Advertising

Friday 24 June 2011

Bls: [wanita-muslimah] Repost: Nadirsyah Hosen: Khilafah Islam, FIKTIF!

 

Abah, alangkah bagusnya kalau tidak sependapat dengan opini nadirsyah hosen dibantah saja dan diurai di mana kesalahan atau titik lemahnya pendapat tsb. Daripada mengupas sang ayahandanya almarhum Ibrahim Hosen (almarhum) saat menjadi ketua MUI menuai kontroversi karena menilai SDSB bukan judi. Kalau SDSB menuai pro dan kontra secara fiqh apakah berarti opini pendirian khilafah juga menuai pro dan kontra juga secara fiqh ??

Wassalam
Abdul Mu'iz

________________________________
Dari: H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Dikirim: Jumat, 24 Juni 2011 14:53
Judul: Re: [wanita-muslimah] Repost: Nadirsyah Hosen: Khilafah Islam, FIKTIF!

----- Original Message -----
From: "Dwi Soegardi" <soegardi@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Friday, June 24, 2011 12:18 PM
Subject: [wanita-muslimah] Repost: Nadirsyah Hosen: Khilafah Islam, FIKTIF!

http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/113174

Prof. Dr. Nadirsyah Hosen adalah putra ahli fiqh Indonesia dan mantan Ketua
MUI,
almarhum Prof. Ibrahim Hosen
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
HMNA:
Sedikit ttg almarhum Prof. Ibrahim Hosen

Pemahaman Al Quran, yatafaqqahu fi ddiyn, sudah berhenti dalam tahap ijtihad
di bidang hukum atau penafsiran di luar bidang hukum. Hanya berhenti dalam
keadaan status quo, menurut qaul si fulan begini dan menurut qaul si fulan
yang lain begitu. Sebagai contoh yang sangat sederhana ialah kasus SDSB.
Sudah berhenti dalam tahap perumusan status quo: Ada faqih (pakar di bidang
fiqh), yaitu Prof.DR. K.H.Ibrahim Hosen, yang Ketua Komisi Fatwa MUI
mengatakan SDSB itu bukan judi, jadi tidak haram. Namun sejumlah faqih lain
mengatakan SDSB itu judi, jadi haram. Inilah suatu keadaan  status quo,
yang tidak memecahkan permasalahan, mengendap dalam qala wa qiela.  Di
sinilah kelemahan pendekatan yatafaqqahu fi ddiyn dalam Ilmu Fiqh, yaitu
tidak melanjutkan tahap ijtihad itu ke tahap ujicoba. Buat penelitian dari
segala segi oleh lembaga yang independen dari lembaga pengelola SDSB itu.
Penelitian itu harus menyangkut dari banyak segi seperti misalnya antara
lain pengaruhnya terhadap prestasi oleh raga, kesehatan mental masyarakat
dari penyakit pola pikir spekulatif dan khurafat, peredaran uang, etos kerja
keras, kriminalitas dan lain-lain. Kemudian hasil penelitian itu  dirujukkan
pada kriteria Al Quran. Kalau mudaratnya lebih banyak dari manfaatnya maka
itu adalah judi dan dalam hal ini haram hukumnya.
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/099-memerdekakan-sains-dari-atheisme.html
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||\

Artikel dicopy dari web
http://indonesianmuslim.com/ (sudah tidak berfungsii -DWS)

Nadirsyah Hosen

1. Wajibkah mendirikan khilafah?

Tidak wajib! Yang wajib itu adalah memiliki pemimpin, yang dahulu disebut
khalifah, kini bebas saja mau disebut ketua RT, kepala suku, presiden,
perdana
menteri, etc. Ada pemelintiran seakan-akan para ulama mewajibkan mendirikan
khilafah, padahal arti kata "khilafah" dalam teks klasik tidak otomatis
bermakna sistem pemerintahan Islam (SPI) yang dipercayai oleh para pejuang
pro-khilafah.
Masalah kepemimpinan ini simple saja: "Nabi mengatakan kalau kita pergi
bertiga, maka salah satunya harus ditunjuk jadi pemimpin". Tidak ada nash
yang
qat'i di al-Qur'an dan Hadis yang mewajibkan mendirikan SPI (baca: khilafah
ataupun negara Islam). Yang disebut "khilafah" sebagai SPI itu sebenarnya
hanyalah kepemimpinan yang penuh dengan keragaman dinamika dan format. Tidak
ada
format kepemimpinan yang baku.

2. Bukankah ada Hadis yang mengatakan khilafah itu akan berdiri lagi di
akhir
zaman?

Para pejuang berdirinya khilafah percaya bahwa Nabi telah menjanjikan akan
datangnya kembali khilafah di akhir jaman nanti. Mereka menyebutnya dengan
khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Ini dalil pegangan mereka:
"Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas
kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian
(Khilafah 'ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian
Allah
mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya.
Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adldlon), adanya atas
kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan
Jabariyah),
adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia
menghendaki
untuk mengangkatnya.
Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah 'ala
minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam." (Musnad Ahmad:IV/273) .

Cukup dengan berpegang pada dalil di atas, para pejuang khilafah menolak
semua
argumentasi rasional mengenai absurd-nya sistem khilafah. Mereka menganggap
kedatangan kembali sistem khilafah adalah sebuah keniscayaan. Ada baiknya
kita
bahas saja dalil di atas.
Salah satu rawi Hadis di atas bernama Habib bin Salim. Menurut Imam Bukhari,
"fihi nazhar". Inilah sebabnya imam Bukhari tidak pernah menerima hadis yang
diriwayatkan oleh Habib bin Salim tsb. Di samping itu, dari 9 kitab utama
(kutubut tis'ah) hanya Musnad Ahmad yang meriwayatkan hadis tsb. Sehingga
"kelemahan" sanad hadis tsb tidak bisa ditolong.
Rupanya Habib bin salim itu memang cukup "bermasalah" . Dia membaca hadis
tsb di depan khalifah 'umar bin abdul aziz utk menjustifikasi bhw
kekhilafahan
'umar bin abdul azis merupakan khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Saya menduga
kuat bhw Habib mencari muka di depan khalifah karena sebelumnya ada sejumlah
hadis yang mengatakan:
"Setelah kenabian akan ada khilafah 'ala minhajin nubuwwah, lalu akan
muncul para raja."
Hadis ini misalnya diriwayatkan oleh thabrani (dan dari penelaahan saya
ternyata sanadnya majhul). Saya duga hadis thabrani ini muncul pada masa
Mu'awiyah atau Yazid sebagai akibat pertentangan politik saat itu.
"Khilafah 'ala minhajin nubuwwah" di teks thabrani ini me-refer ke
khulafa al-rasyidin, lalu "raja" me-refer ke mu'awiyah dkk. Tapi tiba-tiba
muncul Umar bin Abdul Azis –dari dinasti Umayyah—yang baik dan adil. Apakah
beliau termasuk "raja" yg ngawur dlm hadis tsb?
Maka muncullah Habib bin Salim yg bicara di depan khalifah Umar bin Abdul
Azis
bhw hadis yg beredar selama ini tidak lengkap. Menurut versi Habib, setelah
periode para raja, akan muncul lagi
khilafah 'ala minhajin nubuwwah–dan ini merefer ke Umar bin Abdul Azis. Jadi
nuansa politik hadis ini sangat kuat.

Repotnya, term khilafah 'ala minhajin nubuwwah yg dimaksud oleh Habib (yaitu
Umar bin Abdul Azis) sekarang dipahami oleh Hizbut Tahrir (dan kelompok
sejenis)
sebagai jaminan akan datangnya khilafah lagi di kemudian hari. Mereka pasti
repot menempatkan umar bin abdul azis
dalam urutan di atas tadi: kenabian, khilafah 'ala mihajin nubuwwah periode
pertama (yaitu khulafa al-rasyidin) , lalu para raja, dan khilafah 'ala
minhajin nubuwwah lagi. Kalau khilafah 'ala minhajin nubuwwah periode yg
kedua
baru muncul di akhir jaman maka Umar bin Abdul Azis termasuk golongan para
raja
yang ngawur.

Saya kira kita memang haus bersikap kritis terhadap hadis-hadis berbau
politik. Sayangnya sikap kritis ini yang sukar ditumbuhkan di kalangan para
pejuang khilafah.

3. Bukankah khilafah adalah solusi dari masalah ummat? Selama ummat Islam
mengadopsi sistem kafir (demokrasi) maka ummat Islam tidak akan pernah jaya?

Di sinilah letak perbedaannya: sistem khilafah itu dianggap sempurna,
sedangkan sistem lainnya (demokrasi, kapitalis, sosialis, dll) adalah buatan
manusia. Kalau kita menemukan contoh "jelek"
dalam sejarah Islam, maka kita buru-buru bilang, "yang salah itu manusianya,
bukan sistem Islamnya!". Tapi kalau kita melihat contoh "jelek" dalam
sistem lain, kita cenderung untuk
bilang, "demokrasi hanya menghasilkan kekacauan!". Jadi, yang disalahkan
adalah demokrasinya. Ini namanya kita sudah menerapkan standard ganda.
Biar adil, marilah kita melihat bahwa yang disebut sistem khilafah itu
sebenarnya merupakan sistem yang juga tidak sempurna, karena ia merupakan
produk
sejarah, dimana beraneka ragam pemikiran dan praktek telah berlangsung.
Sayangnya, karena dianggap sudah "sempurna" maka
sistem khilafah itu seolah-olah tidak bisa direformasi. Padahal banyak
sekali
yang harus direformasi.
Contoh: dalam sistem khilafah pemimpin itu tidak dibatasi periode jabatannya
(tenure). Asalkan dia tidak melanggar syariah, dia bisa berkuasa seumur
hidup.
Dalam sistem demokrasi, hal ini tidak bisa diterima. Meskipun seorang
pemimpin
tidak punya cacat moral, tapi kekuasaannya dibatasi sampai periode tertentu.
Saya maklum kenapa sistem khilafah tidak membatasi jabatan khalifah. Soalnya
pada tahun 1924 khilafah sudah bubar, padahal pada tahun 1933 (the 22nd
Amendment) Amerika baru mulai membatasi jabatan presiden selama dua periode
saja. Sayangnya, buku ttg khilafah yang ditulis setelah tahun 1933 masih
saja
tidak membatasi periode jabatan khalifah. Itulah sebabnya kita menyaksikan
bahwa
dalam sepanjang sejarah Islam, khalifah itu naik-turun karena wafat, di
bunuh, atau dikudeta. Tidak ada khalifah yg turun karena masa jabatannya
sudah
habis.
Contoh lainnya, sistem khilafah selalu mengulang-ulang mengenai konsep baiat
(al-bay`ah) dan syura. Tapi sayang berhenti saja sampai di situ [soalnya
sudah
dianggap sempurna]. Dalam tradisi Barat, electoral systems itu diperdebatkan
dan
terus "disempurnakan" dalam berbagai bentuknya. Dari mulai sistem
proporsional, distrik
sampai gabungan keduanya. Begitu juga dengan sistem parlemen. Dari mulai
unicameral sampai bicameral system dibahas habis-habisan, dan perdebatan
terus
berlangsung untuk menentukan sistem mana yang lebih bisa merepresentasikan
suara
rakyat dan lebih bisa menjamin tegaknya mekanisme check and balance.
Tapi kalau kita mau "melihat" ke teori Barat, nanti kita dituduh
terpengaruh orientalis atau terjebak pada sistem kafir. Akhirnya kita terus
menerus memelihara teori yg sudah ketinggalan kereta.

4. Kalau khilafah berdiri, maka ummat islam akan bersatu. Lantas kenapa
harus
ditolak? Bukankah kita menginginkan persatuan ummat?

Sejumlah dalil mengenai persatuan ummat Islam dan kaitannya dengan khilafah
banyak dikutip oleh "pejuang khilafah" belakangan ini:
Rasulullah SAW bersabda:
"Jika dibai'at dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari
keduanya." (HR. Muslim)
Bagaimana "rekaman" sejarah soal ini? Ini daftar tahun berkuasanya
khilafah yang sempat saya catat:
1. Ummayyah (661-750)
2. Abbasiyah (750-1258)
3. Umayyah II (780-1031)
3. Buyids (945-1055)
4. Fatimiyah (909-1171)
5. Saljuk (1055-1194)
6. Ayyubid (1169-1260)
7. Mamluks (1250-1517)
8. Ottoman (1280-1922)
9. Safavid (1501-1722)
10. Mughal (1526-1857)

Dari daftar di atas kita ketahui bahwa selepas masa Khulafa al-Rasyidin,
ternyata hanya pada masa Umayyah dan awal masa Abbasiyah saja terdapat satu
khalifah untuk semua ummat Islam. Sejak tahun 909 (dimana Abbasiyah masih
berkuasa) telah berdiri juga kepemimpinan ummat di Egypt oleh Fatimiyyah
(bahkan
pada periode Fatimiyah inilah
Universitas al-Azhar Cairo dibangun).
Di masa Abbasiyah, Cordova (Andalusia) juga memisahkan diri dan punya
kekhalifahan sendiri (Umayyah II). Di Andalusia inilah sejarah Islam dicatat
dengan tinta emas, namun pada saat yang sama terjadi kepemimpinan ganda di
tubuh
ummat, toh tetap dianggap sukses juga.
Pada masa Fatimiyyah di Mesir (909-1171), juga berdiri kekuasaan lainnya:
Buyids di Iran-Iraq (945-1055). Buyids hilang, lalu muncul Saljuk
(1055-1194),
sementara Fatimiyah masih berkuasa di Mesir sampai 1171. Ayubid meneruskan
Fatimiyyah dengan kekuasaan meliputi Mesir dan Syria (1169-1260). Dan
seterusnya.. .silahkan diteruskan sendiri.

Jadi, sejarah menunjukkan bahwa khilafah itu tidak satu; ternyata bisa ada
dua
atau tiga khalifah pada saat yang bersamaan. Siapa yang dipenggal lehernya
dan
siapa yang memenggal? Mana yang sah dan mana yang harus dibunuh?
Kita harus kritis membaca Hadis-Hadis "politik" di atas. Saya menduga kuat
Hadis semacam itu baru dimunculkan ketika terjadi pertentangan di kalangan
ummat
islam sepeninggal rasul. Alih-alih bermusyawarah, spt yang diperintahkan
Qur'an, para elit Islam tempo doeloe malah melegitimasi pertempuran berdarah
dengan Hadis-Hadis semacam itu.

Sejumlah Ulama yg datang belakangan kemudian berusaha "mentakwil" makna
Hadis di atas. Mereka menyadari bahwa situasi sudah berubah, dan Islam sudah
meluas sampai ke pelosok kampung. Pernyataan Nabi di atas tidak bisa
dilepaskan
dari konteks traditional- state di Madinah, dimana resources, jumlah
penduduk,
dan luas wilayah masih sangat terbatas. Cocok-kah Hadis itu diterapkan pada
saat
ini?

Berpegang teguh pada makna lahiriah Hadis di atas akan membuat darah tumpah
dimana-mana. Contoh saja, karena tidak ada aturan yg jelas, maka para ulama
berdebat, spt direkam dengan baik oleh al-Mawardi, M. Abu faris dan Wahbah
al-Zuhayli: berapa orang yg dibutuhkan untuk membai'at seorang khalifah? Ada
yg bilang lima [karena Abu Bakr dipilih oleh 5 orang], tiga [dianalogikan
dengan
aqad nikah dimana ada 1 wali dan 2 saksi], bahkan satu saja cukup [Ali
diba'iat oleh Abbas saja]. Jadi, cukup 5 orang saja utk membai'at khalifah.
Aturan itu cocok untuk kondisi Madinah jaman dulu, namun terhitung
"menggelikan" untuk jaman sekarang.

Di samping itu, urusan "memenggal kepala" itu tidak lagi cocok dengan
situasi sekarang. Contoh: ribut-ribut jumlah suara antara AlGore dengan Bush
4
tahun lalu diselesaikan bukan dengan putusnya leher salah satu di antara
mereka.

Begitu juga Gus Dur tidak bisa meminta kepala
Mega dipenggal ketika Mega "merebut" kekeuasaannya tempo hari. Mekanisme
konstitusi yg menyelesaikan semua itu. Nah, mekanisme itu yang di jaman dulu
kagak ada. Apa kita mau balik ke jaman itu lagi?

Akhirnya, dengan adanya catatan sejarah yg menunjukkan bahwa terdapat
beberapa
khalifah dalam masa yang sama, di wilayah yang berbeda, Hadis politik di
atas
sudah tidak cocok lagi diterapkan.

5. Jawaban anda sebelumnya seolah-olah hendak mengatakan bahwa berdirinya
khilafah justru akan menimbulkan pertumpahan darah sesama ummat islam, bukan
menghadirkan persatuan spt yang didengungkan para pejuang khilafah saat ini.
Betulkah demikian? Benarkah sejarah khilafah menunjukkan pertumpahan darah
tersebut?

Ketika Bani Abbasiyah merebut khilafah, darah tertumpah di mana-mana. Ini
"rekaman" kejadiannya: Pasukan tentara Bani Abbas menaklukkan kota Damsyik,
ibukota Bani Umayyah, dan mereka "memainkan" pedangnya di kalangan penduduk,
sehingga membunuh kurang lebih lima puluh ribu orang. Masjid Jami' milik
Bani
Umayyah, mereka jadikan kandang kuda-kuda mereka selama tujuh puluh hari,
dan
mereka menggali kembali kuburan Mu'awiyah serta Bani Umayyah lainnya. Dan
ketika mendapati jasad Hisyam bin Abdul Malik masih utuh, mereka lalu
menderanya
dengan cambuk-cambuk dan menggantungkannya di hadapan pandangan orang banyak
selama beberapa hari, kemudian membakarnya dan menaburkan abunya. Mereka
juga
membunuh setiap anak dari kalangan Bani Umayyah, kemudian menghamparkan
permadani di atas jasad-jasad mereka yang sebagiannya masih menggeliat dan
gemetaran, lalu mereka duduk di atasnya sambil
makan. Mereka juga membunuh semua anggota keluarga Bani Umayyah yang ada di
kota
Basrah dan menggantungkan jasad-jasad mereka dengan lidah-lidah mereka,
kemudian
membuang mereka di jalan-jalan kota itu untuk makanan anjing-anjing.
Demikian
pula yang mereka lakukan terhadap Bani Umayyah di Makkah dan Madinah.
Kemudian timbul pemberontakan di kota Musil melawan as-Saffah yang segera
mengutus saudaranya, Yahya, untuk menumpas dan memadamkannya. Yahya kemudian
mengumumkan di kalangan rakyat: "Barangsiapa memasuki masjid Jami', maka ia
dijamin keamananya." Beribu-ribu orang secara berduyun-duyun memasuki
masjid,
kemudian Yahya menugaskan pengawal-
pengawalnya menutup pintu-pintu Masjid dan menghabisi nyawa orang-orang yang
berlindung mencari keselamatan itu. Sebanyak sebelas ribu orang meninggal
pada
peristiwa itu. Dan di malam harinya, Yahya mendengar tangis dan ratapan kaum
wanita yang suami-suaminya terbunuh di hari itu, lalu ia pun memerintahkan
pembunuhan atas kaum wanita dan anak-anak, sehingga selama tiga hari di kota
Musil digenangi oleh darah-darah penduduknya dan berlangsunglah selama itu
penangkapan dan penyembelihan yang tidak sedikit pun memiliki belas kasihan
terhadap anak kecil, orang tua atau membiarkan seorang laki-laki atau
melalaikan
seorang wanita.


Seorang ahli fiqh terkenal di Khurasn bernama Ibrahim bin Maimum percaya
kepada
kaum Abbasiyin yang telah berjanji "akan menegakkan hukum-hukum Allah sesuai
dengan al-Qur'an dan Sunnah". Atas dasar itu ia menunjukkan semangat yang
berkobar-kobar dalam mendukung mereka, dan selama pemberontakan itu
berlangsung,
ia adalah tangan kanan Abu Muslim al-Khurasani. Namun ketika ia, setelah
berhasilnya gerakan kaum Abbasiyin itu, menuntut kepada Abu Muslim agar
menegakkan hukum-hukum Allah dan melarang tindakan-tindakan yang melanggar
kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya, segera ia dihukum mati oleh Abu Muslim.
Cerita di atas bukan karangan orientalis tapi bisa dibaca di Ibn Atsir,
jilid
4, h. 333-340, al-Bidayah, jilid 10, h. 345; Ibn Khaldun, jilid 3, h.
132-133;
al-Bidayah, jilid 10, h. 68; al-
Thabari, jilid 6, h. 107-109. Buku-buku ini yang menjadi rujukan Abul A'la
al-Maududi ketika menceritakan ulang kisah di atas dalam al-Khilafah wa
al-Mulk.
Note:

Yang jelas sejarah "buruk" kekhilafahan bukan hanya milik khalifah
Abbasiyah, tapi juga terjadi di masa Umayyah (sebelum Abbasiyah) dan sesudah
Abbasiyah. Misalnya, menurut al-Maududi, dalam periode khilafah pasca
khulafatur
rasyidin telah terjadi: perubahan aturan pengangkatan khalifah spt yang
dipraktekkan sebelumnya, perubahan cara hidup para khalifah, perubahan
kondisi
baitul mal, hilangnya kemerdekaan mengeluarkan pendapat, hilangnya kebebasan
peradilan, berakhirnya pemerintah berdasarkan syura, munculnya kefanatikan
kesukuan, dan hilangnya kekuasaan hukum.

Sejarah itu seperti cermin: ada yang baik dan ada yang buruk. Kita harus
menyikapinya secara proporsional; jangan "buruk muka, cermin dibelah.
Sengaja
saya tampilkan sisi buruknya agar kita tidak hidup dalam angan-angan atau
nostalgia masa lalu saja, tanpa mengetahui sisi buruk masa lalu itu.
Ada kesan bahwa dengan menjadikan "khilafah is the (only) solution" maka
kita melupakan bahwa sebenarnya banyak kisah kelam (sebagaimana juga
banyak kisah
"keemasan") dalam masa kekhilafahan itu. Jadi, mendirikan kembali khilafah
tidak berarti semua problem akan hilang dan lenyap; mungkin kehidupan tanpa
problem itu hanya ada di surga saja.

6. Ada sejumlah kewajiban yang pelaksanaannya tidak terletak di tangan
individu rakyat. Di antaranya adalah pelaksanaan hudûd, jihad fi sabilillah
untuk meninggikan kalimat Allah, mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya
,
dan seterusnya. Sejumlah kewajiban syariat ini bergantung pada pengangkatan
Khalifah. Bukankah di sinilah letak urgensinya kita mendirikan khilafah?
Cara berpikir anda itu masih menganggap khilafah itu sama dengan sebuah
sistem
pemerintahan Islam [SPI], padahal hadis-hadis yang menyinggung soal khilafah
itu
hanya bicara mengenai pentingnya mengangkat pemimpin (dan sekarang semua
negara
punya pemimpin kan?).

Kalau pertanyaannya saya tulis ulang: bukankah sebagian pelaksanaan syariat
islam membutuhkan campur tangan pemimpin? jawabannya benar,dan itulah yang
sudah
dilakukan di sejumlah negara: misalnya memungut zakat, memberangkatkan
jamaah
pergi haji, membuat peradilan Islam (mahkamah syariah), menentukan 1 Ramadan
dan
1 Syawal, dst. Jadi, syariat Islam sudah bisa berjalan saat ini tanpa harus
ada
khilafah.

Lha wong kita sholat, puasa, sekolah, makan, bekerja, menikah, dst adalah
bagian dari syariat Islam dan kita bisa menjalaninya meski tidak ada
khilafah
dalam arti SPI. Kita menjalaninya karena pemimpin kita membebaskan kita
melakukan itu semua. Kita tidak dilarang menjalankannya.

Di saudi Arabia, tanpa ada khilafah sekalipun hukuman potongan tangan
(hudud)
sudah diberlakukan. Bukan berarti saya setuju dg penerapan hudud ini. Saya
hanya
ingin menunjukkan tanpa khilafah (baca: SPI) maka syariat Islam juga bisa
diterapkan.

7. Apa lagi letak keberatan anda terhadap ide mendirikan khilafah?

Kalau khilafah berdiri maka dunia ini tidak akan damai. Perang terus
menerus.
Para pejuang khilafah menerima saja mentah-mentah Hadis yang mengungkapkan 3
langkah dlm berurusan dengan non-muslim:
1. Ajak mereka masuk Islam
2. Kalau mereka enggan, suruh mereka bayar jizyah
3. Kalau enggan masuk Islam dan enggan bayar jizyah, maka perangilah mereka.

Kalau Indonesia sekarang berubah menjadi khilafah, maka Singapora, Thailand,
Philipina dan Australia akan diajak masuk Islam, atau bayar jizyah, atau
diperangi. Masya Allah!
Simak cerita Dr. Jeffrey Lang di bawah ini (yang diceritakan ulang oleh Dr
Jalaluddin Rakhmat):
Kira-kira dua bulan setelah saya masuk Islam, mahasiswa-mahasiswa Islam di
universitas tempat saya mengajar mulai mengadakan pengajian setiap Jum'at
malam di masjid universitas. Ceramah kedua disampaikan oleh Hisyam, seorang
mahasiswa kedokteran yang sangat cerdas yang
telah belajar di Amerika selama hampir sepuluh tahun. Saya sangat menyukai
dan
menghormati Hisyam. Dia berbadan agak bulat dan periang, dan mukanya tampak
sangat ramah. Dia juga mahasiswa Islam yang sangat bersemangat.
Malam itu Hisyam berbicara tentang tugas dan tanggungjawab seorang Muslim.
Dia
berbicara panjang lebar tentang ibadah dan kewajiban etika orang yang
beriman.
Ceramahnya sangat menyentuh dan telah berjalan kira-kira satu jam ketika dia
menutupnya dngan ucapan yang
tidakdisangka- sangka berikut ini.
"Akhirnya, kita tidak dapat lupa - dan ini benar-benar penting –bahwa
sebagai orang Muslim, kita wajib untuk merindukan, dan ketika mungkin
berpartisipasi di dalamnya, yakni menggulingkan pemerintah yang tidak
Islami -
di mana pun di dunia ini - dan menggantinya dengan pemerintahan Islam."
"Hisyam!" Saya mencela. "Apakah anda bermaksud mengatakan bahwa warga
negara Muslim Amerika harus melibatkan diri dalam penghancuran pemerintah
Amerika? Sehingga mereka harus menjadi pasukan kelima di Amerika; suatu
gerakan
revolusioner bawah tanah yang berusaha untuk menggulingkan pemerintah?
Apakah
yang kamu maksudkan adalah jika seorang Amerika masuk Islam, dia harus
melibatkan diri dalam pengkhianatan politik?"

Saya berfikir begitu dengan maksud memberikan Hisyam suatu skenario yang
sangat ekstrem, sehingga dapat memaksanya untuk melunakkan atau merubah
pernyataannya. Dia menundukkan pandangannya ke lantai sementara dia
merenungi
pertanyaan saya sebentar. Kemudian dia menatap saya dengan suatu ekspresi
yang
mengingatkan saya terhadap seorang doktor yang hendak menyampaikan khabar
kepada
pesakitnya bahwa tumornya adalah tumor berbahaya. "Ya," dia berkata, "Ya,
itu benar."

Dr. Jeffrey Lang, muslim Amerika yang juga profesor matematik di Universitas
Kansas, menceritakan pengalaman di atas untuk menunjukkan betapa "absurdnya"
gagasan mendirikan negara Islam bagi orang Islam di Amerika. "Bagi mereka,
ide
bahwa kaum Muslim – menurut agama mereka -berkewajiban untuk menyerang
negara-negara yang tidak agresif seperti Swiss, Brazil, Ekuador atau jika
mereka
tidak mau tunduk kepada Islam sangat tidak masuk akal," kata Dr. Lang
selanjutnya. Anehnya, di mana saja Dr. Lang menemukan wacana negara Islam
ini
dikemukakan, baik di meja diskusi ilmiah maupun di medan perang.
Sekian kutipan dari Dr Jeffrey Lang.

Kalau kita sekarang nggak suka dengan doktrin pre-emptive strikenya Bush,
maka
sebenarnya kalau sekarang khilafah berdiri, maka khilafah itu juga memiliki
doktrin yang sama. Sungguh mengerikan.
Hadis di atas telah diplintir maknanya sedemikian rupa sehingga khilafah
akan
menjadi monster yang memaksa negara sekitarnya utk memeluk Islam dg cara
diperangi. Inilah salah satu keberatan saya dg ide mendirikan kembali
khilafah.

8. Saya heran dengan anda. CIA saja sudah bisa memprediksi bahwa khilafah
akan
berdiri pada tahun 2020. Kalau musuh-musuh islam saja percaya dengan hal
ini,
bagaimana mungkin anda sebagai Muslim malah tidak mendukung berdirinya
khilafah?

Biar nggak Ge-Er, kawan-kawan yang pro-khilafah coba baca baik-baik laporan
lengkapnya di sini: www.foia.cia. gov/2020/ 2020.pdf
Intinya, CIA membuat 4 skenario FIKTIF sbg gambaran situasi tahun 2020.
Khilafah itu hanya satu dari empat skenario fiktif tsb. Jadi jangan
diplintir
seolah-olah CIA mengatakan khilafah akan berdiri tahun 2020.
Possible Futures
In this era of great flux, we see several ways in which major global changes
could take shape in the next 15 years, from seriously challenging the
nation-state system to establishing a more robust and inclusive
globalization.
In the body of this paper we develop these concepts in four fictional
scenarios
which were extrapolated from the key trends we discuss in this report. These
scenarios are not meant as actual forecasts, but they describe possible
worlds
upon whose
threshold we may be entering, depending on how trends interweave and play
out:
Davos World " illustrating "how robust economic growth, led by China and
India, could reshape the globalization process";
Pax Americana " "how US predominance may survive the radical changes to
the global political landscape and serve to fashion a new and inclusive
global
order";
A New Caliphate" "how a global movement fueled by radical religious
identity politics could constitute a challenge to Western norms and values
as
the foundation of the global system"; and
Cycle of Fear" proliferation of weaponry and terrorism "to the point that
large-scale intrusive security measures are taken to prevent outbreaks of
deadly
attacks, possibly introducing an Orwellian world."
(The quotes are taken from the report's executive summary.)
Of course, these scenarios illustrate just a few of the possible futures
that
may develop over the next 15 years, but the wide range of possibilities we
can
imagine suggests that this period will be characterized by increased flux,
particularly in contrast to the relative stasis of the Cold War era. The
scenarios are not mutually exclusive: we may see two or three of these
scenarios
unfold in some combination or a wide range of other scenarios.

Yang menarik, laporan itu juga menyebut-nyebut soal Indonesia. Ini prediksi
mereka:
"The economies of other developing countries, such as Brazil, could surpass
all but the largest European countries by 2020; Indonesia's economy could
also
approach the economies of individual European countries by 2020."
Lalu apa yang akan terjadi dengan Amerika, masih menurut laporan tersebut:
"Although the challenges ahead will be daunting, the United States will
retain enormous advantages, playing a pivotal role across the broad range of
issues –economic, technological, political,and military– that no other state
will match by 2020."
Jadi, dari skenario fiktif yg mereka susun, Amerika tetap saja jaya. Kerjaan
CIA kan ya memang begitu…kok bisa-bisanya kawan-kawan pejuang pro-khilafah
percaya sama CIA. Bukankah prestasi terbesar CIA adalah saat mengatakan di
Iraq
ada weapon of mass destruction (WMD)?
Kita tahu ternyata WMD memang fiktif belaka. Yah jangan-jangan khilafah juga
bakalan bernasib sama: fiktif.

Penulis adalah pengajar di Fakultas Hukum, Universitas Wollongong (NSW,
Australia)

Blog: http://nhosen. blogspot. com/

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment