Advertising

Monday 12 July 2010

[wanita-muslimah] Re: [Koran-Digital] Habib Rizieq : Stasiun TV Tidak Berani Putar Rekaman Ribka

 

Rekan milisers yb,

Mungkin info dibawah ini bermanfaat...

Salam,

****

From:
Item <itemic@gmail.com>
To:
koran-digital@googlegroups.com
Sent:
Mon, July 12, 2010 7:06:18 PM
Subject:
Re: [Koran-Digital] Habib Rizieq : Stasiun TV Tidak Berani Putar
Rekaman Ribka

Satu lagi menambahi catatan bung
Bima Marzuki tentang FPI.

Seingat saya pendirian FPI pada 1998
direstui (atau disponsori) oleh sejumlah petinggi Polri dan ABRI pada
1998 atau beberapa bulan
setelah Soeharto mundur dari kekuasaan. Nama para jenderal yang sering
disebut antara lain Nugroho Djayusman (mantan Kapolda Metro Jaya) dan ZA
Maulani (mantan Kepala BAKIN). Kelompok ini dibentuk oleh para Habaib,
ulama dan mubaligh yang selama era Soeharto sering ditindas dan
dianaktirikan.

Laskar pembela Islam mendapat momentum saat gerakan pro-reformasi
menggoyang kekuasaan presiden BJ Habibie agar segera mengadakan Pemilu
pertama yang demokratis (1999). Sebuah peristiwa bulan Agustus 1998, dua
kekuatan massa (mayoritas berbaju putih) dan kelompok massa warna-warni
berhadap2an di depan gedung DPR-MPR. Yang satu menuntut Habibie turun,
yang lainnya ngotot membela Habibie.

Hingga usianya yang ke-12 FPI makin tidak terbendung saya kira
dengan alasan.

1. Gerakan FPI (so called amar ma'ruf nahi
munkar) telah memberikan keuntungan ekonomis bagi pemimpin dan
pengikutnya. Seperti penjelasan bung Bima Marzuki, kenapa FPI tidak
merazia seluruh tempat maksiat yang dinilai ilegal? Disini, pilihan
merazia tempat maksiat ilegal sudah salah kaprah. Apa ada kemaksiatan
yang legal? Dalam term ekonomi, legal artinya tempat maksiat itu telah
membayar setoran keamanan kepada penguasa setempat ---apakah Polda,
Polres, Polsek, Kodim sampai Koramil. Bisa jadi ada pembagian jasa
keamanan, termasuk FPI menerima jatah preman dari aparat resmi negara.

2. Secara organisasional sulit membubarkan FPI karena hubungan
historisnya dengan mantan petinggi keamanan negara. Ingat pada 2006,
Ketua PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua PDIP Tjahyo Kumolo pernah meminta
Kapolri Jendral Sutanto untuk menindak tegas ormas2 yang anarkis
(maksudnya FPI). Tapi Sutanto tak bisa apa2, bahkan Menko Polkam sendiri
tak berani mencolek FPI.

Berbeda dengan premis sebagian teman yang menganggap remeh FPI,
menurut saya FPI ini sangat kuat.

Setidaknya ada tiga unsur yang
membuat suatu organisasi bisa tetap survive dalam kondisi apapun. Yakni
mapan secara politik, mapan secara finansial, dan mapan secara ideologi.
FPI adalah contoh organisasi massa yang sukses menjual (ideologi) Islam
sebagai dagangan (ekonomi) sekaligus komoditi politiknya.

Dan yang namanya "ideologi" disini tak perlu rumit2. Cukup
"memberantas miras, judi, dan lokalisasi" sudah cukup menjadikan ormas
macam FPI kaya raya, kuat secara politik dan didukung massa Islam klas
bawah. Menguatnya semangat Islamisasi dan liputan media tentang FPI
makin menegaskan eksistensi FPI dalam blantika kehidupan sosial kita.

Tapi sehebat apapun "obat kuat" pasti bakal ada masa loyonya. Kapan
dan kenapa? Kita saksikan dulu pesan2 berikut ini.. :)

Al
Item

2010/7/12 Fakhruddin Halim <fakhruddinhalim@gmail.com>

Empat
Kelompok Berkonspirasi Membubarkan FPI

Wawancara
dengan Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab

Sebagai salah satu kekuatan massa umat Islam Indonesia, Front
Pembela Islam (FPI) yang beranggotakan 7 juta orang dianggap paling
berbahaya bagi musuh-musuh Islam. Pasalnya, FPI dinilai paling keras
dalam memberantas kemaksiyatan sebagai wujud dari pelaksanan amar makruf
nahi mungkar di Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika mereka
bersatu dan melakukan konspirasi dengan menghalalkan segala cara untuk
membubarkan FPI.

Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar
pemerintah memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha
dibenturkan dengan Banser dan terakhir dengan Satgas PDIP. Namun
perilaku jahat kelompok Liberalis itu selalu mengalami kegagalan.
Terakhir pada peristiwa Banyuwangi (24/6) lalu, dimana FPI difitnah akan
membubarkan sosialisasi kesehatan yang dilakukan tiga anggota DPR RI,
namun nyatanya konsolidasi para eks tapol PKI.

Berikut ini wawancara dengan Ketua Umum DPP FPI, Habib Rizieq
Syihab, seputar konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika sampai
berhasil, maka akan menjadi langkah awal untuk membubarkan ormas-ormas
Islam di Indonesia yang dinilai keras menentang kedholiman dan
ketidakadilan. 

Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam
(FPI)  pasca peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya ?

Sebetulnya
konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI sudah berlangsung sejak
lama. Kita juga sudah mengidentifikasi pihak-pihak yang melakukan
konspirasi untuk membubarkan FPI.

Pertama, kelompok mafia,  yang memang selama ini FPI dianggap
sebagai momok yang sangat menakutkan sekaligus menganggu bisnis haram
mereka. Adapun yang saya maksud mafia disini, apakah mereka yang
terlibat dalam sindikat narkoba, film-film porno, perjudian, pelacuran
dan sebagainya. Ini semua sudah menjadi sindikat dan bukan kejahatan
biasa, sementara FPI sejak lahir sangat concern dalam persoalan
tersebut.  FPI banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan mereka
sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI sebagai
musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan FPI.

Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal. Karena
mereka melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi terhadap
gerakan-gerakan kaum liberal. Artinya FPI tidak lagi sembunyi-sembunyi
bahkan perang pemikiran maupun  perang di lapangan sekalipun. Karena
kalau kita lihat peristiwa perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi,
bagaimana kelompok liberal memanfaatkan preman-preman untuk menyerang
posko FPI di berbagai daerah. Jadi artinya mulai perang pemikiran sampai
perang otot. Belakangan kita lihat banyak usaha kaum liberal yang
kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU Penistaan Agama.
Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus Dur untuk membatalkan TAP
MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI, tetapi kan usaha mereka kandas.
Sebetulnya kandasnya mereka bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi
semua ormas Islam. Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin
lebih meninjau atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga
mereka melihat FPI sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal ini masuk
dalam konspirasi tersebut.

Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua kelompok.
Kelompok Kristen radikal mempunyai catatan tersendiri terhadap
laskar-laskar Islam, mulai dari peristiwa Ambon hingga Poso. Dimana
salah satu diantaranya adalah FPI. Ditambah lagi gerakan Kristen radikal
ini yang mencoba mendirikan gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi
bukan geraja resmi yang mempunyai ijin resmi dan sesuai dengan
peruntukannya, no problem. Markas FPI di Petamburan Jakarta Pusat ini
sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI saat ini baik-baik saja.
Bahkan para pendetanya suka sowan kemari dan kita diskusi, no problem.
Kenapa, karena gereja-gereja ini resmi punya ijin dan sesuai dengan
peruntukannya. Sementara kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita.
Berarti peruntukannya untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba
berubah jadi gereja.

Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan
masyarakat, tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam gerakan
tersebut ada warga FPI yang ikut bersama masyarakat. FPI kan sekarang
dimana-mana ada, warganya juga dimana-mana ada. Tidak selalu perbuatan
mereka mengatasnamakan organisasi FPI. Ada kalanya mereka bergerak atas
nama organisasi tetapi ada kalanya atas nama masyarakat, jadi mereka
tidak sendiri. Kalau mereka bersama masyarakat setempat, jangan salahkan
FPI. Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan warga yang
berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga, Sehingga
bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh utamanya. Jadi ada
kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya terganggu, ada kelompok
liberal yang aqidah sesatnya juga terganggu dan ada kelompok Kristen
radikal yang gerakan Kristenisasinya juga terganggu.

Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik
melihat banyak kepentingan politik mereka yang terganggu dengan
gerakan-gerakan ormas Islam. Sekarang ada konspirasi, dimana kelompok
politik ingin mengoalkan suatu UU, tiba-tiba UU ini berbenturan dengan
Syariat Islam.  Secara otomatis akan berhadapan dengan gerakan Islam dan
salah satunya adalah FPI. Mungkin dimata mereka FPI dilihat terlalu
fulgar melakukan konfrontasi, sehingga dianggap menganggu agenda politik
mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, liberal, Kristen radikal
dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan FPI sebagai musuh bersama.


Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan FPI ?

Akhirnya
mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI. Momentum apa saja
yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa Depok, dimana ada kontes
waria yang dibubarkan warga yang didalamnya juga ada FPI. Bagaimana
dengan peristiwa Bekasi, dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun
sebetulnya yang merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas
desakan masyarakat. Tetapi di media massa yang dituduh kan FPI.

Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang lebih
dahsyat daripada Bekasi, Singkawang dan Depok. Persoalannya ada tiga
anggota DPR RI yang katanya sedang melakuan kunjungan kerja.  Artinya,
kalau melibatkan anggota DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga
tinggi negara. Ini berarti bisa dikatakan subversib kalau membubarkan
acara negara. Meraka lihat ini momentum penting untuk dibenturkan dengan
berita FPI telah membubarkan kunjungan kerja anggota DPR RI dan FPI
mengusir anggota DPR RI.

Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan FPI.
Cuma mereka kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata di Banyuwangi,
subhanallah nasrullah. Tepatnya pada 25 April 2010 lalu, DPW FPI
Banyuwangi dibekukan karena ada konflik internal diantara mereka yang
terkait Pilkada. Kemudian sikap politik dari para pengurus FPI berbeda,
yang membuat mereka ada sedikit konflik. Kemudian kita tugaskan Sekjen
FPI untuk menyelesaikannya dan  akhirnya disepakati supaya tidak ada
fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka dibekukan dulu. Berarti,
kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan apapun atas nama FPI.
Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan FPI, kan salah fakta dan mereka
kecelek. Pada peristiwa ini kan tidak ada yang memakai seragam FPI. Jadi
kesimpulannya, mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin
membubarkan FPI, ternyata salah fakta.

Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di televisi,
dengan debat terbuka dan kita ungkapkan fakta-faktanya, akhirnya mereka
malu sendiri. Karena mereka malu, maka mereka lari ke berbagai peristiwa
sebelumnya seperti insiden Monas. Sekarang semua film yang ditayangkan
Metro TV, RCTI atau televisi swasta lainnya, itu peristiwa yang sudah
diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah dipenjara, artinya sudah
inkracht dan  sudah selesai. Tidak ada satu persoalan hukum yang diadili
sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya telah selesai, kok televisi
mengadili lagi. Pengadilan saja tidak berhak untuk mengadili lagi,
apalagi televise. Jadi kesimpulannya, mereka kecelek.

Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran selalu
memojokkan FPI, bagaimana tanggapan Habib ?

Kalau media massa
memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi. Pertama, kelompok-kelompok
yang memusuhi FPI adalah kelompok beruang seperti kelompok mafia,
liberal, Kristen radikal dan kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah
untuk memberi siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang
bisa bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.

Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu
televisi dengan menyerahkan salah satu film ceramah  Ribka Tjiptaning di
Banyuwangi, mereka kita tantang untuk berani setel ini karena isinya
soal PKI, ternyata mereka tidak berani. Adapun yang disetel lagi
ribut-ributnya.  Tetapi ceramah Ribka soal PKI di Banyuwangi selama 20
menit, kok tidak berani mereka setel. Apa karena FPI tidak bayar, kalau
disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi pertama, tetapi indikasinya
kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media massa.

Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada yang
luput dari protes FPI. Hampir semua televisi pernah didemo oleh FPI.
Biasalah, mungkin mereka tersinggung karena pernah didemo FPI. Jadi
mereka enggan untuk menyiarkan berita-berita yang menurut mereka dapat
mengangkat citra FPI. Jadi sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada
FPI yang pernah mendemo mereka. FPI tidak peduli kalau mereka salah kita
demo. Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar pernah kita demo, bahkan TVRI
pernah kita demo.  Televisi mana yang tidak pernah kita demo. FPI tidak
peduli  memdemo televisi, yang penting kalau salah ya kita protes. FPI
tidak peduli apakah beritanya akan dimuat  atau tidak dimuat di
televisi. Itu asumsi kedua, artinya indikasinya kan ada.

Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand
Corporation, disitu ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya memang
berupaya dengan segala kekuatan finansialnya untuk membeli media massa.
Paling tidak, kalau tidak beli ya mereka kuasai. Itu memang ada dalam
Rand Corporation, itu artinya terperinci betul. Adapun yang menarik
disitu juga disebutkan, kalau ada perbuatan-perbuatan yang menaikkan
citra yang dilakukan kelompok Islam manapun tidak boleh dimuat. Bukan
hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, kalau ada
perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra kelompok
Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang.

Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan SCTV,
peristiwa penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang judi oleh
laskar FPI tahun 2002 atau sudah 8 tahun lalu. Tetapi film itu selalu
diulang, kadang-kadang kalau diulang seperti peristiwa Banyuwangi
filmnya selalu diulang. Berarti apa yang dilakukan SCTV dan Metro TV
serta beberapa televisi lain sesuai dengan dokumen Rand Corporation.
Bukan saya mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang begitu.

Apa isi dokumen Rand Corporation ?

Dalam dokumen itu juga
disebutkan, kalau kelompok-kelompok Islam yang mereka anggap sebagai
musuh, kalau menyebutkan identitas cukup nama saja, tidak perlu disebut
titelnya seperti Prof Dr dan sebagainya.  Kalau Kyai Haji  dan Habib
jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut ustadnya,
pokoknya disebut namanya saja. Tetapi sebaliknya, kalau kelompok yang
mendukung mereka harus disebut dengan lengkap titelnya, seperti Prof,
Dr, PhD, MA, MSc dan sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand
Corporation. Jadi dengan demikian, ini memang grand design mereka. Jadi
tidak perlu kaget dan ini tidak akan menjadi yang terakhir. Besok pasti
mereka akan mencari lagi momentum untuk membubarkan FPI, dan  itu akan
terus berlangsung sampai mereka berhasil membubarkan FPI. Kita harapkan
sekarang gerakan Islam semakin merapatkan barisan dan memperkokoh
ukhuwan Islamiyah, karena sebetulnya yang
ditarget itu bukan hanya FPI saja tetapi semua gerakan Islam. Mungkin
FPI dianggap sebagai pintu gerbangnya untuk dibobol terlebih dahulu.

Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI
sampai dibubarkan ?

Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada
masalah.  Kalau hari ini Front Pembela Islam dibubarkan, maka besok
akan saya bikin Front Pecinta Islam. Dengan singkatan yang sama,
pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah yang sama pula, kan UU
tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing dengan pembubaran. Nanti
kalau Front Pecinta Islam juga dibubarkan, maka akan saya bentuk Front
Penyelamat Islam. Jadi mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah pusing
mengenai pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak.

Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan, ada FPI
atau tidak ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap wajib dijalankan. Ada
FPI atau tidak ada FPI, perjuangan para kader FPI yang ada dimana saja
tetap berjalan. Artinya, saya dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak
pernah menjadikan FPI sebagai tujuan perjuangan. Kita selalu
mengingatkan, FPI cuma kendaraan. Jadi kalau kendaraan ini rusak
ditengah jalau atau dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan
terbalik dan tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain.
Kenapa susah-susah amat karena FPI bukan  tujuan. Tujuan kita hanya
mencari ridha Allah, tujuan kita liilai kalimatillah subhanahu wa taala.
Jadi bukan tujuan kita mencitrakan FPI, membaguskan FPI, membesarkan
FPI. Itu hanya proses perjuangan, tujuannya liilai kalimatillah
subhanahu wa taala.

Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI, bahkan
saya katakan bukan wacana lagi. Sebab ini sudah merupakan gerakan 
sistimatis  yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk membubarkan FPI.
Tetapi memang kalau kita bicara secara umum buat masyarakat kasihan. 
Kalau  ormas Islam bukan hanya FPI  yang concern terhadap amar makruf
nahi mungkar terhadap penegakan keadilan melawan kedholiman. Kalau yang
seperti ini sampai dibubarkan, kasihan umat Islam itu sendiri.  Artinya
kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan mereka semakin surut.
Bahkan kita khawatirkan  begitu ada ormas Islam semacam FPI yang
dibubarkan, jangan-jangan nanti ada masyarakat yang takut untuk
berjuang. Itu yang kita khawatirkan. Artinya mereka nanti akan
menjadikan proyek percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan
seperti FPI. Nanti kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran,
mafia, bajingan dan takut melawan okum
pejabat yang bejat akhlaknya, ini berbahaya. Jadi kalau ada pembubaran
suatu ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam
Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor, walaupun
dibubarkan sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang. Tetapi umat yang
awam kan tidak begitu fikirannya.

Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah ketika
Soekarno meminta Masyumi membubarkan diri atau dibubarkan tahun 1960
lalu ?

Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah
yang sangat oronis. Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam PRRI,  ini
kan tuduhan dan firtnah, Masyumi kemudian dibubarkan. Tetapi begitu PKI
yang nyata-nyata berkhianat, Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta
sejarah, ada apa ? Seharusnya Sukarno bersikap adil. Kalau Masyumi
dibubarkan, PKI yang terlibat pemberontakan G30S seharusnya dibubarkan.
Ini lebih berbahaya,  tetapi  nyatanya tidak dibubarkan Sukarno.

Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu ideologi,
pertempuran fisik antara kelompok Islam dengan sekuler. Jadi kelompok
sekuler ini memang selalu ingin menang sendiri. Jadi segala yang jelek
dari sekuler mereka maklumi, tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari
kelompok Islam, kalaupun  tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan
dijadikan mereka alasan untuk penghancuran.

Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat alasannya.
Apa alasan  mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI melakukan sejumlah
kekerasan. Saya tidak ingin membela diri. Katakanlah benar FPI melakuan
kekerasan, itupun kekerasan harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu
kekerasan, apa betul itu kekerasan struktural yang dilakukan secara
organisatoris atau bagaimana. Itu masih perlu diskusi dan pembuktian
dulu, andaikata FPI dituduh keras dan musti dibubarkan. Pertanyaan kita,
bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan partai politik.
Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi hingga sekarang ini selalu
diwarnai kekerasan. Ada pembunuhan, pembakaran gedung pemerintana,
pembakaran mobil, pembakaran pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak
pernah dilakukan FPI. FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI
tidak pernah membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai.

Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan ?

Jadi
kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus dibubarkan, maka
logikanya kalau massa partai melakuan kekerasan, maka partainya harus
juga dibubarkan. Sekarang massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan
kekerasan. Kalau begitu PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini
kalau kita memakai logika pembubaran. Jadi tidaklah adil jika ada massa
FPI melakukan kekerasan maka FPI dibubarkan. Tetapi kalau massa partai
yang melakukan kekerasan, partainya tidak dibubarkan, enak betul !
Memang yang punya negara ini partai ! Kekerasan yang dilakukan massa
partai lebih dahsyat, lebih keras bahkan biadab. Masak Ketua DPRD
Sumatera Utara sampai dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung
kabupaten seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto. Apa ada
aksi FPI semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI paling-paling
memakai pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca biliar dan tidak lebih
dari itu. Ini kalau kita bicara fakta. Kalau pemerintah ingin
membubarkan FPI, maka PDIP, PKB, Demokrat dan Golkar juga dibubarkan,
jadi sama-sama bubar, termasuk negara ini juga bubar.

Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan massa Gus
Dur dan sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu gagal ?

Kelompok
liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai grass-roots. Mereka
antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-LSM komprador. Mereka dibantu
dengan bantuan asing, ini mereka sendiri yang mengakuinya.   Kalau kita
ingin bicara jujur, FPI ingin dibubarkan karena  melangar UU No. 8 Tahun
1985 tentang Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan
adalah menerima bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat kelompok
liberal, semuanya menerima bantuan asing.  Bubarkan meraka dulu, FPI
sudah siap untuk dibubarkan. Jadi kita bubar-bubaran, mereka ini tidak
bercermin. Jadi kalau ada pepatah  mengatakan kuman disebarang lautan
tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.  Kesalahan FPI yang kecil jauh
mereka lihat, tetapi kesalahan mereka yang besar dalam diri  mereka
sendiri, tidak mereka lihat.

Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana yang mau
jadi antek asing. Serendah-rendahnya pendidikan, pemikiran, status
sosial dan ekonomi  masyarakat Indonesia, secara umum mereka masih
mempunyai ras cinta tanah air, cinta bangsa dan negara. Mereka tidak mau
menjual negaranya untuk orang asing. Sehingga kelompok liberal tidak
mendapatkan tempat di tengah masyarakat dan mereka tidak mempunyai
kekuatan grass-roots. Adapun yang mempunyai kekuatan grass-roots di
Indopnesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai politik seperti
PDIP yang mengakar ke bawah.

Kelompok liberal  melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai
kekuatan grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi FPI,
mereka berusaha untuk menunganggi NU tetapi tidka berhasil. Karena waktu
itu Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, beliau dikenal orang baik, cerdas dan
tidak bisa ditunggangi oleh Ulil dan kawan-kawan. Karena itu ketika
tersiar kabar di beberapa daerah terjadi konflik antara massa FPI dengan
NU, KH Hasyim Muzadi langsung klarifikasi.  Itu ternyata bukan NU,
tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan dipakaikan baju NU.
Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin mengadu domba.

Dikabarkan ada  seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke Pengadilan,
tetapi ternyata itu preman yang diberi baju Banser. Padahala Banser
sendiri tidak tahu menahu. Berbagai cara kotor seperti ini dilakukan
kelompok liberal. Karena Gus Dur sudah meninggal dunia dan mereka
menunganggi NU sudah tidak ada pintunya, maka sekarang mereka mencoba
menunganggi PDIP. Kebetulan ada kasus Banyuwangi PDIP sedang marah, maka
masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus Partai Demokrat. Maka
kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda mau ditunganggi sama
Partai Demokrat dan diadu dengan FPI, sehingga PDIP jadi mawas diri.
(Abdul Halim)

--

"One Touch In BOX"

 

To post : koran-digital@googlegroups.com

 

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius
Syrus

 

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan
atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini
Anda.

- Berdiskusilah dengan baik dan bijak.

-~----------~----~----~----~------~----~------~--~----------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi
perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan."
-- Otto Von Bismarck.

 

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di
belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

--

"One Touch In BOX"

 

To post : koran-digital@googlegroups.com

 

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius
Syrus

 

Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan
atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini
Anda.

- Berdiskusilah dengan baik dan bijak.

-~----------~----~----~----~------~----~------~--~----------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi
perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan."
-- Otto Von Bismarck.

 

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di
belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/ 
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/  

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment