Advertising

Sunday 11 July 2010

[wanita-muslimah] Fw: Kwik Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)

 



----- Forwarded Message ----
From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@yahoo.com>
To: sastra pembebasan <sastra-pembebasan@yahoogroups.com>; Wahana News
<wahana-news@yahoogroups.com>; mediacare <mediacare@yahoogroups.com>
Sent: Fri, July 9, 2010 2:04:13 PM
Subject: [pdimega] Re.: Kwik Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley
Mafia, Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)

From: "B.DORPI P.02" <bdorpip@indosat. net.id>
Date: Fri, 9 Jul 2010 09:13:53 +0700
To: !B.DORPI P.<bdorpi@indopetroleu m.com>
Subject: Re.: Kwik Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia,
Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)

http://www.koranint ernet.com/ webv2/lihatartik el/lihat. php?pilih=
lihat&id=19531
Senin, 21 Juni 10
Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi Tanpa Bentuk (OTB),
IMF Dan World Bank (WB)
Kwik Kian Gie
Mundurnya Sri Mulyani Indrawati (SMI) sebagai Menteri Keuangan RI
menimbulkan kehebohan dan banyak pertanyaan tentang penyebab yang sebenarnya.
Ada yang mengatakan bahwa perpindahannya pada pekerjaan yang baru di World Bank
(WB) adalah hal yang membanggakan. Tetapi ada yang berpendapat, bahkan
berkeyakinan tidak wajar, terutama kalau dikaitkan dengan skandal Bank Century
(Century).

Saya termasuk yang berpendapat, bahkan yakin sangat tidak wajar. Alasan-alasan
saya sebagai berikut.

Beberapa ungkapan dan pernyataan dalam berbagai pidato perpisahannya
mengandung teka-teki dan mengundang banyak pertanyaan, yaitu : "Jangan ada
pemimpin yang mengorbankan anak buahnya." "Saya tidak bisa didikte". "Saya
menang". "Saya tidak minggat, saya akan kembali". Dalam pidato serah terimanya
kepada Menkeu yang baru SMI menangis tidak wajar, berkali-kali dan
sangat-sangat sedih. Lucu, menyatakan menang kok menangis sampai seperti itu.
Juga sangat tidak wajar adanya sikap yang demikian fanatiknya dari staf
Departemen Keuangan dengan ungkapan belasungkawa, seolah-olah SMI sudah
meninggal.

SMI sedang diperiksa oleh KPK sebagai tindak lanjut dari penyelidikan tentang
skandal Century. Dalam proses yang sedang berjalan, Bank Dunia menawarkan
jabatan dengan dimulainya efektif pada tanggal 1 Juni 2010. Bank Dunia yang
selalu mengajarkan good governance dan supremasi hukum ternyata sama sekali
tidak mempedulikan adanya proses hukum yang sedang berlangsung terhadap diri
SMI.

Menurut Jakarta Post, yang memberitakan melalui siaran pers tentang
pengangkatan SMI sebagai managing director di WB adalah WB sendiri. Setelah
itu, melalui wawancara barulah SMI mengakui bahwa berita itu benar. Itu
terjadi pada tanggal 4 Mei 2010.

Juru bicara Presiden memberi pernyataan bahwa Presiden SBY akan memberi
konferensi pers setelah memperoleh ketegasan dari Presiden WB Robert Zoelick.
Namun sehari kemudian diberitakan bahwa SBY telah menerima surat dari Presiden
WB pada tanggal 25 April 2010. Mengapa SBY merasa perlu berpura-pura seperti
ini?

Dalam konferensi persnya, SBY memuji SMI sebagai salah seorang menteri
terbaiknya yang disertai dengan rincian prestasi dan capaian-capaiannya.
Tetapi justru dengan bangga melepaskan SMI supaya tidak melanjutkan baktinya
kepada bangsa Indonesia.

SMI diberi waktu 72 jam untuk memberikan jawabannya menerima atau menolak
tawaran WB. Tetapi SMI tidak membutuhkan waktu itu, karena dalam 24 jam
langsung saja memberikan jawaban bahwa dirinya menerima tawaran itu.

Dan antara penerimaan tawaran dan efektifnya dia berfungsi di WB hanya 25
hari. Seorang sopir saja membutuhkan waktu transisi yang lebih lama untuk
majikannya perorangan. Tetapi SMI dan SBY merasa tidak apa-apa kalau jangka
waktu tersebut hanyalah 25 hari.

Mustahil bahwa WB yang mempunyai kantor perwakilan di Indonesia tidak
mengetahui dan tidak mengikuti bekerjanya Pansus Century di DPR. Mustahil juga
bahwa kantor perwakilan WB di Jakarta dan kantor pusatnya tidak mengetahui isi
dari Laporan BPK. Dengan sendirinya juga mustahil bahwa WB tidak mengetahui
bahwa sampai dibuktikan sebaliknya, SMI memang belum bersalah, tetapi jelas
bermasalah yang masih dalam proses penyelesaian dan kejelasan oleh KPK.

Tetapi WB yang di seluruh dunia mengumandangkan dan mengajarkan Good
Governance dan jagoan dalam menegakkan supremasi hukum melakukan
penginjak-injakan proses hukum yang sedang berjalan di KPK.

Ketika itu, tindakan WB jelas melecehkan dan bahkan menganggap keseluruhan
proses yang telah berjalan di Pansus Century DPR RI sebagai tidak ada atau
hanya dagelan saja. Maka sangatlah menyedihkan bahwa sikap yang demikian oleh
WB didukung oleh

Presiden RI, sedangkan SMI bersikap tidak akan ada siapapun di Indonesia yang
bisa menyentuhnya selama WB ada di belakangnya.

Ketika berita itu meledak, banyak orang termasuk saya sendiri yang
bertanya-tanya, apakah pengangkatannya ini tidak akan menimbulkan gejolak.
Ternyata sama sekali tidak. Dalam waktu 10 hari sudah tidak ada lagi yang
berbicara dengan nada kritis. Sebaliknya, banyak sekali yang berbicara dengan
nada memuji.

Yang lebih mengejutkan lagi ialah praktis tidak ada elit politik Indonesia
yang marah kepada WB. Sebaliknya, dalam konferensi persnya Presiden RI SBY
merasa berterima kasih kepada WB yang telah memberikan penghargaan kepada
Indonesia, karena telah sudi memungut SMI menduduki jabatan yang terhormat di
WB sebagai Managing Director.

Ada suara dari DPR, terutama dari Faisal Akbar (Hanura) yang menyerukan agar
SMI dicekal sebelum pemeriksaannya oleh KPK tuntas dengan kesimpulan bahwa SMI
memang bersih dalam kebijakannya bailout Century. Namun pernyataan yang sangat
logis ini tidak bergaung. Respons dari KPK justru mengatakan bahwa pemeriksaan
dapat dilanjutkan di Washington, DC. Langsung saja muncul reaksi yang
mengatakan bahwa pemeriksaan semacam ini akan sangat mahal, karena jaraknya
yang jauh, dan juga akan terkendala oleh tersedianya dokumen-dokumen yang
dibutuhkan. Saya sendiri tidak dapat membayangkan bahwa WB akan mengizinkan
adanya seorang managing director--nya diperiksa oleh KPK di markas WB di
Washington, DC.

Tadinya saya berpikir bahwa kalau dilakukan, pemeriksaan seorang managing
director oleh KPK di Washington, DC pasti akan menarik perhatian pers
internasional. Ternyata salah. Kenyataan adanya pengangkatan seorang MD WB
yang bermasalah sama sekali tidak menarik perhatian pers internasional,
terutama pers AS. Masih segar dalam ingatan kita betapa hebohnya reaksi pers
internasional ketika Paul Wlfowitz terlibat skandal, sehingga memaksanya
mengundurkan diri. Apa artinya? Begitu hebatkah SMI, atau begitu remehnya
bangsa Indonesia di mata pers internasional, sehingga peristiwa Century yang
sedang berlangsung dianggap tidak ada?

Episode paling akhir dari hijrahnya SMI ke WB adalah penampilan SMI dalam
pertemuan-pertemuan perpisahan. Pidatonya yang mendapat tepuk tangan sambil
berdiri (standing ovation) dari orang-orang seperti Gunawan Mohammad, Marsilam
Simanjuntak, Wimar Witoelar mengundang renungan apa gerangan yang ada di
belakang ucapannya yang hanya sepotong tanpa penjelasan lanjutannya itu? Yaitu
: "Saya menang", "Jangan lagi ada pemimpin yang tidak melindungi atau
mengorbankan anak buahnya." "I will come back" yang sangat mirip dengan ucapan
Mac Arthur : " I shall return". Akankah SMI membentuk semacam pemerintahan in
exile yang akan kembali menjadi Presiden RI ? Sudah ada yang menyuarakan bahwa
SMI-lah yang paling cocok untuk menjadi Presiden RI di tahun 2014.

Di satu pihak demikian gagah beraninya sikap yang ditunjukkan oleh SMI dalam
beberapa pidatonya, tetapi beliau menangis berkali-kali dengan wajah yang
sangat-sangat sedih ketika berpidato dalam acara serah terima jabatan kepada
Menteri Keuangan yang baru. Ada apa ? Sedihkah ? Menurut SMI sendiri tidak,
dia menangis karena merasa "plong", merasa lega. Bukankah orang menangis
karena sedih atau karena terharu ? Kalau lega, apalagi "plong" biasanya
bersorak sorai.

Apa pula yang menyebabkan Presiden SBY menghapus pengangkatan Anggito Abimanyu
sebagai Wakil Menteri Keuangan tanpa yang bersangkutan diberitahu sebelumnya.
Anggito mengetahuinya dari media massa seperti kita semua. Maka demi harga
diri profesional, dia mengundurkan diri, membuang semua karir cemerlang yang
dijalaninya. Demikian kejam, manipulatif, raja tega, main diktator, ataukah
ada kekuatan besar, ada big stream that President SBY can not resist ?

METAFORSA BERKELEY MAFIA MENJADI ORGANISASI TANPA BENTUK (OTB)

Fenomena adanya sekelompok ekonom yang dikenal dengan sebutan Berkeley Mafia
sudah kita ketahui. Aliran pikiran yang dihayati oleh kelompok ini juga sudah
kita kenali. Komitmennya membela rakyat Indonesia ataukah membela
kepentingan- kepentingan yang diwakili oleh 3 lembaga keuangan internasional
(Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan IMF) juga sudah diketahui oleh
masyarakat luas.

Pembentukan kelompok yang terkenal dengan nama Berkeley Mafia sudah dimulai
sejak lama. Namanya menjadi terkenal dalam Konferensi Jenewa di bulan November
1967 yang akan diuraikan lebih lanjut pada bagian akhir tulisan ini. Awalnya
kelompok ini adalah para ekonom dari FE UI yang disekolahkan di Universitas
Berkeley untuk meraih gelar Ph.D. Tetapi lambat laun menjadi sebuah Organisasi
Tanpa Bentuk (OTB) yang sangat kompak dan kokoh ideologinya. Ideologinya
mentabukan campur tangan pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Afiliasinya
dengan kekuatan asing yang diwakili oleh Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan
IMF, sehingga sangat sering memenangkan kehendak mereka yang merugikan
bangsanya sendiri. Lambat laun para anggotanya meluas dari siapa saja yang
sepaham. Banyak ekonom yang tidak pernah belajar di Universitas Berkeley ,
bahkan tidak pernah belajar di UI menjadi anggota. Mereka membentuk
keturunan-keturunan nya.

Anggotanya ditambah dengan para sarjana ilmu politik dari Ohio State
University dengan Prof. Bill Liddle sebagai tokohnya, karena dia merasa
dirinya "Indonesianist" dan diterima oleh murid-muridnya sebagai akhli tentang
Indonesia. Paham dan ideologi yang dihayatinya sama.

Kemudian diperkuat dengan orang-orang yang merasa dirinya paling pandai di
Indonesia , sedangkan rakyatnya masih bodoh. Sikapnya seperti para pemimpin dan
kader Partai Sosialis Indonesia (PSI) dahulu, yang dipimpin oleh Sutan
Sjahrir. Kecenderungannya memandang rendah dan sinis terhadap bangsanya
sendiri, dengan sikap yang selalu tidak mau menjawab kritikan terhadap
dirinya, melainkan disikapi dengan senyum yang khas, bagaikan dewa yang sedang
tersenyum sinis. Sikap ini terkenal dengan sikap "senyum dewata". Dengan
senyum dewata banyak masalah sulit yang sedang menggantung memang menjadi
lenyap.

Dengan demikian sebutan Berkeley Mafia sebaiknya diganti dengan Organisasi
Tanpa Bentuk (OTB).

Ilustratif tentang adanya OTB ini adalah pidato Dorodjatun Kuntjorojakti yang
pertama kali dalam forum CGI sebagai Menko Perekonomian dalam kabinet
Megawati. Kepada sidang CGI diberikan gambaran tentang perekonomian Indonesia.
Setelah itu dikatakan olehnya bahwa dia mengetahui kondisi perekonomian
Indonesia dengan cepat karena dia selalu asistennya Prof. Ali Wardhana dan
dekat dengan Prof. Widjojo Nitisastro. Selanjutnya dikatakan bahwa "dirinya
bukan anggota partai politik. Tetapi kalau toh harus menyebut organisasinya,
sebut saja Partai UI Depok". Setengah bercanda, setengah bangga, secara
tersirat Dorodjatun mengakui bahwa OTB memang ada, pandai, profesional dan
berkuasa.

KAITAN Sri Mulyani Idrawati (SMI), PERAN KELOMPOK "BERKELEY MAFIA" DAN
PENGANGKATANNYA SEBAGAI MANAGING DIRECTOR DI BANK DUNIA.

Jauh sebelum SMI menjadi "orang", Berkeley Mafia sudah lahir dan sangat
instrumental buat kekuatan asing. SMI adalah salah satu kader yang berkembang
menjadi "Don".

Marilah kita telusuri sejarahnya. Pencuatan Berkeley Mafia yang pertama kali
dan fenomenal terjadi di Jenewa di bulan November 1967, ketika mereka
mendukung atau lebih tepat "mengendalikan" pimpinan delegasi RI, yaitu Sri
Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik. Tentang hal ini akan saya kemukakan
pada bagian akhir tulisan ini dengan mengutip John Pilger, Jeffrey Winters dan
Bradley Simpson yang akan diuraikan pada bagian akhir tulisan ini. Kita fokus
terlebih dahulu pada jejak dan track record SMI.

JEJAK SMI DAN TRACK RECORD-NYA SEBAGAI KADER OTB YANG SANGAT GIGIH DAN MILITAN

SMI adalah orang yang sejak awal sudah disiapkan sebagai kader yang militan
dari OTB. Seperti yang lain-lainnya, karir dimulai dari FE-UI. Karirnya yang
menonjol tidak sebagai dosen, tetapi sebagai Direktur Lembaga Penelitian
Ekonomi dan Masyarakat UI (LPEM UI). Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa FE
UI dan Departemen Keuangan adalah pusat pengkaderan OTB.

Ketika sudah terlihat jelas bahwa PDI-P akan menang dalam pemilu tahun 1999,
dan Ketua Umumnya Megawati diperkirakan pasti akan menjadi Presiden,
Kongres-nya di Bali menarik perhatian dari seluruh dunia. Saya terkejut
melihat beberapa ekonom terkenal dari OTB hadir dalam pembukaan Kongres PDI-P
di Bali tahun 1998 yang diselenggarakan di stadion. Mereka mendapat tempat
khusus di stadion berlangsungnya pidato pembukaan oleh Megawati, yaitu duduk di
kursi di bawah panggung. Tidak berdiri di depan panggung bersama-sama dengan
massa yang mendengarkan pidato Ketua Umum PDI-P. Kalau tidak salah, SMI ada di
antaranya.

Buat saya sangat mengherankan karena Berkeley Mafia adalah arsitek pembangunan
ekonomi di era Soeharto yang dengan sendirinya bersikap berseberangan dan
sangat melecehkan serta memandang rendah PDI-P. Mengapa mereka sekarang hadir
dalam Kongres PDI-P ? Ternyata mereka dibawa oleh orang yang ketika itu sangat
dekat dengan Megawati. Mereka diperkenalkan kepada Megawati sebagai
calon-calon menteri dalam Kabinet Mega nantinya.

Dari sini sangatlah jelas bahwa buat OTB, yang penting memegang kekuasaan
ekonomi tanpa peduli siapa Presidennya dan tanpa peduli apa ideologi
Presidennya. Mereka mempunyai organisasi sendiri yang saya sebut OTB tadi
dengan kekuatan dan pengaruh yang sangat besar. Sepanjang 32 tahun rezim
Soeharto, mereka selalu memegang tampuk kekuasaan ekonomi.

Ketika pak Harto mengundurkan diri dan digantikan oleh Habibie, walaupun sudah
tidak 100% lagi, kekuasaan ekonomi ada di tangan para menteri OTB.

Sejak pak Harto berkuasa sampai dengan Megawati, dua Don dari OTB, Widjojo
Nitisastro dan Ali Wardhana selalu secara resmi penasihat Presiden atas dasar
Keputusan Presiden.

Habibie digantikan oleh Gus Dur sebagai Presiden. Dalam kabinet Gus Dur tidak
ada satupun menteri dari OTB. Menko EKUIN dipegang oleh Kwik Kian Gie (KKG),
Menteri Keuangannya Bambang Sudibyo, Menteri Perdagangan dan Industri Jusuf
Kalla. Tiga orang ini jelas tidak ada sangkut pautnya dengan OTB dan sama
sekali tidak dapat dipengaruhi oleh OTB.

Dalam waktu singkat Gus Dur ditekan oleh kekuatan internasional dan kekuatan
para pengusaha besar di dalam negeri untuk memecat KKG. Karena sudah lama
bersahabat, Gus Dur menceritakannya terus terang kepada KKG, sambil mengatakan
bahwa beliau telah mencapai kompromi dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN)
dengan Emil Salim sebagai Ketua dan SMI sebagai sekretarisnya. Di dalamnya ada
beberapa anggota yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Mereka tidak pernah
aktif kecuali SMI dan Emil Salim. DEN berhak menghadiri setiap rapat
koordinasi oleh Menko EKUIN. Sebelum dan setelah KKG menjabat Menko EKUIN DEN
tidak pernah ada. Jadi DEN memang khusus diciptakan untuk menjaga, mengawasi
dan memata-matai KKG supaya jangan neko-neko terhadap OTB dan kepentingan
World Bank, Bank Pembangunan Asia dan IMF.

Dalam rapat koordinasi yang pertama KKG mengatakan kepada para menteri yang
ada dalam koordinasinya bahwa kita sedang berhadapan dengan IMF yang mengawasi
dengan ketat pelaksanaan Letter of Intent (LoI). Banyak dari butir-butir dalam
LoI yang merugikan bangsa Indonesia, antara lain, bea masuk untuk impor beras
dan gula harus nol persen, sedangkan ketika itu produksi dalam negeri
melimpah. Maka KKG mengatakan supaya para menteri bersikap membela kepentingan
bangsa Indonesia, kalau perlu menelikung, menghambat atau menyiasati LoI yang
merugikan bangsa kita. Kalau mereka menghadapi persoalan KKG sebagai Menko
EKUIN akan bertanggung jawab.

Beberapa hari kemudian Emil Salim mendatangi KKG menegur dengan keras bahwa
KKG tidak boleh bersikap seperti itu. KKG harus taat melaksanakan semua butir
yang ada di dalam LoI, karena KKG sendirilah sebagai Menko EKUIN yang
menandatangani LoI.

Beberapa hari lagi setelah itu, Bambang Sudibyo (Menkeu), KKG dan Emil Salim
dipanggil oleh Gus Dur. Gus Dur mempersilakan Emil Salim mengkuliahi KKG dan
Bambang Sudibyo yang isinya tiada lain adalah butir-butir dari LoI.

Mungkin dirasakan tidak mempan, sidang kabinet diselenggarakan secara khusus
yang agendanya tunggal, yaitu membahas LoI. Kepada setiap menteri diberikan
selembar formulir yang isinya butir-butir LoI yang harus dilaksanakan oleh
masing-masing menteri yang bersangkutan, dan kemudian harus ditandatangani.
Menteri-menteri menggerutu diperlakukan seperti anak SD.

Dalam sidang kabinet itu, Mensesneg Bondan Gunawan membacakan uraiannya
tentang butir-butir LoI yang mutlak harus dilaksanakan oleh setiap menteri,
lengkap dengan slides. SMI hadir dalam sidang kabinet itu. Seusai
membacakannya, Bondan sambil berkeringat menggerutu kepada KKG sambil
mengatakan "diamput" bahwa dirinya tidak mengerti ekonomi kok disuruh
memaparkan hal-hal seperti itu. Ketika KKG menanyakannya siapa yang
membuatnya, dijawab singkat : SMI.

Sebagai Menko EKUIN KKG ex officio menjabat Ketua KKSK yang memimpin dan
memutuskan tentang rekapitalisasi bank-bank seperti yang tercantum dalam LoI.
Dalam rapat tentang rekap BNI sebesar Rp. 60 trilyun, LoI mengatakan bahwa
rekap dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama sebesar Rp. 30 trilyun, seluruh
Direksi diganti dan

dipantau apakah bekerja dengan baik menurut ukuran IMF. Kalau ya, maka Rekap.
kedua sebesar Rp. 30 trilyun dilakukan. Darmin Nasution yang ketika itu
Direktur di Kementerian Keuangan hadir mewakili Depkeu. Dia mengusulkan supaya
Rekap. dilakukan sekaligus saja sebesar Rp. 60 trilyun, agar pemerintah tidak
perlu dua kali minta izin/melaporkan kepada DPR. SMI yang hadir protes,
mengatakan bahwa dalam LoI tercantum Rekap. dalam dua tahap. KKG merasa usulan
Darmin Nasution masuk akal. Maka diputuskan olehnya bahwa Rekap. dilakukan
sekaligus. Terlihat SMI sibuk dengan HP-nya.

Seusai rapat, begitu KKG tiba di ruang kerjanya dari ruang rapat, telpon
berdering dari John Dordsworth, Kepala Perwakilan IMF di Jakarta yang
marah-marah karena KKG memutuskan tentang Rekap. BNI yang bertentangan dengan
ketentuan LoI. Begitu telpon diletakkan telpon berdering lagi dari Bambang
Sudibyo yang menceriterakan bahwa dirinya baru dimarah-marahi oleh Mark Baird,
Kepala Perwaklian Bank Dunia di Jakarta tentang hal yang sama. Sangat jelas
tugas SMI ternyata melaporkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Pemerintah
dan dianggap menyimpang dari yang dikehendaki oleh IMF, walaupun yang
dikehendaki oleh IMF merugikan bangsa Indonesia.

Peristwa selanjutnya adalah ketika KKSK harus merekap Bank Danamon. Bank
Danamon diwakili oleh Dirutnya, seorang Amerika bernama Milan Schuster dan
Direkturnya puteranya Ali Wardhana, Mahendra Wardhana. Mereka mengemukakan
bahwa Bank Danamon menderita kerugian setiap bulannya dan CAR-nya juga di
bawah 8%. KKG bertitik tolak dari jumlah kerugian setiap bulannya. Untuk
menutup kerugian ini, surat utang pemerintah yang bernama Obligasi
Rekapitalisasi Perbankan (OR) yang harus diinjeksikan haruslah Rp. X

yang harus memberikan pendapatan bunga sebesar kerugian Bank Danamon. Maka
keluarlah angka Rp. 18 trilyun. Dengan pendapatan bunga sebesar 1% sebulan dari
OR yang Rp. 18 trilyun, kerugian Bank Danamon akan tertutup, atau Bank Danamon
tidak akan bleeding lagi. SMI langsung protes mengatakan bahwa menginjeksi OR
sebesar Rp. 18 trilyun berarti menjadikan CAR-nya sebesar 36%, sedangkan LoI
memerintahkan merekap bank-bank sampai CAR-nya menjadi 8% saja. KKG tidak
peduli, karena yang hendak dicapai adalah supaya Bank berhenti merugi. Kalau
rekap dilakukan dengan jumlah yang hanya cukup untuk menjadikan CAR 8% saja,
pendapatan bunganya akan jauh lebih kecil daripada kerugiannya, sehingga
rekapitalisasi tidak akan menghentikan kerugian-nya (masih tetap bleeding).

Kebijakan KKG yang menyimpang dari LoI, tetapi jelas-jelas lebih logis ini
ternyata dilaporkan kepada IMF oleh SMI. Saya mengetahui tentang hal ini,
karena ketika melakukan kunjungan kehormatan pada Menteri Keuangan Larry
Summers di kantornya di Washington, DC, saya diterima oleh Larry Summers
sendiri sebagai Menteri Keuangan, didampingi oleh Timothy Geithner selalu
Deputy-nya plus beberapa pejabat tinggi lainnya yang memarahi KKG bahwa KKG
selalu menelikung LoI-nya IMF. Ketika saya tanyakan tentang apa konkretnya
sebagai contoh, dia menceriterakan persis seperti yang dikatakan oleh SMI
dalam rapat KKSK.

Selaku Menko EKUIN KKG harus memimpin delegasi RI ke Paris Club untuk
berunding tentang penjadwalan kembali pembayaran hutang yang sudah jatuh tempo,
karena Pemerintah tidak mampu membayarnya. KKG diundang ke Departemen Keuangan
guna menerima penjelasan-penjelas an tentang jalannya perundingan, dan juga
diberikan arahan-arahan oleh 3 perusahaan konsultan asing yang terkenal dengan
nama "Troika". Saya lupa nama dari masing-masing perusahaan konsultan tersebut.
Dikatakan juga bahwa KKG beserta delegasinya (Dono Iskandar dari BI dan Jusuf
Anwar dari Depkeu) harus siap bahwa lamanya perundingan 24 jam non stop tanpa
dapat tidur, yaitu dari jam 10.00 pagi sampai jam 10.00 pagi keesokan harinya.

KKG mengatakan bahwa dia tidak mau mengikuti skenario yang seperti itu. KKG
minta kepada para petinggi Depkeu yang hadir agar mempersiapkan gambaran
menyeluruh tentang posisi hutang luar negeri RI. KKG akan mengatakan bahwa
jumlah hutang yang demikian besarnya adalah kesalahan negara-negara pemberi
hutang juga, yang sejak tahun 1967 menggerojok hutang kepada Indonesia melalui
IGGI/CGI. Setelah mengucapkan pidato singkat ini KKG akan tidur, dan
mempersilakan mereka berunding sesukanya. Apa yang merekaputuskan akan dipenuhi
oleh KKG kalau dianggap reasoanble dan fair, tetapi kalau dianggap tidak fair
akan ditolak dan KKG akan segera terbang kembali ke Indonesia sambil mengatakan
akan berani menghadapi resiko apapun.

Beberapa hari kemudian Marsilam Simanjuntak (Mensesneg) menelpon KKG
memberitahukan bahwa Presiden Gus Dur telah menerbitkan Keputusan Presiden
yang membentuk Tim Asistensi pada Menko EKUIN yang harus mengawal (baca
mengawasi dan mengendalikan) Menko EKUIN selama perundingan Paris Club.
Ketuanya Widjojo Nitisastro dan Sekretarisnya SMI. Memang selama perundingan
Widjojo N. dan SMI mengapit KKG dan Bambang Sudibyo selama 24 jam, supaya
mereka menjaga bahwa KKG benar-benar menanggapi pasal demi pasal dari para
anggota Paris Club.

Ketika Megawati menjabat Presiden, diberitakan di Kompas bahwa SMI akan
menjabat sebagai anggota Board of Directors IMF di Washington mewakili
Indonesia . KKG menanyakan hal itu kepada Mega. Beliau terkejut sambil
mengatakan : "kok enak saja, kan harus dengan persetujuan saya?", sambil
mengatakan juga bahwa beliau tidak pernah mengetahuinya dan tidak pernah
menandatangani Keppres untuk itu. Beberapa hari kemudian diberitakan lagi di
Kompas bahwa SMI sudah akan efektif menjabat per tanggal tertentu. KKG
menanyakan hal itu lagi kepada Megawati, dan dijawab bahwa Keppresnya memang
sudah ditandatangani dengan alasan "…daripada, daripada …."

Konon kabarnya, sebelum susunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I terbentuk,
SBY didatangi oleh Dubes AS Ralph Boyce dan Kepala Perwakilan Bank Dunia di
Jakarta Andrew Steer. Mereka mengatakan bahwa kendali ekonomi hendaknya
diberikan kepada SMI, Boediono dan Mari Pangestu. Boediono menolak yang bisa
dipahami. Seusai sidang kabinet Megawati terakhir Boediono berpamitan dengan
rekan-rekan menterinya. Dia mengatakan bahwa salah satu dari kita bisa saja
diminta lagi oleh SBY untuk duduk dalam kabinetnya. Tetapi dia (Boediono)
tidak akan mau duduk dalam pemerintahan. Dia sudah fed up dan akan kembali ke
kampus saja. Saya termasuk yang diberitahu tentang hal ini. Maka saya tidak
heran mendengar bahwa Boediono menolak tawaran SBY untuk duduk dalam KIB-nya.
Namun ketika SBY tidak tahan tekanan publik, beliau mengumumkan akan melakukan
reshuffle kabinet. Saya mendengar bahwa Boediono sedang "digarap"
habis-habisan untuk mau menjadi Menko Perekonomian, dan terjadilah itu. Ini
saya gambarkan betapa mutlak pengaruh kekuatan internasional dalam
mengendalikan kebijakan ekonomi Indonesia. Lebih hebat lagi, Jakarta Post
tanggal 25 Mei 2009 memberitakan bahwa ketika Boediono ditanya, faktor apa
yang mendorongnya mau menerima pencalonan dirinya sebagai Wakil Presiden
dijawab olehnya : "because of a big stream that I can not resist", yang
berarti karena arus (kekuatan) besar yang tidak dapat ditahannya. Saya merasa
perlu menceriterakan ini karena hubungannya antara SMI dan Boediono yang
sama-sama anggota senior OTB dan sama-sama disodorkan kepada SBY agar mereka
dan Mari Pangestu memegang kekuasaan ekonomi di Indonesia. Kenyataan-kenyataan
ini jelas relevan dalam menjelaskan mengapa pengangkatan SMI sebagai managing
director WB yang sangat tidak wajar dan menghina bangsa Indonesia itu berjalan
demikian mulusnya.

Di tengah-tengah menjalankan tugas sebagai Menkeu yang dalam proses
pemeriksaan oleh KPK sebagai tindak lanjut dari hasil kerja Pansus DPR tentang
Bank Century, SMI mengumumkan pengunduran dirinya untuk menjabat sebagai
managing director di WB mulai tanggal 1 Juni 2010, seperti yang kita ketahui
bersama.

Saya mempunyai pengalaman yang menyangkut SMI dan Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta. Ceriteranya sebagai berikut: hibah dari Uni Eropa kepada Indonesia
menurut investigasi WB dikorup. Karena pelaksananya Bappenas, maka saya
"diperiksa" oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Yang dipermasalahkan bukan KKG
mengkorup, tetapi mengapa KKG membayar kembali hibah yang dituntut oleh WB
sebesar USD 500 juta sedangkan yang dikorup hanyalah sekitar USD 30.000.
Mengembalikan hibah seluruhnya sebesar USD 500 juta dianggap merugikan
keuangan negara. Tetapi ketika salah paham, bahwa justru KKG yang berkelahi
tidak mau membayar dan SMI yang sebagai Menteri Keuangan yang membayarnya,
SMI-nya tidak diapa-apakan. KKG juga tidak diapa-apakan, tetapi sempat
diperiksa. Berkaitan dengan ini ada hal sejenis yang terpublikasikan secara
luas. Indonesia menerima hutang dari WB sebesar USD 4,7 juta untuk membangun
proyek infra struktur. Menurut WB lagi sebagian dikorup, dan karena itu minta
supaya seluruh hutang yang USD 4,7 juta dikembalikan. Tidak jelas dikembalikan
atau tidak. Rasanya dikembalikan dan tidak ada konsekwensinya, walaupun
dianggap merugikan dan mengacaukan perencanaan keuangan negara. Saya kemukakan
ini karena ada kecenderungan segala sesuatunya akan kebal hukum apabila WB ada
di belakangnya. Jelas ini merupakan faktor yang bisa menjelaskan mengapa
pengangkatan SMI oleh WB langsung saja mematikan urusannya dengan KPK tentang
Century yang sebelumnya demikian gegap gempitanya.

SMI, BERKELY MAFIA, KEKUATAN ASING DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Kekuatan asing yang boleh dikatakan menentukan semua kebijakan ekonomi dan
keuangan Indonesia diwakili oleh tiga lembaga keuangan internasional, yaitu
Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan IMF.

Ketika KKG sebagai Menko EKUIN pertama kali harus mengucapkan pidato di depan
CGI dalam pembukaan rapat tahunannya, kepada KKG disodorkan naskah pidato oleh
staf yang jelas anggota OTB. Isinya sama sekali tidak disetujui oleh KKG, dan
dia minta kepada staf yang bersangkutan supaya diubah dengan arahan dari KKG.
Dia menolak sambil mengatakan bahwa sudah menjadi tradisi sejak dahulu kala
bahwa pidato pembukaan IGGI/CGI oleh Ketua Delegasi RI haruslah dibuat oleh WB
melalui staf Menko EKUIN. Akhirnya saya membuatnya sendiri yang isinya sesuai
dengan hati nurani dan keyakinan saya, yang ternyata isinya mengejutkan
pimpinan sidang, Wakil Presiden WB Dr. Kasum.

Pidato yang saya ucapkan mengandung tiga inti. Yang pertama, kalau Indonesia
tidak mampu membayar cicilan pokok utang beserta bunga yang jatuh tempo,
negara-negara IGGI/CGI ikut bersalah, karena barang siapa memberi utang harus
mengevaluasi apakah yang diberi utang akan mampu membayar cicilan utang
pokoknya beserta bunganya tepat waktu. Kalau ternyata tidak bisa, negara-negara
pemberi utang harus ikut bertanggung jawab dalam bentuk hair cut. Bukan hanya
penundaan pembayaran cicilan utang pokoknya saja, yang sifatnya menggeser beban
di kemudian hari, sedangkan bunganya membengkak. Kedua, KKG protes penggunaan
istilah "negara donor", dan minta supaya istilah yang sudah dibakukan oleh WB
bersama-sama dengan para ekonom OTB itu diganti dengan istilah "negara
kreditur" atau "negara pemberi utang". Ketiga, KKG juga protes digunakannya
istilah "aid" atau bantuan, dan minta diganti dengan "loan" atau kredit.
Kesemuanya tidak dihiraukan. Belakangan saya mendengar dari Dr. Satish Mishra
yang khusus diperbantukan pada Indonesia oleh PBB selama krisis. Dia
memberitahukan kepada saya bahwa walaupun segala sesuatu yang saya katakan
masuk akal, para ekonom OTB sendiri bersama-sama dengan WB, Bamk Pembangunan
Asia dan IMF menyikapinya dengan "let him talk". Biarlah dia bicara, tidak
akan ada dampaknya sama sekali.

SEJARAH PENGUASAAN EKONOMI INDONESIA OLEH KEKUATAN ASING DAN KELOMPOK BERKELEY
MAFIA

Mari sekarang kita telaah bagaimana beberapa akhli dan pengamat asing melihat
peran kekuatan asing dan kelompok Berkeley Mafia dalam perekonomian Indonesia
sejak tahun 1967.

Saya kutip apa yang ditulis oleh John Pilger dalam bukunya yang berjudul "The
New Rulers of the World." Saya terjemahkan seakurat mungkin ke dalam bahasa
Indonesia sebagai berikut :

"Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya 'hadiah terbesar', hasil
tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa
di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambil alihan Indonesia .
Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia,
orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili :
perusahaan-perusaha an minyak dan bank, General Motors, Imperial Chemical
Industries, British Leyland, British American Tobacco, American Express,
Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel. Di seberang
meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller disebut
"ekonoom-ekonoom Indonesia yang top".

"Di Jenewa, Tim Sultan terkenal dengan sebutan 'the Berkeley Mafia', karena
beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat
untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai
peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan yang
hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya, Sultan
menawarkan : …… buruh murah yang melimpah….cadangan besar dari sumber daya alam
….. pasar yang besar."

Di halaman 39 ditulis : "Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi,
sektor demi sektor. 'Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler' kata Jeffrey
Winters, guru besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan
mahasiwanya yang sedang bekerja untuk gelar doktornya, Brad Simpson telah
mempelajari dokumen-dokumen konferensi. 'Mereka membaginya ke dalam lima
seksi : pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di
kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh
Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan
kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor lainnya.
Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke
meja yang lain, mengatakan : ini yang kami inginkan : ini, ini dan ini, dan
mereka pada dasarnya merancang infra struktur hukum untuk berinvestasi di
Indonesia . Saya tidak pernah mendengar situasi seperti itu sebelumnya, di mana
modal global duduk dengan para wakil dari negara yang diasumsikan sebagai
negara berdaulat dan merancang persyaratan buat masuknya investasi mereka ke
dalam negaranya sendiri.

Freeport mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry
Kissinger duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel Papua
Barat. Sang raksasa Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit Indonesia .
Sekelompok perusahaan-perusaha an Amerika, Jepang dan Perancis mendapat
hutan-hutan tropis di Sumatra, Papua Barat dan Kalimantan . Sebuah
undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan buru-buru disodorkan
kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak untuk lima tahun lamanya.
Nyata dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia pergi ke Inter
Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah
Amerika Serikat, Canada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter
Internasional dan Bank Dunia."

Demikian gambaran yang diberikan oleh Brad Simpson, Jeffrey Winters dan John
Pilger tentang suasana, kesepakatan- kesepakatan dan jalannya sebuah
konferensi yang merupakan titik awal sangat penting buat nasib ekonomi bangsa
Indonesia selanjutnya.

Kalau baru sebelum krisis global berlangsung kita mengenal istilah
"korporatokrasi", paham dan ideologi ini sudah ditancapkan di Indonesia sejak
tahun 1967. Delegasi Indonesia adalah Pemerintah. Tetapi counter part-nya
captain of industries atau para korporatokrat.

PARA PERUSAK EKONOMI NEGARA-NEGARA MANGSA

Benarkah sinyalemen John Pilger, Joseph Stiglitz dan masih banyak ekonom AS
kenamaan lainnya bahwa hutanglah yang dijadikan instrumen untuk mencengkeram
Indonesia ?

Dalam rangka ini, saya kutip buku yang menggemparkan. Buku ini ditulis oleh
John Perkins dengan judul : "The Confessions of an Economic Hit man", atau
"Pengakuan oleh seorang Perusak Ekonomi". Buku ini tercantum dalam New York
Times bestseller list selama 7 minggu.

Saya kutip sambil menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.

Halaman 12 : "Saya hanya mengetahui bahwa penugasan pertama saya di Indonesia
, dan saya salah seorang dari sebuah tim yang terdiri dari 11 orang yang
dikirim untuk menciptakan cetak biru rencana pembangunan pembangkit listrik
buat pulau Jawa."

Halaman 13 : "Saya tahu bahwa saya harus menghasilkan model ekonometrik untuk
Indonesia dan Jawa". "Saya mengetahui bahwa statistik dapat dimanipulasi untuk
menghasilkan banyak kesimpulan, termasuk apa yang dikehendaki oleh analis atas
dasar statistik yang dibuatnya."

Halaman 15 : "Pertama-tama saya harus memberikan pembenaran (justification)
untuk memberikan hutang yang sangat besar jumlahnya yang akan disalurkan
kembali ke MAIN (perusahaan konsultan di mana John Perkins bekerja) dan
perusahan-perusahaa n Amerika lainnya (seperti Bechtel, Halliburton, Stone &
Webster, dan Brown & Root) melalui penjualan proyek-proyek raksasa dalam
bidang rekayasa dan konstruksi. Kedua, saya harus membangkrutkan negara yang
menerima pinjaman tersebut (tentunya setelah MAIN dan kontraktor Amerika
lainnya telah dibayar), agar negara target itu untuk selamanya tercengkeram
oleh kreditornya, sehingga negara penghutang (baca : Indonesia ) menjadi
target yang empuk kalau kami membutuhkan favours, termasuk basis-basis militer,
suara di PBB, atau akses pada minyak dan sumber daya alam lainnya."

Halaman 15-16 : "Aspek yang harus disembunyikan dari semua proyek tersebut
ialah membuat laba sangat besar buat para kontraktor, dan membuat bahagia
beberapa gelintir keluarga dari negara-negara penerima hutang yang sudah kaya
dan berpengaruh di negaranya masing-masing. Dengan demikian ketergantungan
keuangan negara penerima hutang menjadi permanen sebagai instrumen untuk
memperoleh kesetiaan dari pemerintah-pemerint ah penerima hutang. Maka semakin
besar jumlah hutang semakin baik. Kenyataan bahwa beban hutang yang sangat
besar menyengsarakan bagian termiskin dari bangsanya dalam bidang kesehatan,
pendidikan dan jasa-jasa sosial lainnya selama berpuluh-puluh tahun tidak
perlu masuk dalam pertimbangan."

Halaman 15 : "Faktor yang paling menentukan adalah Pendapatan Domestik Bruto
(PDB). Proyek yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB harus
dimenangkan. Walaupun hanya satu proyek yang harus dimenangkan, saya harus
menunjukkan bahwa membangun proyek yang bersangkutan akan membawa manfaat yang
unggul pada pertumbuhan PDB."

Halaman 16 : "Claudia dan saya mendiskusikan karakteristik dari PDB yang
menyesatkan. Misalnya pertumbuhan PDB bisa terjadi walaupun hanya
menguntungkan satu orang saja, yaitu yang memiliki perusahaan jasa publik,
dengan membebani hutang yang sangat berat buat rakyatnya. Yang kaya menjadi
semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin. Statistik akan
mencatatnya sebagai kemajuan ekonomi."

Halaman 19 : "Sangat menguntungkan buat para penyusun strategi karena di
tahun-tahun enam puluhan terjadi revolusi lainnya, yaitu pemberdayaan
perusahaan-perusaha an internasional dan organisasi-organisa si multinasional
seperti Bank Dunia dan IMF."

PENUTUP

Fokus tulisan ini adalah peran SMI dalam perpspektif sejarah dan kaitannya
dengan hubungan yang sangat erat dan subordinatif pada kekuatan-kekuatan asing,
mungkin kekuatan corporatocracy yang diwakili oleh tiga lembaga keuangan
internasional, yaitu Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan IMF.

Sejak Konferensi Jenewa bulan November 1967 yang digambarkan oleh John Pilger,
dalam tahun itu juga lahir UU no. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing,
yang disusul dengan UU No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri,
dan serangkaian perundang-undangan dan peraturan beserta kebijakan-kebijakan
yang sangat jelas menjurus pada liberalsasi. Dalam berbagai perundang-undangan
dan peraturan tersebut, kedudukan asing semakin lama semakin bebas, sehingga
akhirnya praktis sama dengan kedudukan warga negara Indonesia. Kalau kita
perhatikan bidang-bidang yang diminati dalam melakukan investasi besar di
Indonesia, perhatian mereka tertuju pada pertumbuhan PDB Indonesia yang
produknya untuk mereka, sedangkan bangsa Indonesia hanya memperoleh pajak dan
royalti yang sangat minimal.

Bidang-bidang ini adalah pertambangan dan infra struktur seperti listrik dan
jalan tol yang dari tarif tinggi yang dikenakan pada rakyat Indonesia
mendatangkan laba baginya.

Bidang lain adalah memberikan kredit yang sebesar-besarnya dengan tiga sasaran
: pertama, memperoleh pendapatan bunga, kedua, proyek yang dikaitkan dengan
hutang yang diberikan di mark up, dan dengan hutang kebijakan Indonesia
dikendalikan melalui anak bangsa sendiri, terutama yang termasuk kelompok OTB
untuk ekonomi dan kelompok The Ohio Boys untuk bidang politik.

Keseluruhan ini sendiri merupakan cerita yang menarik dan bermanfaat sebagai
bahan renungan introspeksi betapa kita sejak tahun 1967 sudah dijajah kembali
dengan cara dan teknologi yang lebih dahsyat.

Para penjajah Belanda dahulu menanam berbagai pohon yang buahnya bernilai
tinggi. Kekejaman mereka terletak pada eksploitasi manusia Indonesia bagaikan
budak. Kebun-kebunnya sampai sekarang menjadi PTP yang masih menguntungkan.

Sejak tahun 1967, pengerukan dan penyedotan kekayaan alam Indonesia oleh
kekuatan asing, terutama mineral yang sangat mahal harganya dan sangat vital
itu dilakukan secara besar-besaran dengan modal besar dan teknologi tinggi.
Para pembantunya adalah bangsa sendiri yang berhasil dijadikan kroni-kroninya.
Apakah pengangkatan SMI menjadi managing director WB merupakan bagian dari
skenario ini saya tidak tahu.

http://sastrapembeb asan.wordpress. com/
http://tamanhaikumi ryanti.blogspot. com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind. net/


[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment