Advertising

Friday 10 June 2011

Reposting <= Re: [wanita-muslimah] Orang Indonesia itu Lihai atau Licik?

 

Kok jadinya amburadul ?!

"Dwi Soegardi" wrote:
Mengenai "pesan" anekdot Prof Hamdan Juhannis,
dia membahas secara serius,
tetapi tidak sekalipun dia menyinggung soal akurasi informasinya,
kecuali bilang dia dapat email dari seorang rekan.
Atau kolom Abah, yang mengatakan mencomot dari internet.

Bagaimana ETIKA-nya?
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
HMNA:
Lho, lho, lho, apa tidak baca ini, saya copas dari bawah:
*** Makassar, 27 Oktober 2002
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2002/10/547-yang-aneh-aneh-dan-mengejutkan.html
-----------------------------
Sumber:
http://www.detik.com/peristiwa/2002/10/21/20021021-102014.shtml

******************************************

Apa mesti perlu penjelasan lagi, bahwa maksudnya anekdot itu bersumber dari:
http://www.detik.com/peristiwa/2002/10/21/20021021-102014.shtml ?!

----- Original Message -----
From: "Dwi Soegardi" <soegardi@gmail.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, June 11, 2011 12:45 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Orang Indonesia itu Lihai atau Licik?

> Versi lain anekdot yang Abah kutip:
> - yang menyelamatkan adalah muslim Pakistan.
> - wartawannya dari "The New York Post," sebuah koran nyata yang sangat
> pro-Israel
> (dari kelompoknya Rupert Murdoch) dan sering menurunkan berita
> islamofobik,
> dibanding dengan "New Yorker News" yang tampaknya tidak eksis
> (kalau New Yorker Magazine sih haluannya liberal,
> dan bener2 ada).
>
> Sekarang, apa ada etikanya mengutip anekdot, urband legend semacam ini
> untuk sebuah wacana yang serius, atau untuk justifikasi?
>
> Lain halnya kalo dari awal atau di akhirnya audiens diberitahu ini adalah
> guyonan!
>
> Kalo sekedar unjuk "licik-licikan" semua sudah pasti tahu ini:
> supir taksi membawa turis Amerika keliling Jakarta.
> Lewat Wisma Nusantara ditanya berapa lama bikin gedung ini.
> Dijawab 5-6 tahun. Hotel Presiden? 6-7 tahun.
> Wah di Amerika cuma 3-4 bulan.
> Kesal, pak supir muter ke Hotel Indonesia.
> Ditanya berapa lama bikin?
> Ngga tau ya, kemaren belon ada!
>
> Dalam anekdot, akurasi tidak diperlukan.
> Anda bisa ubah Wisma Nusantara dengan Wisma BNI,
> turis Amerika dengan turis Jepang atau Inggris.
> 5-6 tahun dengan 10-20 tahun,
> kemaren dengan minggu lalu.
> Tapi "pesan"nya sama: kesombongan dilawan dengan kelicikan.
>
> Sekarang tinggal bagaimana dan di mana "pesan" itu disampaikan.
> Di forum ilmiah, kolom editorial, atau panggung lawakan?
> (saya pertama kali dengar anekdot ini dari Warkop Prambors,
> grup lawak 70-80-an)
> Kalau lawakan jelas, audiens tidak berharap itu kejadian sebenarnya,
> tapi forum ilmiah sebaliknya.
>
> Mengenai "pesan" anekdot Prof Hamdan Juhannis,
> dia membahas secara serius,
> tetapi tidak sekalipun dia menyinggung soal akurasi informasinya,
> kecuali bilang dia dapat email dari seorang rekan.
> Atau kolom Abah, yang mengatakan mencomot dari internet.
>
> Bagaimana ETIKA-nya?
>
>
> 2011/6/10 H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
>
>>
>>
>> Terus terang saya juga pernah pungut anekdot, di bawah contohnya.
>> Wassalam
>> HMNA
>>
>> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>>
>> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
>> [Kolom Tetap Harian Fajar]
>> 547. Yang Aneh-Aneh dan Mengejutkan
>>
>> In a New York park, a young boy was attacked by a savage dog. A passer by
>> happened to see that and came to the rescue. Having tackled the dog, he
>> strangled it to death. A reporter for the New Yorker News Letter was
>> watching all this and took snap shots for a front page picture in the
>> next
>> days paper. Approaching our hero he says: Your heroic feat shall be
>> published in tomorrow's paper under the headline - Brave New Yorker
>> rescues
>>
>> boy; I'm not from New York; replied our brave hero. Oh in that case we'll
>> change the headline - Brave American rescues boy from savage dog. I'm not
>> American either replied our brave hero. On being asked about who he
>> really
>> is? our hero replied I'm Mojahed from Indonesia. Well, the next day the
>> headline on the front page of New Yorker News Letter said: Mojahed,
>> Muslim
>> Fundamentalist strangles dog to death in New York park - FBI
>> investigating
>> possible link to al-Qaeda.
>>
>> Dipungut dari cyberspace, kemudian saya terjemahkan bebas dengan
>> improvisasi seperti di bawah ini:
>> Al qissah, tersebutlah konon dalam sebuah taman di New York pada pagi
>> yang
>> sedikit berkabut, seorang buyung akan diterkam anjing galak. Mujurlah
>> bagi
>> sang buyung, atas pertolongan Allah SWT, tepat saat genting itu
>> melintaslah
>>
>> seorang laki-laki bercambang dan berjenggot serta-merta langsung turun
>> tangan menyelamatkan sang buyung. Ternyata laki-laki bercambang dan
>> berjenggot itu adalah seorang pesilat. Dengan jurus "elang mencakar
>> mangsa"
>>
>> dicengkeramnya leher anjing galak itu. Alhasil, maka tercekiklah anjing
>> galak itu, matilah anjing itu menggeletak di tanah.
>> Arkian, seorang pewarta yang haus berita sensasi dari New Yorker News
>> Letter sejak pergumulan itu berkecamuk, ia meliput, merekam dengan
>> kameranya. "Pucuk dicinta, ulam tiba", pikirnya, sebuah sensasi untuk
>> edisi
>>
>> New Yorker News Letter besok pagi untuk halaman muka. Tatkala anjing itu
>> sudah berhenti galak karena telah tergeletak, merasa amanlah pewarta itu
>> datang mendekat di TKP (tempat kejadian perkara). Maka berkatalah sang
>> pewarta: Wahai pemberani, kuperkenalkan diriku, aku ini pewarta dari New
>> Yorker News Letter. Aku amat kagum menyaksikan kegesitan anda. Sungguh
>> tepatlah menurut pikiranku kepahlawanan anda untuk dimuat di halaman
>> depan
>> edisi New Yorker News Letter dengan head line: "Warga New York Pemberani
>> Selamatkan Sang Buyung". "Bukanlah saya seorang warga New York," sahut
>> sang
>>
>> pahlawan. "Kalau begitu judul berita saya ganti dengan: "Warga Amerika
>> Pemberani Selamatkan Sang Buyung". "Bukanlah pula saya orang Amerika,"
>> sang
>>
>> pahlawan menimpali. Tatkala ditanya oleh pewarta itu siapakah gerangan
>> sang
>>
>> pahlawan", berkatalah ia: "Saya Mujahid dari Indonesia."
>> Syahdan, maka terpampanglah di New Yorker News Letter keesokan harinya
>> sebuah berita sensasi berjudul panjang-panjang: Mujahid, Fundamentalis
>> Muslim Indonesia Berjenggot dan Bercambang Mencekik Anjing Piaraan
>> Seorang
>> Buyung - FBI Sementara Intensif Menyelidiki Keterkaitannya Dengan Al
>> Qaidah". Pemberitaan aneh. Kesimpulan, ini anekdot yang menyindir CIA dan
>> media grafika Time.
>>
>> - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
>> - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
>>
>> *** Makassar, 27 Oktober 2002
>> [H.Muh.Nur Abdurrahman]
>>
>> http://waii-hmna.blogspot.com/2002/10/547-yang-aneh-aneh-dan-mengejutkan.html
>> -----------------------------
>> Sumber:
>> http://www.detik.com/peristiwa/2002/10/21/20021021-102014.shtml
>>
>>
>> ----- Original Message -----
>> From: "Dwi Soegardi" <soegardi@gmail.com>
>> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
>> Sent: Friday, June 10, 2011 3:51 AM
>> Subject: Re: [wanita-muslimah] Orang Indonesia itu Lihai atau Licik?
>>
>> anekdotnya menarik sih,
>> masalahnya: apa benar jutawan itu orang Indonesia?
>>
>> http://i.justrealized.com/2008/why-a-millionaire-needs-a-bank-loan/
>> <http://i.justrealized.com/2008/why-a-millionaire-needs-a-bank-loan/>orang
>> Cina,
>> http://parkitguides.com/wp/?p=862
>> <http://parkitguides.com/wp/?p=862>ngga disebut etnisnya
>>
>> http://explore-inner-power.blogspot.com/2011/05/know-why-multi-millionaire-borrow-5000.html
>> <
>> http://explore-inner-power.blogspot.com/2011/05/know-why-multi-millionaire-borrow-5000.html
>> >orang
>> India
>> http://www.ebaumsworld.com/jokes/read/37235/
>> <http://www.ebaumsworld.com/jokes/read/37235/>orang Italia
>>
>> dan mungkin masih banyak lagi ....
>> ini tampaknya sebuah urband legend.
>>
>> Masak pak Profesor mengutip urband legend untuk artikel
>> yang dimaksudkan sebagai wacana yang serius?????
>>
>> 2011/6/9 H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
>>
>> >
>> >
>> > Orang Indonesia itu Lihai atau Licik?
>> > Oleh: Hamdan Juhannis
>> > Guru Besar Sosiologi UIN Alauddin
>> >
>> > Saya awali tulisan ini dengan sebuah cerita yang saya angkat dari
>> > kiriman
>> > teman di email saya. Ada seorang warga Indonesia berjalan memasuki
>> > sebuah
>> > Bank di New York untuk mengajukan pinjaman. Dia menghampiri petugas
>> bagian
>> > pinjaman, mengatakan bahwa dia harus pergi ke Jakarta untuk urusan
>> > bisnis
>> > selama dua minggu, dan memerlukan pinjaman dana sebesar USD5.000.
>> >
>> > Petugas bank menanggapi, bahwa pihak bank akan memerlukan jaminan untuk
>> > pinjaman yang diajukan. Sang pria menyanggupi persyaratan yang diajukan
>> > oleh
>> > bank dengan memberikan kunci mobil dan dokumen untuk sebuah Ferrari
>> Modena
>> > yang terparkir di depan bank. Dia memenuhi semua persyaratan, menunggu
>> > proses pengecekan dengan sabar, dan petugas bank menyetujui untuk
>> > memberikan
>> > pinjaman sesuai dengan jumlah yang diajukan.
>> >
>> > Setelah sang pria Indonesia meninggalkan bank, pihak manajemen bank dan
>> > pegawainya mentertawakan pria tersebut karena mempergunakan sebuah
>> > mobil
>> > Ferrari seharga USD250.000 sebagai jaminan untuk meminjam uang sebesar
>> USD
>> > 5.000. Lantas pegawai bank memarkir mobil mewah itu di area parkir
>> > bawah
>> > tanah bank tersebut. Selang 2 minggu kemudian, sang lelaki kembali dari
>> > Jakarta dan datang ke bank, mengembalikan pinjaman dana sebesar
>> > USD5.000
>> > beserta bunganya sebesar USD1541.
>> >
>> > Sang pegawai bank mengatakan: "Kami sangat gembira bisa melayani dan
>> > berbisnis dengan Bapak dengan lancar. Akan tetapi ada sesuatu yang amat
>> > membuat kami bertanya-tanya. Saat Bapak bepergian ke Jakarta, kami
>> melihat
>> > kembali rekening Anda di bank kami, dan menjumpai bahwa Bapak memiliki
>> > dana
>> > jutaan dollar di rekening Bapak. Akan tetapi, mengapa Bapak masih
>> > memerlukan
>> > pinjaman untuk dana sebesar USD5.000?
>> >
>> > Orang Indonesia itu menjawab: "Dimana lagi di kota New York saya bisa
>> > menyimpan mobil Ferari saya dengan aman, tanpa kehawatiran akan dicuri
>> > selama 2 minggu saya bepergian dengan hanya membayar USD15.41? Pegawai
>> > Bank
>> > tersebut hanya terpengarah mendengar kecerdikan jawaban dari orang
>> > Indonesia
>> > tersebut.
>> >
>> > Ada beberapa penjelas dari cerita di atas. Secara sepintas, perilaku
>> orang
>> > Indonesia itu tidak menunjukkan sesuatu yang menyimpang dalam prosedur.
>> > Saat
>> > ingin meminjam uang ia memberikan jaminan dan bahkan mengembalikan
>> > pinjaman
>> > tersebut tepat waktu. Yang justru menarik untuk dicermati, perilaku
>> > orang
>> > Indonesia tersebut menyimpang dari segi interpretasi orang normal
>> > kebanyakan. Ingin meminjam uang jumlah sedikit, tetapi jaminan yang
>> > sungguh
>> > berharga sangat tinggi. Kedua, ingin meminjam uang, tapi sementara
>> > memiliki
>> > tabungan yang sangat banyak di rekeningnya. Inilah yang saya sebut
>> sebagai
>> > kelihaian berbuat yang tidak pernah dipikirkan orang lain, khususnya
>> orang
>> > Barat yang diwakili oleh pegawai Bank tersebut.
>> >
>> > Cerita ini menjadi menarik karena konteksnya terjadi di negara maju,
>> > bahkan
>> > di negara superpower yang diasumsikan mengalamai kecanggihan berpikir
>> > dan
>> > berlogika yang sangat maju juga. Tapi nampaknya, cerita di atas
>> > menghancurkan semua asumsi itu. Kelihaian berpikir orang Indonesia itu
>> > membuat tidak berdaya pegawai bank orang Amerika tersebut. Bahkan bisa
>> > jadi
>> > logika yang dikembangkan oleh orang Indonesia tersebut saat transaksi
>> > di
>> > bank terjadi, tidak akan ada seorangpun yang mampu mengikuti alur dan
>> > maksud
>> > yang tersembunyi yang ada dalam benaknya.
>> >
>> > Cerita di atas sebenarnya saya maksudkan untuk menampilkan contoh
>> > kelihaian
>> > masyarakat Indonesia yang mengalami penyimpangan. Kelihaian yang
>> > terjadi
>> > di
>> > atas secara maknawi sejatinya bisa dipersepsi sebagai sesuatu yang
>> > negatif.
>> > Sebuah perilaku negatif diukur ketika lain seseorang menampilkan
>> > perilaku
>> > yang berbeda dengan tujuan hati. Pertama, ia meminjam uang di bank
>> > karena
>> > sebenarnya ia hanya ingin menyimpan mobil mahalnya. Kedua, kelihaian
>> orang
>> > Indonesia tersebut menjadi kelicikan karena ia meminjam bukan karena
>> butuh
>> > pinjaman tetapi karena sekedar alat untuk mengamankan barang
>> > berharganya.
>> > Ketiga, orang Barat yang banyak dibesarkan dalam sistem tradisi
>> > integritas,
>> > cenderung tidak memiliki kemampuan berpikir lihai pada aspek seperti
>> > ini
>> > karena secara humanis, itu dianggapnya sebagai penipuan terhadap nilai
>> > kemanusiaan.
>> >
>> > Kelihaian model seperti di atas bisa saja menjadi bagian dari tradisi
>> > perilaku masyarakat kita. Kita lihai padahal sebenarnya tidak lebih
>> > dari
>> > licik. Kelicikan itu terjadi karena kita mengambil keuntungan sementara
>> > merugikan orang lain. Karena kelicikan itu dibungkus oleh kelihaian,
>> > terkadang orang yang dirugikan itu cenderung tidak merasa kalau ia
>> > dirugikan.
>> >
>> > Lihat misalnya begitu banyak kasus pada masyarakat kita mencoba menipu
>> > orang lain dan negara sekalipun dengan bungkus kelihaian tadi. Begitu
>> > banyak
>> > yang tiba-tiba menjadi sakit keras saat akan diperiksa karena terlibat
>> > kasus. Saat orang itu dipenjara, ia tidak pernah merasa terpenjara
>> > karena
>>
>> > ia
>> > bisa keluar setiap saat menikmati kebebasan lebih dari yang mengklaim
>> > dirinya orang bebas sekalipun. Bahkan penjara telah menjadi simbol kata
>> > yang
>> > tidak operasional lagi bagi dirinya, karena begitu kreatifnya
>> > menjadikan
>> > penjara itu sebagai surga bagi dirinya. Ada juga yang terjadi,
>> > seseorang
>> > bisa secepatnya mengambil langkah taktis bepergian, mendahului kuasa
>> > negara
>> > yang mengeluarkan surat pencekalan. Begitu seringnya orang kabur dengan
>> > menggunakan berbagai modus dengan alasan pergi berobat atau sakit yang
>> tak
>> > terkirakan.
>> >
>> > Semua kasus ini bisa dilihat dalam kerangka kelihaian orang Indonesia.
>> > Kita
>> > memang tumbuh dalam tradisi kelihaian itu. Sayangnya kelihaian ini
>> > tumbuh
>> > subur pada perilaku-perilaku yang negatif dan karenanya menjadi
>> kelicikan.
>> > Bisa dibayangkan, bila kelicikan inilah yang senangtiasa mewarnai
>> > prilaku
>> > sosial dan politik warga, kita akan menjadi masyarakat licik dan itu
>> > sekedar
>> > menjadi lonceng untuk menggapai predikat sebagai masyarakat yang gagal
>> > hidup. Cirinya, nilai moral kemanusiaan yang menjadi tolak ukur
>> > kehidupan
>> > menjadi tercabik-cabik. Tentang pegawai bank di New York yang
>> > terpengarah
>> > pada jawaban orang Indonesia dalam cerita di atas, mungkin karena dalam
>> > hatinya bergejolak kebingungan: "di negeriku belum pernah ada perilaku
>> > seperti ini, mungkinkah ini yang disebut kelicikan?"
>> >
>> http://www.fajar.co.id/read-20110603215009-orang-indonesia-lihai-atau-licik

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment