Advertising

Thursday 23 June 2011

Bls: [wanita-muslimah] Dokumen Al-Azhar: Dukungan untuk Demokrasi dan HAM

 

agama apapun kalau dipolitisir akan berpotensi menindas, kalau fasis, totaliter, komunis dan diktator mengatas-namakan kekuasaan untuk menindas yang tidak sefaham. Sedangkan kalau agama ya mengatasnamakan Tuhan terhadap pihak yang dinilai tidak sefaham.
 
Sungguh berbeda dengan era Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin, dua era ini muncul pada saat semangat demokrasi belum berkembang seperti sekarang, belum teroganisir karena emamng konsep nation state belum dikenal, maka betul seperti yang disampaikan mas Donnie, bahwa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin menawarkan di era substansi yang lowong tsb suatu model alternatif teknologi pemerintahan atau seni mengelola pemerintahan yang lebih humanis, lebih egaliter dan pro keadilan dan menciptakan rahmatan lil'alamin, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Nah setelah dua era ini memang namanya kekhalifahan tetapi substansi dan implementasi kekuasaannya tidak lebih dari imperium atas nama agama, makanya tidak sepi dari perang sesama dan mempersekusi atau tidak memberikan ruang kebebasan berpikir dan bertindak secara proporsional.
 
Maka sebenarnya kalau umat islam ingin menyuarakan dan mengimplementasikan bahwa islam adalah khair ala kulli makan wa zaman = Islam adalah baik untuk segala tempat dan zaman, maka umat islam harus siap berdampingan dengan segala umat dalam satu wadah nation state di manapun berada, kapan saja berada berlomba bersama-sama memberikan kontribusi sesama dalam semangat musyawarah, humanistis, pluralistis, keadilan, cinta sesama dan nilai-nilai lain yang pro pada rahmatan lil alamin entah dalam konsep nation state atau regional maupun lintas negara dalam suatu wadah atau organisasi apapun namanya. Dan yang namanya pertarungan ide entah menyuarakan kitab suci atau sains, filsafat dalam suatu lembaga formal seperti parlemen atau ahlul halli wal aqdi maupun apalah istilahnya digelar secara terbuka dalam semangat musyawarah ataupun voting yang merupakan mekanisme lumrah dalam mencapai konsensus dalam level kelompok yang lebih besar dan mengikat warga negaranya.
 
Kalau kembali ke masa lalu, maka sama saja menarik jam mundur, biarlah jam bergerak apa adanya tetapi islam tetap eksis, umatnya tetap terakomodasi aspirasinya tidak dikebiri oleh penguasa di manapun berada.

Wassalam
Abdul Mu'iz

Dari: donnie damana <donnie.damana@gmail.com>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Dikirim: Kamis, 23 Juni 2011 16:31
Judul: Re: [wanita-muslimah] Dokumen Al-Azhar: Dukungan untuk Demokrasi dan HAM

hmm...
Abah.. kalau lautnya cuma sejengkal.. cukuplah pakai kail untuk menduga.. apalagi kalo lautnya lebih dangkal :p

Seperti biasa tidak ada nilai informasi lebih kecuali hanya bilang bahwa Khilafah adalah penegasian terhadap sistem yang ada.. bukan ini.. bukan itu.. bukan... dan kemudan hanya memberikan label itulah khilafah..

Nggak ada institusi seperti gereja.. tapi tetap saja ada institusi ulama yang mengklaim apa kata Tuhan dan apa yang tidak. Serta mempersekusi mereka yang dianggap tidak sejalan dengan apa yang diklaim sebagai perintah Tuhan.

Bisa minta tolong abah bisa disebutkan Ayat Al Qur'an yang mengharuskan model pemerintahan pake model khilafah seperti yang khalifah yang Abah (dan syeikh Usamah) mimpikan? Yang gemar menghukum, yang gemar menebar persekusi pada mereka yang tidak seide?

Jangan bilang Surat 2:30-33 lho yah. 

Apa yang dipraktekkan Nabi dan penerusnya pada saat itu adalah praktek state of the art "teknologi" pemerintahan pada masa itu. Nabi memberi contoh dengan melakukan kontrak sosial dengan perjanjian Medina. Sebuah fondasi dasar sistem demokrasi, kontrak sosial. Sesuatu yang dikhianati oleh penerus khilafah paska periode khulafaur rasyidin.

Kontrak sosial semakin berkembang, karena teknologi dan kultur sudah memungkinkan untuk partisipasi seluruh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pemerintahan. Semua orang punyak hak yang sama untuk menentukan siapa yang menjadi pemimpin.

Kalau dalam Islam setiap orang punya hak yang sama untuk berkomunikasi langsung dengan Allah. Kenapa setiap orang tidak punya hak untuk berkomunikasi dan berpartisipasi dalam menentukan penguasa negara dan keputusan politik kenegaraan? Memangnya Penguasa negara lebih hebat dari pada Allah?
Sehingga hanya segelintir orang saja yang mengklaim dirinya sebagai Ulama (yang sama persis kelakuannya seperti institusi gereja) yang berhak menentukan siapa yang berhak menjadi penguasa dan membuat keputusan politik negara?

Sampeyan mengkritisi institusi gereja karena melakukan klaim kebenaran untuk menetapkan keputusan politik. Tapi sampeyan Abah dan para ulama penggemar kekhalifahan, melakukan hal yang sama, setali tiga uang. Kelakuannya sama saja..

Seharusnya sampean dan para ulama penggemar khilafah merasa malu bertingkah bak institusi gereja memaksakan kebenaran dengan memaksakan kebenaran kalian terhadap keputusan politik, dan mengatakan bahwa orang kebanyakan tidak punyak hak (dan bahkan dibilang tidak punya ilmu) untuk menentukan keputusan politik. Apa yang menjadikan Anda yakin bahwa Allah tidak memberikan petunjuk secara langsung pada orang kebanyakan itu untuk memilih pemimpinnya mereka sendiri tanpa bantuan institusi ulama?

Padahal hak orang kebanyakan untuk berkomunikasi langsung dengan Allah merupakan nilai fundamental yang membedakan Islam dengan agama langit yang lain. Tapi kalian para ulama justru mengebiri hak tersebut. :(

Salim
:D

On Jun 23, 2011, at 9:08 AM, H. M. Nur Abdurrahman wrote:

> Donnie, kalau kail panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga
>
> Teokrasi, Sekularisme dan Khilafah
> Oleh H.M.Nur Adurrahman
>
> Sejak memudarnya kejayaan Imperium Romawi (abad ke-3 M), kerajaan-kerajaan lokal mulai muncul di Eropa sejak tahun 476 M. Gereja Kristen mulai masuk ke arena kekuasaan politik. Inilah sistem teokrasi, yaitu gereja diklaim sebagai wewenang yang diterimanya dari Tuhan. Tetapi karena ajaran Kristen tidak mengatur urusan kenegaraan, gereja membuat berbagai fatwa menurut kemauan mereka sendiri. Para bangsawan dan politikus--yang umumnya dari keluarga kaya--menjadi boneka yang dikendalikan penuh oleh gereja. Tidak heran jika sosok kerajaan-kerajaan Eropa saat itu lebih mirip dengan Imperium Romawi Kuno yang paganistis dan belum mengenal agama.
>
> Dalam teokrasi di mana gereja memiliki supremasi yang sangat tinggi, maka hampir dalam setiap urusan para pemuka gereja diyakini sebagai satu-satunya pihak yang berhak berkomunikasi langsung dengan Tuhan, dan hasil "komunikasi" itu diajukan kepada penguasa kerajaan untuk ditetapkan sebagai keputusan politik. Eropa memiliki sejarah yang cukup berdarah mengenai hal ini : ribuan wanita dibunuh ketika gereja mencap perempuan sebagai tukang sihir, (fondasi London Bridge dibuat dari bahan-bahan yang dicampur dengan tulang-belulang perawan, lihat: Munawar Ahmad Anees, Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia, Etika, Gender, Teknologi, Penerbit Mizan, 1992, hal.43), kaum ilmuwan yang tidak setuju dengan pendapat gereja harus rela dipenjara atau bahkan dibunuh (seperti yang menimpa Galileo Galilei dan Nicolaus Copernicus), perampasan tanah milik rakyat untuk dibagi-bagikan kepada penguasa dan pemuka gereja, sampai orang yang hendak matipun tak luput dari
pemerasan oleh gereja. Pendapatan terbesar gereja berasal dari penjualan Kunci Surga (Keys to Heaven), yaitu menjual surat pertobatan kepada orang-orang yang hendak meninggal. Dengan membayar sejumlah uang, gereja meyakinkan orang tersebut bahwa dosa-dosanya telah diampuni dan boleh memasuki surga.
>
> Kelaliman gereja (yang difasilitasi oleh penguasa), kekalahan telak pasukan salib dari tentara Khilafah Islamiyyah, dan kegeraman para pemikir Eropa kepada gereja, menumbuhkan benih-benih pemberontakan pada abad ke-14. Hal ini juga disebabkan oleh gencarnya penerjemahan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin Eropa sejak abad ke-10 yang berpusat di Andalusia (Spanyol). Kegemilangan peradaban Islam telah memberi inspirasi kepada para pemikir Eropa untuk mendobrak kejumudan yang meliputi seluruh daratan Eropa saat itu, yang dikenal sebagai Dark Ages (Masa Kegelapan).
>
> Pada tahun 1618 meletus perang sipil di seluruh daratan Eropa antara pendukung dan penentang teokrasi. Perang itu berlangsung selama 30 tahun dan menghabiskan sepertiga penduduk Eropa serta meruntuhkan sebagian besar kerajaan yang bercokol di Eropa. Perang terlama terjadi antara Perancis dan Spanyol sampai tahun 1659. Akibatnya, para pemikir terpecah menjadi 2 kelompok:
>
> 1. Yang mempelajari filsafat Yunani, disebut Naturalis, dan meyakini bahwa akal manusia mampu menyelesaikan semua persoalan;
>
> 2. Yang berpihak pada teokrasi, disebut Realisme.
>
> Di Itali, dua kelompok ini dikenal sebagai Gulf dan Ghibelline, dan mereka saling berperang memperebutkan kekuasaan. Pertentangan panjang itu akhirnya dimenangkan oleh kelompok naturalis yang mendasarkan pemikirannya pada penyingkiran peran agama (Kristen) dari kehidupan negara, atau dikenal dengan sekularisme.
>
> Khilafah itu tak lain adalah negara kaum Muslim di seluruh dunia yang dibangun berdasarkan akidah Islam, untuk menerapkan hukum-hukum syariah dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Negara kesatuan, bukan federasi maupun persemakmuran; bukan monarki, baik absolut maupun parlementer; bukan teokrasi, bukan autokrasi, bukan diktator. Itulah Khilafah Rasyidah 'ala Minhaj an-Nubuwwah.
>
> WaLLahu a,lamu bisshawab
>
> ----- Original Message -----
> From: "donnie damana" <donnie.damana@gmail.com>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Sent: Wednesday, June 22, 2011 8:15 PM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Dokumen Al-Azhar: Dukungan untuk Demokrasi dan HAM
>
> Ngelesnya makin berasa membabi buta.. ;D
> Lah itu mas Yudi yang jubir HTI di milis ini saja dengan tegas bilang Harus khilafah.. karena khilafah adalah syariat dari Allah. Apa sampeyan mau menolak hukum Allah. Lha tinggal di dunia ciptaan Allah menghirup udara ciptaan Allah kok mau ingkar terhadap hukum Allah.
>
> Jadi kata HTI cq mas Yudi.. Khilafah = hukum Allah... trus.. trus.. Abah.. Apa bedanya teokrasi sama hukum Allah ya?
>
> :D
>
> On Jun 22, 2011, at 1:14 PM, H. M. Nur Abdurrahman wrote:
>
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: <aldiy@yahoo.com>
> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> > Sent: Wednesday, June 22, 2011 11:35 AM
> > Subject: Re: [wanita-muslimah] Dokumen Al-Azhar: Dukungan untuk Demokrasi
> > dan HAM
> >
> > Ulama Al Azhar menolak teokrasi/khilafah,mendukung demokrasi,HAM dan
> > minoritas? Dan ulama HMNA malah mempromosikan teokrasi, melawan HAM dan
> > menindas minoritas? Wah kwalat sama ulama Al Azhar dong.
> > |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
> > HMNA:
> > Ini Mia sama saja dengan Donnie tidak tahu tentang khilafah. Teokrasi tidak
> > sama dengan Khilafah, begitu Nyora Mia. SEcara gampangnya teokrasi adalah
> > pemerintah merupakan wakil Theo (Tuhan), sedangkan khilafah adalah
> > pemerintahan yang meneruskan kebijakan Nabi Muhammad SAW dalam memimpin
> > negara. Itu teokrasi pernah ada di eropah di kalangan Kristen, sedangkan
> > khilafah yang mula-mula dipimpin oleh Al-Khulafaa Al-Raasyiduun., begitu
> > Nyora Mia.
> > |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
> >
> > Salam
> > Mia
> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> > Teruuusss...!
> >
> > -----Original Message-----
> > From: Dwi Soegardi <soegardi@gmail.com>
> > Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Date: Tue, 21 Jun 2011 23:09:03
> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> > Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Subject: [wanita-muslimah] Dokumen Al-Azhar: Dukungan untuk Demokrasi dan
> > HAM
> >
> > Grand Imam Al-Azhar mengumumkan "Dokumen al-Azhar" yang mendukung
> > sistem pemerintahan demokrasi konstitusional, membela hak-hak asasi
> > manusia, termasuk perlindungan untuk agama-agama minoritas dan menolak
> > negara teokrasi otoriter.
> >
> > http://english.ahram.org.eg/News/14672.aspx
> >
> > Al-Azhar's Grand Imam declares support for a constitutional, democratic
> > state
> > In a document that read more as a short constitutional declaration,
> > Al-Azhar defends universal human rights and rejects 'the theocratic
> > state' as un-Islamic and autocratic by nature
> > Mostafa Ali, Monday 20 Jun 2011
> >
> >
> >
> > Al-Azhar Grand Imam Ahmed El-Tayeb
> > In a statement titled "Al-Azhar Document" and read on national
> > television, the Grand Imam of Al-Azhar, Ahmed El-Tayeb, the country's
> > highest religious authority, outlined his institution's vision on key
> > political, social and economic issues that have been subject to raging
> > debates across the country for months.
> >
> > The product of a consensual agreement reached between Al-Azhar
> > officials and numerous prominent intellectuals and religious figures
> > following extensive discussions over the last few weeks, the Document
> > contains 11 main articles and is meant to serve as a foundation for a
> > new social arrangement in post-Mubarak Egypt.
> >
> > The statement opens with a definitive and unequivocal position on the
> > contentious debate taking place in society between liberal forces and
> > religious currents on the nature of the relationship between religion
> > and the state in a new Egypt.
> >
> > In a clear rejection of the argument put forward by many Islamic
> > Salafists, the Grand Imam laid out his support for a 'democratic and
> > constitutional' state.
> >
> > "Islam has never, throughout its history, experienced such a thing as
> > a religious or a theocratic state," El-Tayeb said. He added that
> > theocratic states have always been autocratic and humanity suffered a
> > great deal because of them.
> >
> > The document stressed its support for universal democratic rights such
> > as free and democratic elections where the citizens as a whole
> > constitute the sole and legitimate source of legislation.
> >
> > The Grand Imam said that striving towards social justice needs to be a
> > basic component in any future economic arrangement in Egypt. He
> > stressed that affordable and decent education and health care services
> > must become a right for all citizens.
> >
> > The document was explicit in its support for freedom of expression in
> > the arts and literary fields within the accepted boundaries of Islamic
> > philosophy and moral guidelines. It highlighted the need for expanded
> > scientific and popular campaigns to combat illiteracy and advance
> > economic progress.
> >
> > "We need a serious commitment to universal human rights, the rights of
> > women and children," El-Tayeb said.
> >
> > In a clear reference to the status of religious minorities especially
> > Copts, the Grand Imam stated that citizenship must be the sole
> > criterion by which both rights and responsibilities are administered
> > in society.
> >
> > The document emphasised the right of all citizens to practice any of
> > the three main religions in complete freedom. Along those lines, the
> > Grand Imam admonished all those "who use religion to incite sectarian
> > strife or those who accuse others of religious apostasy simply based
> > on political disagreements."
> >
> > The document asked all Muslims to refer to Al-Azhar's religious
> > opinions as the highest and final word in all disputed theological
> > matters.
> >
> > In foreign affairs, the document stressed that Egypt must regain its
> > once prominent status in the Arab, Muslim and African spheres,
> > maintain its sovereign and independent decision making process and
> > continue its support for the Palestinian people.
> >
> > Finally, the Grand Imam demanded that the Institution of Al-Azhar be
> > independent of the state. Along those lines, the document pointed out
> > that the Supreme Clerical Committee of Al-Azhar not the government -
> > as has been the practice for decades - chooses the position of Grand
> > Imam.
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>

[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment