Advertising

Tuesday 7 June 2011

Re: [wanita-muslimah] Belenggu Politik Perempuan

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
329. Bukan Theologis Melainkan Sosio-Historis-Kultural

Partai-partai politik dalam era reformasi ini pada bermunculan, di antaranya
Partai Perempuan yang diprakarsai oleh novelis La Rose dan Titi Said. Hemat
saya, boleh jadi munculnya Partai Perempuan ini yang antara lain menimbulkan
inspirasi dari Kohati Korkom UMI. Yaitu pada hari Kamis 2 Juli 1998 Kohati
Korkom UMI menyelenggarakan Dialog Kemuslimahan bertempat di Kampus UMI.
Saya mendapat amanah memberikan sekapur sirih. Amanah ini saya terima dalam
rangka memperingati Mawlud Nabi Muhammad SAW. Saya padatkan sajian sekapur
sirih itu seperti berikut.

Secara sosio-historis-kultural dalam dunia Islam ada dua pandangan yang
saling bertolak belakang di mata kaum laki-laki mengenai aktivitas perempuan
"di luar rumah" terutama bagi yang sudah bersuami. Ada yang membolehkan ada
yang menolak. Bahkan tidak kurang jumlahnya dari pihak perempuanpun pasrah
menerima statusnya dan mencoba berupaya mencintai dan menyenangi
kedudukannya sebagai makhluk manusia nomor dua dengan alasan theologis
menurut anggapan mereka.

Sebenarnya pandangan bahwa kaum perempuan adalah sub-ordinat dari kaum
laki-laki bertolak dari kisah bahwa Sitti Hawa itu diciptakan Allah dari
tulang rusuk Adam yang dicabut tatkala Adam sedang tidur.(*) Bahkan Sitti
Hawa dari tulang rusuk Adam ini dijadikan sebagai justifikasi theologis ilmu
kejantanan (kaburu'neang) dalam kalangan suku Bugis Makassar, agar kemana
saja pergi harus menyisipkan badik di pinggang. Karena belum sempurna sifat
jantan dalam dirinya apabila tulang rusuk yang hilang itu tidak disubstitusi
dengan badik.

Sikap pasrah sebagian perempuan sebagai sub-ordinat ini timbul, oleh karena
secara theologis mereka merasa bersalah kepada laki-laki. Sitti Hawalah yang
mempengaruhi membujuk bahkan merengek Adam supaya makan buah larangan.
(Iblis menamakan buah larangan ini dengan buah khuldi, artinya buah
kekekalan, khuldi dari akar Kha, Lam, Dal artinya kekal).

Sebenarnya kisah di atas itu bersumber dari Israiliyat, yaitu produk budaya
bangsa Israil, yang tidak berasal dari wahyu yang diturunkan Allah kepada
Nabi Musa AS. Di dalam Al Quran tidak ada disebutkan bahwa Sitti Hawa dari
tulang rusuk Adam. Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
memang ada disebutkan bahwa perempuan (bukan Sitti Hawa!) dari tulang rusuk
(tidak disebutkan dari rusuknya Adam!). Hadits adalah penjelasan Al Quran,
akan tetapi tidak menambah substansi. Jadi perempuan dari tulang rusuk, AL
Mar.atu min Dhil'In, adalah metaphoris. Apapula jika dibaca Hadits itu
secara lengkap, yang artinya: perlakukanlah perempuan itu dengan bijak,
karena perempuan itu dari (baca: bersifat) tulang rusuk. Kalau dibiarkan ia
bengkok, kalau dikerasi ia patah.

Kaum perempuan tidak usah dibayang-bayangi rasa bersalah karena Sitti Hawa
telah membujuk Adam makan buah larangan, sebab di dalam Al Quran Allah
berfirman:

FaazaLlahuma sysyaytha-nu (S. Al Baqarah, 2:36), maka syaytan menipu
keduanya.

Ayat (2:36) menjelaskan bahwa tidak ada diskriminasi atas Adam dan Sitti
Hawa, yaitu keduanya (huma-) sama-sama bersalah.

Jelaslah bahwa kedudukan diskriminatif perempuan sebagai sub-ordinat
laki-laki (wanita dijajah pria sejak dulu menurut nyanyian Sabda Alam),
bukanlah bertumpu pada alasan theologis, melainkan hanya bersifat
sosio-historis-kultural.

Memang dari segi jasmani ada perbedaan laki-laki dengan perempuan, sebab
pada laki-laki normal hormon jantannya 60%, sedangkan hormon betinanya hanya
40%, sedangkan sebaliknya pada perempuan normal hormon betinanya yang 60%,
sedangkan hormon jantannya hanya 40%. Hormon jantan sifatnya keras aktif,
hormon betina sifatnya lembut pasif, secara nafsani yang jantan merasa
melindungi dan betina merasa dilindungi. Itulah sebabnya dalam konteks
kehidupan berumah tangga berlaku qaidah: ar rija-Lu qawwa-muwNna 'ala
nnisa-i, laki-laki (baca: suami) itu pemimpin atas perempuan (baca: isteri).
Suami adalah Kepala Negara, isteri adalah Menteri Dalam Negeri. Juga di
dalam lapangan bulu tangkis perempuan game pada angka 11, sedangkan
laki-laki pada angka 15.

Akan tetapi secara nafsani dan ruhani tidak ada perbedaan antara laki-laki
dengan perempuan, yang secara eksplisit dinyatakan oleh Firman Allah:

Inna lmuslimi-na wa Lmuslima-ti wa lmu'mini-na wa lmu'mina-ti wa lqa-niti-na
wa lqa-nita-ti wa shsha-diqi-na wa shsha-diqa-ti wa shsha-biri-na wa
shshabira-ti wa lkha-syi-i-na wa lkha-syi'a-ti wa lmutashaddiqi-na wa
lmutashaddiqa-ti wa shsha-imi-na wa shsha-ima-ti wa lha-fizhi-na furu-jahum
wa lha-fizha-ti wa dzdza-kiri-naLla-ha katsi-ran wa dza-kira-ti a'addaLla-hu
maghfiratan wa ajran 'azhi-man (S. Al Ahza-b, 33:35).

yang artinya: Sesungguhnya orang-orang Islam laki-laki dan orang-orang Islam
perempuan, orang-orang beriman laki-laki dan orang-orang beriman perempuan,
orang-orang taat laki-laki dan orang-orang taat perempuan, orang-orang benar
laki-laki dan orang-orang benar perempuan, orang-orang sabar laki-laki dan
orang-orang sabar perempuan, orang-orang khusyu' laki-laki dan orang-orang
khusyu' perempuan, orang-orang dermawan laki-laki dan orang-orang dermawan
perempuan, orang-orang berpuasa laki-laki dan orang-orang berpuasa
perempuan, orang-orang laki-laki yang memelihara kesuciannya dan orang-orang
perempuan yang memelihara kesuciannya, orang-orang laki-laki yang berzikir
banyak-banyak dan orang-orang perempuan yang berzikir, maka Allah
menyediakan bagi mereka pahala yang besar.

Alhasil para muslimat dapat saja aktif berpolitik dengan persyaratan
memiliki sifat-sifat terpuji menurut ayat (33:35) dan bagi yang telah
berumah tangga sanggup membagi waktunya dan mendapat izin dari suaminya.
Bahkan dapat pula mendirikan Partai Muslimat yang berasaskan Islam, mengapa
tidak ?! WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 5 Juli 1998
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1998/07/329-bukan-theologis-melainkan-sosio.html

-------------
(*) Telah dibahas dalam Seri 183 yang berjudul: "Perempuan Dijadikan dari
Tulang Rusuk?", ttg. 2 Juli 1995
http://waii-hmna.blogspot.com/1995/07/183-perempuan-dijadikan-dari-tulang.html

----- Original Message -----
From: "Dwi Soegardi" <soegardi@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, June 08, 2011 4:58 AM
Subject: [wanita-muslimah] Belenggu Politik Perempuan


"Perempuan kurang memiliki hasrat politik karena 4 faktor: kultur
patriarki, pemahaman agama yang parsial, sistem politik yang tak
memihak perempuan, dan kendala ekonomi."

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/06/08/148999/Belenggu-Politik-Perempuan

08 Juni 2011
Belenggu Politik Perempuan
Oleh Misbahul Ulum
POLITIK, selama ini hanya dimaknai sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan kekuasaan (power). Maka, perilaku politik yang tampak adalah
merebut, menggunakan dan mempertahankan kekuasaan.

Hans J Morgenthau, dalam Political Among Nations mengungkapkan bahwa
politik merupakan perjuangan menuju kekuasaan. Pemaknaan politik
seperti itu jelas menyesatkan. Karena, segala sesuatu hanya diarahkan
kepada kekuasaan saja, dan sangat identik dengan kekerasan, sehingga
muncul anggapan bahwa politik itu sangat kejam. Politik hanya boleh
dilakukan oleh orang yang siap dengan kekerasan, dan laki-laki lah
yang sejauh ini dirasa mampu untuk itu. Akhirnya timbul kesan bahwa
politik menjadi ''dunia terlarang'' bagi kaum perempuan.

Dalam Islam, terminologi politik dikenal dengan nama siyasah, yang
bermakna mengurusi. Orang yang melakukan pengurusan itu disebut
siyasiy (politikus). Dari uraian tersebut terlihat bahwa politik
berkaitan erat dengan kegiatan pengaturan, pengurusan, dan pemeliharan
berbagai urusan kemasyarakatan.

Bila mengacu pada pengertian ini, jelas sekali tidak ada hubungannya
antara jenis kelamin dengan politik, sehingga tidak ada masalah jika
perempuan harus ikut terlibat dalam kegiatan politik. Karena
bagaimanapun, perempuan juga perlu diatur kebutuhannya.

Kurang Hasrat

Di Indonesia, mayoritas perempuan kurang memiliki hasrat untuk terjun
dalam dunia politik. Hal itu disebabkan oleh empat faktor. Pertama;
perempuan masih terbelenggu oleh kultur patriarki, yaitu suatu
kebudayaan yang mengistimewakan peran laki-laki.

Misalnya perbedaan upah yang terjadi antara laki-laki dan perempuan.
Biasanya upah untuk laki-laki lebih tinggi dibanding upah perempuan.
Hal semacam itu terjadi karena masyarakat masih beranggapan bahwa
pekerjaan laki-laki lebih berat daripada perempuan. Contoh lain,
ungkapan Jawa ''sepikul se-gendongan'', yang berarti, laki-laki
mendapat sepikul atau dua kali lipat dari bagian perempuan yang hanya
segendongan.

Kedua, pemahaman keagamaan yang parsial. Seringkali teks-teks
keagamaan dimakanai secara tekstual saja tanpa mencari spirit apa yang
dikandung dalam teks tersebut, sehingga perempuan seolah makin
termarginalkan oleh dogma agama. Padahal dalam Alquran, Allah telah
berfirman bahwa ''laki-laki adalah pakaian bagi perempuan, dan
perempuan adalah pakaian bagi laki-laki''. Jadi, interaksi yang
terjadi antara perempuan dan laki-laki bukanlah bottom-up tapi
kemitraan. Dalam sebuah hadis juga telah disebutkan bahwa
''sesungguhnya Allah tidak melihat seseorang dari fisiknya, akan
tetapi Allah melihat dari hati dan perilakunya''.

Ketiga, sistem politik yang tak memihak perempuan. Meskipun sudah ada
peraturan tentang kuota 30 persen katerwakilan perempuan dalam lembaga
legislatif, ternyata perempuan harus bersaing terlebih dahulu dengan
calon-calon legislatif lain yang didominasi oleh kali-laki. Harusnya,
keterwakilan perempuan menjadi hal yang mutlak, bukan karena hasil
kompetisi dengan laki-laki.

Karena jika perempuan harus berkompetisi terlebih dahulu dengan
laki-laki, kekalahan menjadi hal yang sangat mungkin. Kalaupun ada
perempuan yang menang, itu hanya beberapa saja.

Keempat, kendala ekonomi. Selama ini, di Indonesia khususnya,
tanggungjawab mencari nafkah dibebankan kepada laki-laki, sehingga
muncul perasaan bahwa laki-laki lah yang mempunyai hak penuh dalam
pengusaan harta kekayaan, sedangkan perempuan yang bekerja di wilayah
domestik, dianggap tidak memiliki wewenang apa-apa dalam pengurusan
kekayaan. Tentunya hal ini sangat menghambat perjalanan perempuan
dalam memasuki dunia politik.

Karena, politik itu sangat mahal, dan hanya orang yang kuat secara
finansial lah yang mampu berjalan pada rel itu.

Mebangkitkan gairah politik perempuan pada era sekarang ini adalah
sebuah keharusan. Dengan adanya wacana kesetaraan gender, tentunya itu
menjadi peluang tersendiri bagi perempuan untuk berkompetisi dengan
laki-laki dalam wilayah publik.

Paling tidak, perempuan harus memiliki kesadaran untuk memperjuangkan
hak-haknya sendiri sebagai perempuan.
Gerakan politik perempuan hanya akan menjadi wacana kosong jika
perempuan sebagai aktor penggeraknya tidak berani tampil menyuarakan
diri sebagai mitra dan kompetitor laki-laki. (24)

—Misbahul Ulum, pengajar di PMPI Center, Senat Mahasiswa Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo.


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment