasus ketidakdisiplinan dalam perang, tentu
kita bisa memastikan akibat yang sama dalam aspek-aspek lain. Disiplin adalah
kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang
prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban
untuk kepentingan Islam.
Nearness (kedekatan)
Memeluk, memegang, dan bahkan permainan gulat penuh kasih sayang dengan anak
Anda dapat mendepositokan sensasi-sensai kenangan akan kenyamanan dan keamanan
dalam kehidupan. Kemungkinan besar, cara paling mujarab untuk memberi jaminan
kepada anak-anak bahwa mereka dicintai dan merasa aman adalah menggendong dan
memeluk mereka. Jari dan tangan Anda memberi anak perasaan terlindungi,
kenyamanan, dan penghargaan.
Kedekatan orangtua juga memberi anak-anak pengetahuan bahwa mereka sangat
bernilai, sehingga mereka harus digendong dan dipeluk. Kasih sayang itu
mengatakan, "Nak, engkau begitu kusayangi, sehingga aku selalu ingin
menggendongmu, dan membuatmu nyaman."
Pun demikian dengan Rasulullah yang begitu pengasih dan penyayang kepada
anak-anak. Ketika Nabi Muhammad SAW melewati rumah putrinya, yaitu Fatimah,
beliau mendengar Al-Husain sedang menangis, maka beliau berkata kepada
Fatimah, "Apakah engkau belum mengerti bahwa menangisnya anak itu
menggangguku?" Lalu beliau memangku Al-Husain di atas lehernya dan berdoa, "Ya
Allah, sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah dia." Lalu ketika
Rasulullah sedang berada di atas mimbar, Al-Hasan tergelincir. Lantas beliau
pun turun dari mimbar dan merangkul anak tersebut.
…Rasulullah pun tak jarang memanggil anak-anak dengan nama panggilan penuh
kasih sayang, untuk membangun kedekatan dengan mereka…
Rasulullah pun tak jarang memanggil anak-anak dengan nama panggilan penuh
kasih sayang, untuk membangun kedekatan dengan mereka. Bermacam-macam cara
beliau memanggil anak, tujuannya untuk menarik perhatian dan membuat anak siap
mendengar apa yang hendak dipesankan. Panggilan semisal nughair (si burung
pipit), ghulam (anak, berarti: "wahai anakku"), Zuwainib (Zainab kecil), dan
lain sebagainya.
Time (waktu)
Anak-anak sangat membutuhkan waktu, baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Relasi orangtua-anak yang baik membutuhkan perhatian terfokus (kualitas) dan
banyaknya waktu yang dihabiskan bersama (kuantitas). Bersenang-senang dengan
anak-anak kita sangat sederhana, hanya dengan bermain-main bersama mereka,
kemudian kirimlah pesan kepada mereka, "Kamu sungguh menarik, menyenangkan,
dan berharga."
Tidak cukup bagi anak-anak Anda untuk mengetahui bahwa Anda ada di sekitar
mereka; tapi mereka juga harus tahu bahwa kita begitu menikmati ada bersama
mereka. Ketika Anda mengejar anak-anak dalam sebuah permainan, tertawa
bersama, menggelitiki, dan menggoda mereka, maka kehadiran Anda sangat
dirasakan oleh mereka.
Kesibukan Anda dalam bekerja atau mengurusi tugas-tugas domestik, tidak
menjadi penghalang untuk bercengkerama dengan anak-anak. Karena persoalan
tidak terletak pada minimnya waktu yang Anda miliki, tapi lebih kepada
bagaimana Anda menghabiskan waktu tersebut. Sah-sah saja Anda bekerja, atau
merapikan rumah, memasak, mencuci, menyetrika, dan lain-lain, tapi harus
diingat bahwa anak-anak pun membutuhkan Anda.
Support (dukungan)
Sebagaimana anak-anak membutuhkan dukungan dan bantuan secara fisik ketika
mereka belajar berjalan pertama kali, mereka juga membutuhkan dukungan
emosional ketika –misalnya— 'berjalan' menapaki masa depan, seiring dengan
bertambahnya usia mereka. Berlawanan dengan keyakinan kebanyakan orang, yang
menyatakan bahwa remaja tidak membutuhkan bantuan dan ingin independen,
sejatinya mereka menginginkan dukungan.
…Berilah anak Anda kebebasan untuk tumbuh, selama tidak menyelisihi
aturan-aturan yang diterapkan, berdasarkan prinsip-prinsip Islam…
Berilah anak Anda kebebasan untuk tumbuh, selama tidak menyelisihi
aturan-aturan yang diterapkan, berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Dan biarkan
mereka tahu bahwa Anda siap mengulurkan bantuan dan dukungan kepada mereka.
Demikianlah, memenuhi tujuh kebutuhan emosional anak-anak sejatinya meletakkan
dasar bagi masa depan mereka. Cinta dan kasih sayang mampu mengembangkan
kapasitas kepercayaan, yang pada gilirannya membekali anak-anak dengan
berbagai piranti yang mereka butuhkan untuk menanggulangi permasalahan di masa
mendatang. Jika 'tangki' emosional anak-anak terpenuhi, maka mereka siap untuk
meniti jalan sukses di masa depan. Semoga! [ganna pryadha/voa-islam.com]

http://voa-islam.com/muslimah/pendidikan/2010/07/13/8080/demi-masa-depanpenuhi-7-kebutuhan-emosional-anak/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment