Advertising

Saturday 10 July 2010

[wanita-muslimah] Re: Re.: Kwik Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)

 

istiaji sutopo-------------Bismilahirrahmanirrahiim

Semua dikaitkan dgn Zionisme.....

ALLAH memperingatkan sdr Istiaji, bahwa seseorang yg mengandung kebencian kpd suatu bangsa...dia tidak bisa berkata jujur dan berlaku adil...QS 5:8

Coba renungkan ayat itu, apakah anda teremasuk yg dingatkan?

salam hangat dari saya.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, <issutopo@...> wrote:
>
> Itulah sepak terjang ZIONISME dalam diri World Bank dan OMF sebagai satu kaki tangannya ...
>
> Menghalalkan segala cara
> Kesombonan persis seperti Syaithan dan jahat sekali
>
> Manusia yang non Yahudi pokoknya akan dianggap seperti hewan saja .. apalagi Indonesia negaramayoritas Islam yang sangat ditakuti akan slamnya ..
>
> Dan dipasanglah Sri Mulyani sebagai jaringan yang memporak porandakan keuangan Indonesia meski banyak para intelektual kita tak ada yang tahu ...
>
> Sri Mulyani diperiksa KPK ? Gampang masuk aja World Bank sebagai bentuk arogansi Zionis itu sendiri ..tak peduli lagi diperiksa Polisi atau KPK ... bahkan SBY tiba2 koq ... ???? Walllahu a'laam ..
>
> --- On Fri, 9/7/10, Mira Wijaya Kusuma <la_luta@...> wrote:
>
> From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@...>
> Subject: [wanita-muslimah] Re.: Kwik Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)
> To: "sastra pembebasan" <sastra-pembebasan@yahoogroups.com>, "Wahana News" <wahana-news@yahoogroups.com>, "mediacare" <mediacare@yahoogroups.com>
> Date: Friday, 9 July, 2010, 7:04 PM
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> From: "B.DORPI P.02" <bdorpip@...>
>
> Date: Fri, 9 Jul 2010 09:13:53 +0700To: !B.DORPI
>
> P.<bdorpi@...>Subject: Re.: Kwik
>
> Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi
>
> Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)
>
>
>
> http://www.koraninternet.com/webv2/lihatartikel/lihat.php?pilih=lihat&id=19531
>
>
>
> Senin, 21 Juni
>
> 10
>
> Sri Mulyani Indrawati
>
> (SMI),
>
> Berkeley Mafia,
>
> Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)
>
> Kwik Kian
>
> Gie
>
> Mundurnya Sri
>
> Mulyani
>
> Indrawati (SMI) sebagai Menteri
>
> Keuangan RI
>
> menimbulkan kehebohan dan banyak pertanyaan tentang penyebab yang
>
> sebenarnya.
>
> Ada yang
>
> mengatakan bahwa perpindahannya pada pekerjaan yang baru di World Bank
>
> (WB)
>
> adalah hal yang membanggakan. Tetapi ada yang berpendapat, bahkan
>
> berkeyakinan
>
> tidak wajar, terutama kalau dikaitkan dengan skandal Bank Century
>
> (Century).
>
>
>
> Saya termasuk yang berpendapat, bahkan yakin sangat tidak wajar.
>
>
>
> Alasan-alasan saya sebagai berikut.
>
>
>
> Beberapa ungkapan dan
>
> pernyataan
>
> dalam berbagai pidato perpisahannya mengandung teka-teki dan mengundang
>
> banyak
>
> pertanyaan, yaitu : “Jangan ada pemimpin yang mengorbankan anak
>
> buahnya.”
>
> “Saya
>
> tidak bisa didikte”. “Saya menang”. “Saya tidak minggat, saya akan
>
> kembali”. Dalam pidato serah terimanya kepada Menkeu yang baru SMI
>
> menangis
>
> tidak wajar, berkali-kali dan sangat-sangat sedih. Lucu, menyatakan
>
> menang kok
>
> menangis sampai seperti itu. Juga sangat tidak wajar adanya sikap yang
>
> demikian
>
> fanatiknya dari staf Departemen Keuangan dengan ungkapan belasungkawa,
>
> seolah-olah SMI sudah meninggal.
>
>
>
> SMI sedang diperiksa oleh KPK
>
> sebagai
>
> tindak lanjut dari penyelidikan tentang skandal Century. Dalam proses
>
> yang
>
> sedang berjalan, Bank Dunia menawarkan jabatan dengan dimulainya efektif
>
> pada
>
> tanggal 1 Juni 2010. Bank Dunia yang selalu mengajarkan good governance
>
> dan
>
> supremasi hukum ternyata sama sekali tidak mempedulikan adanya proses
>
> hukum yang
>
> sedang berlangsung terhadap diri SMI.
>
>
>
> Menurut Jakarta Post, yang
>
>
>
> memberitakan melalui siaran pers tentang pengangkatan SMI sebagai
>
> managing
>
> director di WB adalah WB sendiri. Setelah itu, melalui wawancara barulah
>
> SMI
>
> mengakui bahwa berita itu benar. Itu terjadi pada tanggal 4 Mei 2010.
>
>
>
> Juru bicara Presiden memberi pernyataan bahwa Presiden SBY akan
>
> memberi
>
> konferensi pers setelah memperoleh ketegasan dari Presiden WB Robert
>
> Zoelick.
>
> Namun sehari kemudian diberitakan bahwa SBY telah menerima surat dari
>
> Presiden
>
> WB pada tanggal 25 April 2010. Mengapa SBY merasa perlu berpura-pura
>
> seperti
>
> ini?
>
>
>
> Dalam konferensi persnya, SBY memuji SMI sebagai salah
>
> seorang
>
> menteri terbaiknya yang disertai dengan rincian prestasi dan
>
> capaian-capaiannya.
>
> Tetapi justru dengan bangga melepaskan SMI supaya tidak melanjutkan
>
> baktinya
>
> kepada bangsa Indonesia.
>
>
>
> SMI diberi waktu 72 jam untuk
>
> memberikan
>
> jawabannya menerima atau menolak tawaran WB. Tetapi SMI tidak
>
> membutuhkan waktu
>
> itu, karena dalam 24 jam langsung saja memberikan jawaban bahwa dirinya
>
> menerima
>
> tawaran itu.
>
>
>
> Dan antara penerimaan tawaran dan efektifnya dia
>
> berfungsi
>
> di WB hanya 25 hari. Seorang sopir saja membutuhkan waktu transisi yang
>
> lebih
>
> lama untuk majikannya perorangan. Tetapi SMI dan SBY merasa tidak
>
> apa-apa kalau
>
> jangka waktu tersebut hanyalah 25 hari.
>
>
>
> Mustahil bahwa WB yang
>
> mempunyai
>
> kantor perwakilan di Indonesia tidak mengetahui dan tidak mengikuti
>
> bekerjanya
>
> Pansus Century di DPR. Mustahil juga bahwa kantor perwakilan WB di
>
> Jakarta dan
>
> kantor pusatnya tidak mengetahui isi dari Laporan BPK. Dengan sendirinya
>
> juga
>
> mustahil bahwa WB tidak mengetahui bahwa sampai dibuktikan sebaliknya,
>
> SMI
>
> memang belum bersalah, tetapi jelas bermasalah yang masih dalam proses
>
> penyelesaian dan kejelasan oleh KPK.
>
>
>
> Tetapi WB yang di seluruh
>
> dunia
>
> mengumandangkan dan mengajarkan Good Governance dan jagoan dalam
>
> menegakkan
>
> supremasi hukum melakukan penginjak-injakan proses hukum yang sedang
>
> berjalan di
>
> KPK.
>
>
>
> Ketika itu, tindakan WB jelas melecehkan dan bahkan
>
> menganggap
>
> keseluruhan proses yang telah berjalan di Pansus Century DPR RI sebagai
>
> tidak
>
> ada atau hanya dagelan saja. Maka sangatlah menyedihkan bahwa sikap yang
>
>
>
> demikian oleh WB didukung oleh
>
> Presiden RI, sedangkan SMI bersikap
>
> tidak
>
> akan ada siapapun di Indonesia yang bisa menyentuhnya selama WB ada di
>
> belakangnya.
>
>
>
> Ketika berita itu meledak, banyak orang termasuk
>
> saya
>
> sendiri yang bertanya-tanya, apakah pengangkatannya ini tidak akan
>
> menimbulkan
>
> gejolak. Ternyata sama sekali tidak. Dalam waktu 10 hari sudah tidak ada
>
> lagi
>
> yang berbicara dengan nada kritis. Sebaliknya, banyak sekali yang
>
> berbicara
>
> dengan nada memuji.
>
>
>
> Yang lebih mengejutkan lagi ialah praktis
>
> tidak ada
>
> elit politik Indonesia yang marah kepada WB. Sebaliknya, dalam
>
> konferensi
>
> persnya Presiden RI SBY merasa berterima kasih kepada WB yang telah
>
> memberikan
>
> penghargaan kepada Indonesia, karena telah sudi memungut SMI menduduki
>
> jabatan
>
> yang terhormat di WB sebagai Managing Director.
>
>
>
> Ada suara dari
>
> DPR,
>
> terutama dari Faisal Akbar (Hanura) yang menyerukan agar SMI dicekal
>
> sebelum
>
> pemeriksaannya oleh KPK tuntas dengan kesimpulan bahwa SMI memang bersih
>
> dalam
>
> kebijakannya bailout Century. Namun pernyataan yang sangat logis ini
>
> tidak
>
> bergaung. Respons dari KPK justru mengatakan bahwa pemeriksaan dapat
>
> dilanjutkan
>
> di Washington, DC. Langsung saja muncul reaksi yang mengatakan bahwa
>
> pemeriksaan
>
> semacam ini akan sangat mahal, karena jaraknya yang jauh, dan juga akan
>
> terkendala oleh tersedianya dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Saya
>
> sendiri tidak
>
> dapat membayangkan bahwa WB akan mengizinkan adanya seorang managing
>
> director--nya diperiksa oleh KPK di markas WB di Washington, DC.
>
>
>
> Tadinya
>
>
>
> saya berpikir bahwa kalau dilakukan, pemeriksaan seorang managing
>
> director oleh
>
> KPK di Washington, DC pasti akan menarik perhatian pers internasional.
>
> Ternyata
>
> salah. Kenyataan adanya pengangkatan seorang MD WB yang bermasalah sama
>
> sekali
>
> tidak menarik perhatian pers internasional, terutama pers AS. Masih
>
> segar dalam
>
> ingatan kita betapa hebohnya reaksi pers internasional ketika Paul
>
> Wlfowitz
>
> terlibat skandal, sehingga memaksanya mengundurkan diri. Apa artinya?
>
> Begitu
>
> hebatkah SMI, atau begitu remehnya bangsa Indonesia di mata pers
>
> internasional,
>
> sehingga peristiwa Century yang sedang berlangsung dianggap tidak ada?
>
>
>
> Episode paling akhir dari hijrahnya SMI ke WB adalah penampilan
>
> SMI
>
> dalam pertemuan-pertemuan perpisahan. Pidatonya yang mendapat tepuk
>
> tangan
>
> sambil berdiri (standing ovation) dari orang-orang seperti Gunawan
>
> Mohammad,
>
> Marsilam Simanjuntak, Wimar Witoelar mengundang renungan apa gerangan
>
> yang ada
>
> di belakang ucapannya yang hanya sepotong tanpa penjelasan lanjutannya
>
> itu?
>
> Yaitu : “Saya menang”, “Jangan lagi ada pemimpin yang tidak melindungi
>
> atau
>
> mengorbankan anak buahnya.” “I will come back” yang sangat mirip
>
> dengan ucapan Mac Arthur : “ I shall return”. Akankah SMI membentuk
>
> semacam
>
> pemerintahan in exile yang akan kembali menjadi
>
> Presiden RI ?
>
> Sudah ada yang menyuarakan bahwa SMI-lah yang paling cocok untuk menjadi
>
>
>
> Presiden
>
> RI di tahun 2014.
>
>
>
> Di satu pihak
>
> demikian gagah beraninya sikap yang ditunjukkan oleh SMI dalam beberapa
>
> pidatonya, tetapi beliau menangis berkali-kali dengan wajah yang
>
> sangat-sangat
>
> sedih ketika berpidato dalam acara serah terima jabatan kepada Menteri
>
> Keuangan
>
> yang baru. Ada
>
> apa ? Sedihkah ? Menurut SMI sendiri tidak, dia menangis karena merasa
>
> “plong”,
>
> merasa lega. Bukankah orang menangis karena sedih atau karena terharu ?
>
> Kalau
>
> lega, apalagi “plong” biasanya bersorak sorai.
>
>
>
> Apa pula yang
>
> menyebabkan
>
> Presiden SBY menghapus pengangkatan Anggito Abimanyu sebagai Wakil
>
> Menteri
>
> Keuangan tanpa yang bersangkutan diberitahu sebelumnya. Anggito
>
> mengetahuinya
>
> dari media massa
>
> seperti kita semua. Maka demi harga diri profesional, dia mengundurkan
>
> diri,
>
> membuang semua karir cemerlang yang dijalaninya. Demikian kejam,
>
> manipulatif,
>
> raja tega, main diktator, ataukah ada kekuatan besar, ada big stream
>
> that
>
> President SBY can not resist ?
>
>
>
> METAFORSA
>
> BERKELEY MAFIA MENJADI ORGANISASI TANPA BENTUK
>
> (OTB)
>
>
>
> Fenomena adanya sekelompok ekonom yang
>
> dikenal
>
> dengan sebutan Berkeley Mafia sudah kita ketahui. Aliran pikiran yang
>
> dihayati
>
> oleh kelompok ini juga sudah kita kenali. Komitmennya membela rakyat
>
>
>
> Indonesia ataukah membela
>
> kepentingan-kepentingan yang diwakili oleh 3 lembaga keuangan
>
> internasional
>
> (Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan IMF) juga sudah diketahui oleh
>
> masyarakat
>
> luas.
>
>
>
> Pembentukan kelompok yang terkenal dengan nama Berkeley
>
> Mafia
>
> sudah dimulai sejak lama. Namanya menjadi terkenal dalam Konferensi
>
> Jenewa di
>
> bulan November 1967 yang akan diuraikan lebih lanjut pada bagian akhir
>
> tulisan
>
> ini. Awalnya kelompok ini adalah para ekonom dari FE UI yang
>
> disekolahkan di
>
> Universitas Berkeley untuk meraih gelar Ph.D. Tetapi lambat laun menjadi
>
> sebuah
>
> Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) yang sangat kompak dan kokoh ideologinya.
>
> Ideologinya mentabukan campur tangan pemerintah dalam kehidupan ekonomi.
>
>
>
> Afiliasinya dengan kekuatan asing yang diwakili oleh Bank Dunia, Bank
>
> Pembangunan Asia dan IMF, sehingga sangat sering memenangkan kehendak
>
> mereka
>
> yang merugikan bangsanya sendiri. Lambat laun para anggotanya meluas
>
> dari siapa
>
> saja yang sepaham. Banyak ekonom yang tidak pernah belajar di
>
> Universitas
>
> Berkeley , bahkan
>
> tidak pernah belajar di UI menjadi anggota. Mereka membentuk
>
> keturunan-keturunannya.
>
>
>
> Anggotanya ditambah dengan para sarjana
>
> ilmu
>
> politik dari Ohio State University dengan Prof. Bill Liddle sebagai
>
> tokohnya,
>
> karena dia merasa dirinya “Indonesianist” dan diterima oleh
>
> murid-muridnya
>
> sebagai akhli tentang Indonesia. Paham dan ideologi yang dihayatinya
>
> sama.
>
>
>
> Kemudian diperkuat dengan orang-orang yang merasa dirinya paling
>
> pandai
>
> di
>
> Indonesia , sedangkan rakyatnya masih
>
> bodoh. Sikapnya seperti para pemimpin dan kader Partai Sosialis
>
> Indonesia (PSI)
>
> dahulu, yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir. Kecenderungannya memandang
>
> rendah dan
>
> sinis terhadap bangsanya sendiri, dengan sikap yang selalu tidak mau
>
> menjawab
>
> kritikan terhadap dirinya, melainkan disikapi dengan senyum yang khas,
>
> bagaikan
>
> dewa yang sedang tersenyum sinis. Sikap ini terkenal dengan sikap
>
> “senyum
>
> dewata”. Dengan senyum dewata banyak masalah sulit yang sedang
>
> menggantung
>
> memang menjadi lenyap.
>
>
>
> Dengan demikian sebutan Berkeley Mafia
>
> sebaiknya diganti dengan
>
> Organisasi Tanpa Bentuk (OTB).
>
>
>
> Ilustratif tentang adanya OTB ini
>
> adalah
>
> pidato Dorodjatun Kuntjorojakti yang pertama kali dalam forum CGI
>
> sebagai Menko
>
> Perekonomian dalam kabinet Megawati. Kepada sidang CGI diberikan
>
> gambaran
>
> tentang perekonomian Indonesia. Setelah itu dikatakan olehnya bahwa dia
>
> mengetahui kondisi perekonomian Indonesia dengan cepat karena dia selalu
>
>
>
> asistennya Prof. Ali Wardhana dan dekat dengan Prof. Widjojo Nitisastro.
>
>
>
> Selanjutnya dikatakan bahwa “dirinya bukan anggota partai politik.
>
> Tetapi kalau
>
> toh harus menyebut organisasinya, sebut saja Partai UI Depok”. Setengah
>
> bercanda, setengah bangga, secara tersirat Dorodjatun mengakui bahwa OTB
>
> memang
>
> ada, pandai, profesional dan berkuasa.
>
>
>
> KAITAN Sri Mulyani Idrawati (SMI), PERAN
>
> KELOMPOK
>
> “BERKELEY MAFIA” DAN PENGANGKATANNYA SEBAGAI MANAGING DIRECTOR DI BANK
>
> DUNIA.
>
>
>
> Jauh sebelum SMI menjadi “orang”,
>
> Berkeley Mafia
>
> sudah lahir dan sangat instrumental buat kekuatan asing. SMI adalah
>
> salah satu
>
> kader yang berkembang menjadi “Don”.
>
>
>
> Marilah kita telusuri
>
> sejarahnya.
>
> Pencuatan Berkeley Mafia yang pertama kali dan fenomenal terjadi di
>
> Jenewa di
>
> bulan November 1967, ketika mereka mendukung atau lebih tepat
>
> “mengendalikan”
>
> pimpinan delegasi RI, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik.
>
> Tentang
>
> hal ini akan saya kemukakan pada bagian akhir tulisan ini dengan
>
> mengutip John
>
> Pilger, Jeffrey Winters dan Bradley Simpson yang akan diuraikan pada
>
> bagian
>
> akhir tulisan ini. Kita fokus terlebih dahulu pada jejak dan track
>
> record SMI.
>
>
>
> JEJAK SMI DAN TRACK
>
> RECORD-NYA
>
> SEBAGAI KADER OTB YANG SANGAT GIGIH DAN MILITAN
>
>
>
> SMI
>
>
>
> adalah orang yang sejak awal sudah disiapkan sebagai kader yang militan
>
> dari
>
> OTB. Seperti yang lain-lainnya, karir dimulai dari FE-UI. Karirnya yang
>
> menonjol
>
> tidak sebagai dosen, tetapi sebagai Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi
>
> dan
>
> Masyarakat UI (LPEM UI). Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa FE UI
>
> dan
>
> Departemen Keuangan adalah pusat pengkaderan OTB.
>
>
>
> Ketika sudah
>
> terlihat
>
> jelas bahwa PDI-P akan menang dalam pemilu tahun 1999, dan Ketua Umumnya
>
>
>
> Megawati diperkirakan pasti akan menjadi Presiden, Kongres-nya di Bali
>
> menarik
>
> perhatian dari seluruh dunia. Saya terkejut melihat beberapa ekonom
>
> terkenal
>
> dari OTB hadir dalam pembukaan Kongres PDI-P di Bali tahun 1998 yang
>
> diselenggarakan di stadion. Mereka mendapat tempat khusus di stadion
>
> berlangsungnya pidato pembukaan oleh Megawati, yaitu duduk di kursi di
>
> bawah
>
> panggung. Tidak berdiri di depan panggung bersama-sama dengan massa yang
>
>
>
> mendengarkan pidato Ketua Umum PDI-P. Kalau tidak salah, SMI ada di
>
> antaranya.
>
>
>
> Buat saya sangat mengherankan karena Berkeley Mafia adalah
>
> arsitek
>
> pembangunan ekonomi di era Soeharto yang dengan sendirinya bersikap
>
> berseberangan dan sangat melecehkan serta memandang rendah PDI-P.
>
> Mengapa mereka
>
> sekarang hadir dalam Kongres PDI-P ? Ternyata mereka dibawa oleh orang
>
> yang
>
> ketika itu sangat dekat dengan Megawati. Mereka diperkenalkan kepada
>
> Megawati
>
> sebagai calon-calon menteri dalam Kabinet Mega nantinya.
>
>
>
> Dari
>
> sini
>
> sangatlah jelas bahwa buat OTB, yang penting memegang kekuasaan ekonomi
>
> tanpa
>
> peduli siapa Presidennya dan tanpa peduli apa ideologi Presidennya.
>
> Mereka
>
> mempunyai organisasi sendiri yang saya sebut OTB tadi dengan kekuatan
>
> dan
>
> pengaruh yang sangat besar. Sepanjang 32 tahun rezim Soeharto, mereka
>
> selalu
>
> memegang tampuk kekuasaan ekonomi.
>
>
>
> Ketika pak Harto mengundurkan
>
> diri
>
> dan digantikan oleh Habibie, walaupun sudah tidak 100% lagi, kekuasaan
>
> ekonomi
>
> ada di tangan para menteri OTB.
>
>
>
> Sejak pak Harto berkuasa sampai
>
> dengan
>
> Megawati, dua Don dari OTB, Widjojo Nitisastro dan Ali Wardhana selalu
>
> secara
>
> resmi penasihat Presiden atas dasar Keputusan Presiden.
>
>
>
> Habibie
>
> digantikan oleh Gus Dur sebagai Presiden. Dalam kabinet Gus Dur tidak
>
> ada
>
> satupun menteri dari OTB. Menko EKUIN dipegang oleh Kwik Kian Gie (KKG),
>
> Menteri
>
> Keuangannya Bambang Sudibyo, Menteri Perdagangan dan Industri Jusuf
>
> Kalla. Tiga
>
> orang ini jelas tidak ada sangkut pautnya dengan OTB dan sama sekali
>
> tidak dapat
>
> dipengaruhi oleh OTB.
>
>
>
> Dalam waktu singkat Gus Dur ditekan oleh
>
> kekuatan
>
> internasional dan kekuatan para pengusaha besar di dalam negeri untuk
>
> memecat
>
> KKG. Karena sudah lama bersahabat, Gus Dur menceritakannya terus terang
>
> kepada
>
> KKG, sambil mengatakan bahwa beliau telah mencapai kompromi dibentuk
>
> Dewan
>
> Ekonomi Nasional (DEN) dengan Emil Salim sebagai Ketua dan SMI sebagai
>
> sekretarisnya. Di dalamnya ada beberapa anggota yang hanya berfungsi
>
> sebagai
>
> embel-embel. Mereka tidak pernah aktif kecuali SMI dan Emil Salim. DEN
>
> berhak
>
> menghadiri setiap rapat koordinasi oleh Menko EKUIN. Sebelum dan setelah
>
> KKG
>
> menjabat Menko EKUIN DEN tidak pernah ada. Jadi DEN memang khusus
>
> diciptakan
>
> untuk menjaga, mengawasi dan memata-matai KKG supaya jangan neko-neko
>
> terhadap
>
> OTB dan kepentingan World Bank, Bank Pembangunan Asia dan IMF.
>
>
>
> Dalam
>
>
>
> rapat koordinasi yang pertama KKG mengatakan kepada para menteri yang
>
> ada dalam
>
> koordinasinya bahwa kita sedang berhadapan dengan IMF yang mengawasi
>
> dengan
>
> ketat pelaksanaan Letter of Intent (LoI). Banyak dari butir-butir dalam
>
> LoI yang
>
> merugikan bangsa Indonesia, antara lain, bea masuk untuk impor beras dan
>
> gula
>
> harus nol persen, sedangkan ketika itu produksi dalam negeri melimpah.
>
> Maka KKG
>
> mengatakan supaya para menteri bersikap membela kepentingan bangsa
>
> Indonesia,
>
> kalau perlu menelikung, menghambat atau menyiasati LoI yang merugikan
>
> bangsa
>
> kita. Kalau mereka menghadapi persoalan KKG sebagai Menko EKUIN akan
>
> bertanggung
>
> jawab.
>
>
>
> Beberapa hari kemudian Emil Salim mendatangi KKG menegur
>
> dengan
>
> keras bahwa KKG tidak boleh bersikap seperti itu. KKG harus taat
>
> melaksanakan
>
> semua butir yang ada di dalam LoI, karena KKG sendirilah sebagai Menko
>
> EKUIN
>
> yang menandatangani LoI.
>
>
>
> Beberapa hari lagi setelah itu, Bambang
>
> Sudibyo
>
> (Menkeu), KKG dan Emil Salim dipanggil oleh Gus Dur. Gus Dur
>
> mempersilakan Emil
>
> Salim mengkuliahi KKG dan Bambang Sudibyo yang isinya tiada lain adalah
>
> butir-butir dari LoI.
>
>
>
> Mungkin dirasakan tidak mempan, sidang
>
> kabinet
>
> diselenggarakan secara khusus yang agendanya tunggal, yaitu membahas
>
> LoI. Kepada
>
> setiap menteri diberikan selembar formulir yang isinya butir-butir LoI
>
> yang
>
> harus dilaksanakan oleh masing-masing menteri yang bersangkutan, dan
>
> kemudian
>
> harus ditandatangani. Menteri-menteri menggerutu diperlakukan seperti
>
> anak SD.
>
>
>
> Dalam sidang kabinet itu, Mensesneg Bondan Gunawan membacakan
>
> uraiannya
>
> tentang butir-butir LoI yang mutlak harus dilaksanakan oleh setiap
>
> menteri,
>
> lengkap dengan slides. SMI hadir dalam sidang kabinet itu. Seusai
>
> membacakannya,
>
> Bondan sambil berkeringat menggerutu kepada KKG sambil mengatakan
>
> “diamput”
>
> bahwa dirinya tidak mengerti ekonomi kok disuruh memaparkan hal-hal
>
> seperti itu.
>
> Ketika KKG menanyakannya siapa yang membuatnya, dijawab singkat : SMI.
>
>
>
> Sebagai Menko EKUIN KKG ex officio menjabat Ketua KKSK yang
>
> memimpin dan
>
> memutuskan tentang rekapitalisasi bank-bank seperti yang tercantum dalam
>
> LoI.
>
> Dalam rapat tentang rekap BNI sebesar Rp. 60 trilyun, LoI mengatakan
>
> bahwa rekap
>
> dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama sebesar Rp. 30 trilyun, seluruh
>
> Direksi
>
> diganti dan
>
> dipantau apakah bekerja dengan baik menurut ukuran IMF.
>
> Kalau
>
> ya, maka Rekap. kedua sebesar Rp. 30 trilyun dilakukan. Darmin Nasution
>
> yang
>
> ketika itu Direktur di Kementerian Keuangan hadir mewakili Depkeu. Dia
>
> mengusulkan supaya Rekap. dilakukan sekaligus saja sebesar Rp. 60
>
> trilyun, agar
>
> pemerintah tidak perlu dua kali minta izin/melaporkan kepada DPR. SMI
>
> yang hadir
>
> protes, mengatakan bahwa dalam LoI tercantum Rekap. dalam dua tahap. KKG
>
> merasa
>
> usulan Darmin Nasution masuk akal. Maka diputuskan olehnya bahwa Rekap.
>
> dilakukan sekaligus. Terlihat SMI sibuk dengan HP-nya.
>
>
>
> Seusai
>
> rapat,
>
> begitu KKG tiba di ruang kerjanya dari ruang rapat, telpon berdering
>
> dari John
>
> Dordsworth, Kepala Perwakilan IMF di Jakarta yang marah-marah karena KKG
>
>
>
> memutuskan tentang Rekap. BNI yang bertentangan dengan ketentuan LoI.
>
> Begitu
>
> telpon diletakkan telpon berdering lagi dari Bambang Sudibyo yang
>
> menceriterakan
>
> bahwa dirinya baru dimarah-marahi oleh Mark Baird, Kepala Perwaklian
>
> Bank Dunia
>
> di Jakarta tentang hal yang sama. Sangat jelas tugas SMI ternyata
>
> melaporkan
>
> segala sesuatu yang dilakukan oleh Pemerintah dan dianggap menyimpang
>
> dari yang
>
> dikehendaki oleh IMF, walaupun yang dikehendaki oleh IMF merugikan
>
> bangsa
>
> Indonesia.
>
>
>
> Peristwa selanjutnya adalah ketika KKSK harus merekap
>
> Bank
>
> Danamon. Bank Danamon diwakili oleh Dirutnya, seorang Amerika bernama
>
> Milan
>
> Schuster dan Direkturnya puteranya Ali Wardhana, Mahendra Wardhana.
>
> Mereka
>
> mengemukakan bahwa Bank Danamon menderita kerugian setiap bulannya dan
>
> CAR-nya
>
> juga di bawah 8%. KKG bertitik tolak dari jumlah kerugian setiap
>
> bulannya. Untuk
>
> menutup kerugian ini, surat utang pemerintah yang bernama Obligasi
>
> Rekapitalisasi Perbankan (OR) yang harus diinjeksikan haruslah Rp. X
>
> yang
>
>
>
> harus memberikan pendapatan bunga sebesar kerugian Bank Danamon. Maka
>
> keluarlah
>
> angka Rp. 18 trilyun. Dengan pendapatan bunga sebesar 1% sebulan dari OR
>
> yang
>
> Rp. 18 trilyun, kerugian Bank Danamon akan tertutup, atau Bank Danamon
>
> tidak
>
> akan bleeding lagi. SMI langsung protes mengatakan bahwa menginjeksi OR
>
> sebesar
>
> Rp. 18 trilyun berarti menjadikan CAR-nya sebesar 36%, sedangkan LoI
>
> memerintahkan merekap bank-bank sampai CAR-nya menjadi 8% saja. KKG
>
> tidak
>
> peduli, karena yang hendak dicapai adalah supaya Bank berhenti merugi.
>
> Kalau
>
> rekap dilakukan dengan jumlah yang hanya cukup untuk menjadikan CAR 8%
>
> saja,
>
> pendapatan bunganya akan jauh lebih kecil daripada kerugiannya, sehingga
>
>
>
> rekapitalisasi tidak akan menghentikan kerugian-nya (masih tetap
>
> bleeding).
>
>
>
> Kebijakan KKG yang menyimpang dari LoI, tetapi jelas-jelas lebih
>
> logis
>
> ini ternyata dilaporkan kepada IMF oleh SMI. Saya mengetahui tentang hal
>
> ini,
>
> karena ketika melakukan kunjungan kehormatan pada Menteri Keuangan Larry
>
> Summers
>
> di kantornya di Washington, DC, saya diterima oleh Larry Summers sendiri
>
> sebagai
>
> Menteri Keuangan, didampingi oleh Timothy Geithner selalu Deputy-nya
>
> plus
>
> beberapa pejabat tinggi lainnya yang memarahi KKG bahwa KKG selalu
>
> menelikung
>
> LoI-nya IMF. Ketika saya tanyakan tentang apa konkretnya sebagai contoh,
>
> dia
>
> menceriterakan persis seperti yang dikatakan oleh SMI dalam rapat KKSK.
>
>
>
> Selaku Menko EKUIN KKG harus memimpin delegasi RI ke Paris Club
>
> untuk
>
> berunding tentang penjadwalan kembali pembayaran hutang yang sudah jatuh
>
> tempo,
>
> karena Pemerintah tidak mampu membayarnya. KKG diundang ke Departemen
>
> Keuangan
>
> guna menerima penjelasan-penjelasan tentang jalannya perundingan, dan
>
> juga
>
> diberikan arahan-arahan oleh 3 perusahaan konsultan asing yang terkenal
>
> dengan
>
> nama “Troika”. Saya lupa nama dari masing-masing perusahaan konsultan
>
> tersebut.
>
> Dikatakan juga bahwa KKG beserta delegasinya (Dono Iskandar dari BI dan
>
> Jusuf
>
> Anwar dari Depkeu) harus siap bahwa lamanya perundingan 24 jam non stop
>
> tanpa
>
> dapat tidur, yaitu dari jam 10.00 pagi sampai jam 10.00 pagi keesokan
>
> harinya.
>
>
>
> KKG mengatakan bahwa dia tidak mau mengikuti skenario yang
>
> seperti itu.
>
> KKG minta kepada para petinggi Depkeu yang hadir agar mempersiapkan
>
> gambaran
>
> menyeluruh tentang posisi hutang luar negeri RI. KKG akan mengatakan
>
> bahwa
>
> jumlah hutang yang demikian besarnya adalah kesalahan negara-negara
>
> pemberi
>
> hutang juga, yang sejak tahun 1967 menggerojok hutang kepada Indonesia
>
> melalui
>
> IGGI/CGI. Setelah mengucapkan pidato singkat ini KKG akan tidur, dan
>
> mempersilakan mereka berunding sesukanya. Apa yang merekaputuskan akan
>
> dipenuhi
>
> oleh KKG kalau dianggap reasoanble dan fair, tetapi kalau dianggap tidak
>
> fair
>
> akan ditolak dan KKG akan segera terbang kembali ke Indonesia sambil
>
> mengatakan
>
> akan berani menghadapi resiko apapun.
>
>
>
> Beberapa hari kemudian
>
> Marsilam
>
> Simanjuntak (Mensesneg) menelpon KKG memberitahukan bahwa Presiden Gus
>
> Dur telah
>
> menerbitkan Keputusan Presiden yang membentuk Tim Asistensi pada Menko
>
> EKUIN
>
> yang harus mengawal (baca mengawasi dan mengendalikan) Menko EKUIN
>
> selama
>
> perundingan Paris Club. Ketuanya Widjojo Nitisastro dan Sekretarisnya
>
> SMI.
>
> Memang selama perundingan Widjojo N. dan SMI mengapit KKG dan Bambang
>
> Sudibyo
>
> selama 24 jam, supaya mereka menjaga bahwa KKG benar-benar menanggapi
>
> pasal demi
>
> pasal dari para anggota Paris Club.
>
>
>
> Ketika Megawati menjabat
>
> Presiden,
>
> diberitakan di Kompas bahwa SMI akan menjabat sebagai anggota Board of
>
> Directors
>
> IMF di Washington mewakili
>
> Indonesia . KKG menanyakan hal itu
>
> kepada Mega. Beliau terkejut sambil mengatakan : “kok enak saja,
>
> kan harus dengan
>
> persetujuan saya?”, sambil mengatakan juga bahwa beliau tidak pernah
>
> mengetahuinya dan tidak pernah menandatangani Keppres untuk itu. Beberapa hari
>
> kemudian diberitakan lagi di Kompas bahwa SMI sudah akan
>
> efektif menjabat per tanggal tertentu. KKG menanyakan hal itu lagi
>
> kepada
>
> Megawati, dan dijawab bahwa Keppresnya memang sudah ditandatangani
>
> dengan alasan
>
> “…daripada, daripada ….”
>
>
>
> Konon kabarnya, sebelum susunan Kabinet
>
>
>
> Indonesia Bersatu (KIB) I terbentuk, SBY didatangi oleh Dubes AS Ralph
>
> Boyce dan
>
> Kepala Perwakilan Bank Dunia di Jakarta Andrew Steer. Mereka mengatakan
>
> bahwa
>
> kendali ekonomi hendaknya diberikan kepada SMI, Boediono dan Mari
>
> Pangestu.
>
> Boediono menolak yang bisa dipahami. Seusai sidang kabinet Megawati
>
> terakhir
>
> Boediono berpamitan dengan rekan-rekan menterinya. Dia mengatakan bahwa
>
> salah
>
> satu dari kita bisa saja diminta lagi oleh SBY untuk duduk dalam
>
> kabinetnya.
>
> Tetapi dia (Boediono) tidak akan mau duduk dalam pemerintahan. Dia sudah
>
> fed up
>
> dan akan kembali ke kampus saja. Saya termasuk yang diberitahu tentang
>
> hal ini.
>
> Maka saya tidak heran mendengar bahwa Boediono menolak tawaran SBY untuk
>
> duduk
>
> dalam KIB-nya. Namun ketika SBY tidak tahan tekanan publik, beliau
>
> mengumumkan
>
> akan melakukan reshuffle kabinet. Saya mendengar bahwa Boediono sedang
>
> “digarap”
>
> habis-habisan untuk mau menjadi Menko Perekonomian, dan terjadilah itu.
>
> Ini saya
>
> gambarkan betapa mutlak pengaruh kekuatan internasional dalam
>
> mengendalikan
>
> kebijakan ekonomi Indonesia. Lebih hebat lagi, Jakarta Post tanggal 25
>
> Mei 2009
>
> memberitakan bahwa ketika Boediono ditanya, faktor apa yang mendorongnya
>
> mau
>
> menerima pencalonan dirinya sebagai Wakil Presiden dijawab olehnya :
>
> “because of
>
> a big stream that I can not resist”, yang berarti karena arus (kekuatan)
>
> besar
>
> yang tidak dapat ditahannya. Saya merasa perlu menceriterakan ini karena
>
>
>
> hubungannya antara SMI dan Boediono yang sama-sama anggota senior OTB
>
> dan
>
> sama-sama disodorkan kepada SBY agar mereka dan Mari Pangestu memegang
>
> kekuasaan
>
> ekonomi di Indonesia. Kenyataan-kenyataan ini jelas relevan dalam
>
> menjelaskan
>
> mengapa pengangkatan SMI sebagai managing director WB yang sangat tidak
>
> wajar
>
> dan menghina bangsa Indonesia itu berjalan demikian mulusnya.
>
>
>
> Di
>
>
>
> tengah-tengah menjalankan tugas sebagai Menkeu yang dalam proses
>
> pemeriksaan
>
> oleh KPK sebagai tindak lanjut dari hasil kerja Pansus DPR tentang Bank
>
> Century,
>
> SMI mengumumkan pengunduran dirinya untuk menjabat sebagai managing
>
> director di
>
> WB mulai tanggal 1 Juni 2010, seperti yang kita ketahui bersama.
>
>
>
> Saya
>
>
>
> mempunyai pengalaman yang menyangkut SMI dan Kejaksaan Tinggi DKI
>
> Jakarta.
>
> Ceriteranya sebagai berikut: hibah dari Uni Eropa kepada Indonesia
>
> menurut
>
> investigasi WB dikorup. Karena pelaksananya Bappenas, maka saya
>
> “diperiksa” oleh Kejaksaan
>
> Tinggi DKI Jakarta. Yang dipermasalahkan bukan KKG mengkorup, tetapi
>
> mengapa KKG
>
> membayar kembali hibah yang dituntut oleh WB sebesar USD 500 juta
>
> sedangkan yang
>
> dikorup hanyalah sekitar USD 30.000. Mengembalikan hibah seluruhnya
>
> sebesar USD
>
> 500 juta dianggap merugikan keuangan negara. Tetapi ketika salah paham,
>
> bahwa
>
> justru KKG yang berkelahi tidak mau membayar dan SMI yang sebagai
>
> Menteri
>
> Keuangan yang membayarnya, SMI-nya tidak diapa-apakan. KKG juga tidak
>
> diapa-apakan, tetapi sempat diperiksa. Berkaitan dengan ini ada hal
>
> sejenis yang
>
> terpublikasikan secara luas. Indonesia menerima hutang dari WB sebesar
>
> USD 4,7
>
> juta untuk membangun proyek infra struktur. Menurut WB lagi sebagian
>
> dikorup,
>
> dan karena itu minta supaya seluruh hutang yang USD 4,7 juta
>
> dikembalikan. Tidak
>
> jelas dikembalikan atau tidak. Rasanya dikembalikan dan tidak ada
>
> konsekwensinya, walaupun dianggap merugikan dan mengacaukan perencanaan
>
> keuangan
>
> negara. Saya kemukakan ini karena ada kecenderungan segala sesuatunya
>
> akan kebal
>
> hukum apabila WB ada di belakangnya. Jelas ini merupakan faktor yang
>
> bisa
>
> menjelaskan mengapa pengangkatan SMI oleh WB langsung saja mematikan
>
> urusannya
>
> dengan KPK tentang Century yang sebelumnya demikian gegap gempitanya.
>
>
>
> SMI, BERKELY MAFIA,
>
> KEKUATAN
>
> ASING DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
>
>
>
> Kekuatan asing
>
> yang
>
> boleh dikatakan menentukan semua kebijakan ekonomi dan keuangan
>
> Indonesia
>
> diwakili oleh tiga lembaga keuangan internasional, yaitu Bank Dunia,
>
> Bank
>
> Pembangunan Asia dan IMF.
>
>
>
> Ketika KKG sebagai Menko EKUIN pertama
>
> kali
>
> harus mengucapkan pidato di depan CGI dalam pembukaan rapat tahunannya,
>
> kepada
>
> KKG disodorkan naskah pidato oleh staf yang jelas anggota OTB. Isinya
>
> sama
>
> sekali tidak disetujui oleh KKG, dan dia minta kepada staf yang
>
> bersangkutan
>
> supaya diubah dengan arahan dari KKG. Dia menolak sambil mengatakan
>
> bahwa sudah
>
> menjadi tradisi sejak dahulu kala bahwa pidato pembukaan IGGI/CGI oleh
>
> Ketua
>
> Delegasi RI haruslah dibuat oleh WB melalui staf Menko EKUIN. Akhirnya
>
> saya
>
> membuatnya sendiri yang isinya sesuai dengan hati nurani dan keyakinan
>
> saya,
>
> yang ternyata isinya mengejutkan pimpinan sidang, Wakil Presiden WB Dr.
>
> Kasum.
>
>
>
> Pidato yang saya ucapkan mengandung tiga inti. Yang pertama,
>
> kalau
>
> Indonesia tidak mampu membayar cicilan pokok utang beserta bunga yang
>
> jatuh
>
> tempo, negara-negara IGGI/CGI ikut bersalah, karena barang siapa memberi
>
> utang
>
> harus mengevaluasi apakah yang diberi utang akan mampu membayar cicilan
>
> utang
>
> pokoknya beserta bunganya tepat waktu. Kalau ternyata tidak bisa,
>
> negara-negara
>
> pemberi utang harus ikut bertanggung jawab dalam bentuk hair cut. Bukan
>
> hanya
>
> penundaan pembayaran cicilan utang pokoknya saja, yang sifatnya
>
> menggeser beban
>
> di kemudian hari, sedangkan bunganya membengkak. Kedua, KKG protes
>
> penggunaan
>
> istilah “negara donor”, dan minta supaya istilah yang sudah dibakukan
>
> oleh WB
>
> bersama-sama dengan para ekonom OTB itu diganti dengan istilah “negara
>
> kreditur”
>
> atau “negara pemberi utang”. Ketiga, KKG juga protes digunakannya
>
> istilah “aid”
>
> atau bantuan, dan minta diganti dengan “loan” atau kredit. Kesemuanya
>
> tidak
>
> dihiraukan. Belakangan saya mendengar dari Dr. Satish Mishra yang khusus
>
>
>
> diperbantukan pada Indonesia oleh PBB selama krisis. Dia memberitahukan
>
> kepada
>
> saya bahwa walaupun segala sesuatu yang saya katakan masuk akal, para
>
> ekonom OTB
>
> sendiri bersama-sama dengan WB, Bamk Pembangunan Asia dan IMF
>
> menyikapinya
>
> dengan “let him talk”. Biarlah dia bicara, tidak akan ada dampaknya sama
>
> sekali.
>
>
>
> SEJARAH PENGUASAAN
>
> EKONOMI
>
> INDONESIA OLEH KEKUATAN ASING DAN KELOMPOK BERKELEY MAFIA
>
>
>
>
>
> Mari sekarang kita telaah bagaimana beberapa akhli dan pengamat
>
> asing
>
> melihat peran kekuatan asing dan kelompok Berkeley Mafia dalam
>
> perekonomian
>
> Indonesia sejak tahun 1967.
>
>
>
> Saya kutip apa yang ditulis oleh
>
> John Pilger dalam bukunya yang berjudul “The New Rulers of the World.”
>
> Saya
>
> terjemahkan seakurat mungkin ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :
>
>
>
>
>
> “Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ‘hadiah
>
> terbesar’,
>
> hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori
>
> konferensi
>
> istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambil alihan
>
>
>
>
>
> Indonesia .
>
> Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling
>
> berkuasa di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa
>
> korporasi Barat diwakili : perusahaan-perusahaan minyak dan bank,
>
> General
>
> Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American
>
> Tobacco,
>
> American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper
>
> Corporation, US
>
> Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh
>
> Rockefeller
>
> disebut “ekonoom-ekonoom
>
> Indonesia yang top”.
>
>
>
> “Di
>
> Jenewa, Tim Sultan terkenal dengan sebutan ‘the Berkeley Mafia’, karena
>
> beberapa
>
> di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat
>
> untuk
>
> belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai
>
> peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan
>
> yang
>
> hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya,
>
> Sultan
>
> menawarkan : …… buruh murah yang melimpah….cadangan besar dari sumber
>
> daya alam
>
> ….. pasar yang besar.”
>
>
>
> Di halaman 39 ditulis : “Pada hari kedua,
>
> ekonomi
>
>
>
> Indonesia telah dibagi, sektor demi
>
> sektor. ‘Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler’ kata Jeffrey
>
> Winters, guru
>
> besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya
>
> yang sedang
>
> bekerja untuk gelar doktornya, Brad Simpson telah mempelajari
>
> dokumen-dokumen
>
> konferensi. ‘Mereka membaginya ke dalam
>
> lima seksi : pertambangan di satu kamar,
>
> jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain, perbankan dan
>
> keuangan
>
> di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan
>
> sebuah
>
> delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh
>
> mereka
>
> dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar
>
> ini
>
> berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan : ini yang kami
>
>
>
> inginkan : ini, ini dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infra
>
> struktur
>
> hukum untuk berinvestasi di
>
> Indonesia . Saya tidak pernah
>
> mendengar situasi seperti itu sebelumnya, di mana modal global duduk
>
> dengan para
>
> wakil dari negara yang diasumsikan sebagai negara berdaulat dan
>
> merancang
>
> persyaratan buat masuknya investasi mereka ke dalam negaranya sendiri.
>
>
>
> Freeport
>
> mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry
>
> Kissinger
>
> duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel Papua Barat.
>
> Sang
>
> raksasa Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit
>
>
>
> Indonesia . Sekelompok
>
> perusahaan-perusahaan Amerika, Jepang dan Perancis mendapat hutan-hutan
>
> tropis
>
> di Sumatra, Papua Barat dan Kalimantan . Sebuah
>
> undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan buru-buru
>
> disodorkan
>
> kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak untuk
>
> lima tahun lamanya. Nyata
>
> dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia pergi ke Inter
>
> Governmental
>
> Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah Amerika
>
> Serikat,
>
> Canada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter
>
> Internasional dan
>
> Bank Dunia.”
>
>
>
> Demikian gambaran yang diberikan oleh Brad Simpson,
>
> Jeffrey
>
> Winters dan John Pilger tentang suasana, kesepakatan-kesepakatan dan
>
> jalannya
>
> sebuah konferensi yang merupakan titik awal sangat penting buat nasib
>
> ekonomi
>
> bangsa Indonesia selanjutnya.
>
>
>
> Kalau baru sebelum krisis global
>
> berlangsung kita mengenal istilah “korporatokrasi”, paham dan ideologi
>
> ini sudah
>
> ditancapkan di
>
> Indonesia sejak tahun 1967. Delegasi
>
>
>
> Indonesia adalah Pemerintah. Tetapi
>
> counter part-nya captain of industries atau para korporatokrat.
>
>
>
> PARA PERUSAK
>
> EKONOMI
>
> NEGARA-NEGARA MANGSA
>
>
>
> Benarkah sinyalemen John
>
> Pilger,
>
> Joseph Stiglitz dan masih banyak ekonom AS kenamaan lainnya bahwa
>
> hutanglah yang
>
> dijadikan instrumen untuk mencengkeram Indonesia ?
>
>
>
> Dalam rangka
>
> ini,
>
> saya kutip buku yang menggemparkan. Buku ini ditulis oleh John Perkins
>
> dengan
>
> judul : “The Confessions of an Economic Hit man”, atau “Pengakuan oleh
>
> seorang
>
> Perusak Ekonomi”. Buku ini tercantum dalam New York Times bestseller
>
> list selama
>
> 7 minggu.
>
>
>
> Saya kutip sambil menterjemahkannya ke dalam bahasa
>
> Indonesia
>
> sebagai berikut.
>
>
>
> Halaman 12 : “Saya hanya mengetahui bahwa
>
> penugasan
>
> pertama saya di
>
> Indonesia , dan saya salah seorang
>
> dari sebuah tim yang terdiri dari 11 orang yang dikirim untuk
>
> menciptakan cetak
>
> biru rencana pembangunan pembangkit listrik buat pulau Jawa.”
>
>
>
> Halaman
>
> 13
>
> : “Saya tahu bahwa saya harus menghasilkan model ekonometrik untuk
>
>
>
> Indonesia dan Jawa”. “Saya mengetahui
>
> bahwa statistik dapat dimanipulasi untuk menghasilkan banyak kesimpulan,
>
>
>
> termasuk apa yang dikehendaki oleh analis atas dasar statistik yang
>
> dibuatnya.”
>
>
>
> Halaman 15 : “Pertama-tama saya harus memberikan pembenaran
>
> (justification) untuk memberikan hutang yang sangat besar jumlahnya yang
>
> akan
>
> disalurkan kembali ke MAIN (perusahaan konsultan di mana John Perkins
>
> bekerja)
>
> dan perusahan-perusahaan Amerika lainnya (seperti Bechtel, Halliburton,
>
> Stone
>
> & Webster, dan Brown & Root) melalui penjualan proyek-proyek
>
> raksasa
>
> dalam bidang rekayasa dan konstruksi. Kedua, saya harus membangkrutkan
>
> negara
>
> yang menerima pinjaman tersebut (tentunya setelah MAIN dan kontraktor
>
> Amerika
>
> lainnya telah dibayar), agar negara target itu untuk selamanya
>
> tercengkeram oleh
>
> kreditornya, sehingga negara penghutang (baca :
>
>
>
> Indonesia ) menjadi target yang empuk
>
> kalau kami membutuhkan favours, termasuk basis-basis militer, suara di
>
> PBB, atau
>
> akses pada minyak dan sumber daya alam lainnya.”
>
>
>
> Halaman 15-16 :
>
> “Aspek
>
> yang harus disembunyikan dari semua proyek tersebut ialah membuat laba
>
> sangat
>
> besar buat para kontraktor, dan membuat bahagia beberapa gelintir
>
> keluarga dari
>
> negara-negara penerima hutang yang sudah kaya dan berpengaruh di
>
> negaranya
>
> masing-masing. Dengan demikian ketergantungan keuangan negara penerima
>
> hutang
>
> menjadi permanen sebagai instrumen untuk memperoleh kesetiaan dari
>
> pemerintah-pemerintah penerima hutang. Maka semakin besar jumlah hutang
>
> semakin
>
> baik. Kenyataan bahwa beban hutang yang sangat besar menyengsarakan
>
> bagian
>
> termiskin dari bangsanya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan
>
> jasa-jasa sosial
>
> lainnya selama berpuluh-puluh tahun tidak perlu masuk dalam
>
> pertimbangan.”
>
>
>
> Halaman 15 : “Faktor yang paling menentukan adalah Pendapatan
>
> Domestik
>
> Bruto (PDB). Proyek yang memberi kontribusi terbesar terhadap
>
> pertumbuhan PDB
>
> harus dimenangkan. Walaupun hanya satu proyek yang harus dimenangkan,
>
> saya harus
>
> menunjukkan bahwa membangun proyek yang bersangkutan akan membawa
>
> manfaat yang
>
> unggul pada pertumbuhan PDB.”
>
>
>
> Halaman 16 : “Claudia dan saya
>
> mendiskusikan karakteristik dari PDB yang menyesatkan. Misalnya
>
> pertumbuhan PDB
>
> bisa terjadi walaupun hanya menguntungkan satu orang saja, yaitu yang
>
> memiliki
>
> perusahaan jasa publik, dengan membebani hutang yang sangat berat buat
>
> rakyatnya. Yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi
>
> semakin
>
> miskin. Statistik akan mencatatnya sebagai kemajuan ekonomi.”
>
>
>
> Halaman
>
> 19
>
> : “Sangat menguntungkan buat para penyusun strategi karena di
>
> tahun-tahun enam
>
> puluhan terjadi revolusi lainnya, yaitu pemberdayaan
>
> perusahaan-perusahaan
>
> internasional dan organisasi-organisasi multinasional seperti Bank Dunia
>
> dan
>
> IMF.”
>
>
>
> PENUTUP
>
>
>
>
>
> Fokus tulisan ini adalah peran SMI dalam perpspektif sejarah dan
>
>
>
> kaitannya dengan hubungan yang sangat erat dan subordinatif pada
>
> kekuatan-kekuatan asing, mungkin kekuatan corporatocracy yang diwakili
>
> oleh tiga
>
> lembaga keuangan internasional, yaitu Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia
>
> dan IMF.
>
>
>
> Sejak Konferensi Jenewa bulan November 1967 yang digambarkan
>
> oleh John
>
> Pilger, dalam tahun itu juga lahir UU no. 1 tahun 1967 tentang Penanaman
>
> Modal
>
> Asing, yang disusul dengan UU No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal
>
> Dalam
>
> Negeri, dan serangkaian perundang-undangan dan peraturan beserta
>
> kebijakan-kebijakan yang sangat jelas menjurus pada liberalsasi. Dalam
>
> berbagai
>
> perundang-undangan dan peraturan tersebut, kedudukan asing semakin lama
>
> semakin
>
> bebas, sehingga akhirnya praktis sama dengan kedudukan warga negara
>
> Indonesia.
>
> Kalau kita perhatikan bidang-bidang yang diminati dalam melakukan
>
> investasi
>
> besar di Indonesia, perhatian mereka tertuju pada pertumbuhan PDB
>
> Indonesia yang
>
> produknya untuk mereka, sedangkan bangsa Indonesia hanya memperoleh
>
> pajak dan
>
> royalti yang sangat minimal.
>
>
>
> Bidang-bidang ini adalah
>
> pertambangan dan
>
> infra struktur seperti listrik dan jalan tol yang dari tarif tinggi yang
>
>
>
> dikenakan pada rakyat Indonesia mendatangkan laba baginya.
>
>
>
> Bidang
>
> lain
>
> adalah memberikan kredit yang sebesar-besarnya dengan tiga sasaran :
>
> pertama,
>
> memperoleh pendapatan bunga, kedua, proyek yang dikaitkan dengan hutang
>
> yang
>
> diberikan di mark up, dan dengan hutang kebijakan Indonesia dikendalikan
>
> melalui
>
> anak bangsa sendiri, terutama yang termasuk kelompok OTB untuk ekonomi
>
> dan
>
> kelompok The Ohio Boys untuk bidang politik.
>
>
>
> Keseluruhan ini
>
> sendiri
>
> merupakan cerita yang menarik dan bermanfaat sebagai bahan renungan
>
> introspeksi
>
> betapa kita sejak tahun 1967 sudah dijajah kembali dengan cara dan
>
> teknologi
>
> yang lebih dahsyat.
>
>
>
> Para penjajah Belanda dahulu menanam
>
> berbagai pohon
>
> yang buahnya bernilai tinggi. Kekejaman mereka terletak pada eksploitasi
>
> manusia
>
> Indonesia bagaikan budak. Kebun-kebunnya sampai sekarang menjadi PTP
>
> yang masih
>
> menguntungkan.
>
>
>
> Sejak tahun 1967, pengerukan dan penyedotan
>
> kekayaan alam
>
> Indonesia oleh kekuatan asing, terutama mineral yang sangat mahal
>
> harganya dan
>
> sangat vital itu dilakukan secara besar-besaran dengan modal besar dan
>
> teknologi
>
> tinggi. Para pembantunya adalah bangsa sendiri yang berhasil dijadikan
>
> kroni-kroninya. Apakah pengangkatan SMI menjadi managing director WB
>
> merupakan
>
> bagian dari skenario ini saya tidak tahu.
>
>
>
> http://sastrapembebasan.wordpress.com/
>
> http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/ 
>
> Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/  
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Get real-time World Cup coverage on the Yahoo! Toolbar. Download now to win a signed team jersey!

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment