Advertising

Sunday 19 June 2011

[wanita-muslimah] Biar Lambat Asal Selamat, Takkan Lari Gunung Dikejar

 

Dari file lama
Wassalam
HMNA

************************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
124. Biar Lambat Asal Selamat, Takkan Lari Gunung Dikejar

"Buat apa peribahasa itu dimunculkan kembali dari tumpukan perbendaharaan lama yang kelihatannya sudah ketinggalan zaman? Yang sudah tidak relevan lagi dengan nilai kekinian? Berpacu dengan waktu, atau waktu itu uang! Kita ini sekarang harus bertindak cepat, karena cepat berarti efisien." Itulah penggalan-penggalan kalimat yang sempat saya dengar pada waktu duduk di antara para penunggu pengantin laki-laki. Rupanya telah terjadi diskusi kecil-kecilan sebelum saya datang bergabung di kelompok itu. Biar lambat asal selamat, takkan lari gunung dikejar diucapkan sekadar untuk menghibur para penunggu itu untuk mengisi kekosongan dan kebosanan karena rombongan "raja sehari" yang ditunggu itu belum kunjung datang jua.

Sepintas lalu penggalan-penggalan kalimat yang sempat saya dengar itu kelihatannya ada benarnya. Apapula jika diperhadapkan pada untaian kata dalam Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia: dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya. Maka pepatah: Biar lambat asal selamat ini, tidak perlu diungkit-ungkit lagi, bukan lagi masanya sekarang ini untuk bersikap demikian, cuma menghabiskan waktu saja untuk dibicarakan, tidak efisien. Demikianlah logikanya.

Tunggu dahulu! Apa yang dikutip dari untaian kata dalam Proklamasi itu didahului oleh: dengan cara saksama. Apa maknanya itu! Ini mengandung nilai yang masih relevan hingga kini, yaitu nilai ketelitian, kecermatan. Orang tua yang banyak pengalaman kelihatannya lamban, tidak tergesa-gesa, karena ia itu teliti, sudah banyak makan garam kehidupan yang serba getir, tidak mau seperti keledai, terantuk pada patok yang sama untuk kedua kalinya. Orang muda yang masih kurang pengalaman, belum makan garam kehidupan yang getir, memandang hidup ini dari segi romantika cemerlangnya saja, semangat meledak-letup, rasa optimisme yang berlebihan, maka ia itu bertindak serba cepat, tergesa-gesa.

Kedua nilai cermat dan cepat ini perlu dijadikan satu sistem, yaitu saling membingkai. Cermat diberi berbingkai cepat dan cepat berbingkai cermat. Artinya orang tua yang lamban karena ingin cermat, ditarik oleh orang muda supaya mempercepat langkah. "Hai Pak, yang cepat sedikit". Sebaliknya jika orang muda terlalu cepat, berakselerasi, orang tua menahan, menarik kebelakang. "Hai anak muda, jalan licin berjurang, perlambat langkah". Ini namanya kerja sama antara generasi tua dengan generasi muda dalam arti yang sebenarnya.

Pepatah di atas itu tidak berlaku secara umum, yakni situasional dan berbingkai. Situasional karena adanya pernyataan asal selamat, artinya ada ranjau yang menghadang, maka gerak perlu diperlambat. Berbingkai karena ruang lingkup dibatasi, yang dikejar itu adalah benda yang tidak bergerak terhadap bumi. Kalau yang dikejar itu bergerak ataupun yang datangnya hanya sekilas, maka ingatlah cerita dalam Hikayat Tuanta Salamaka. Bagaimana pengarang hikayat itu menyampaikan pesan berbungkus mistik, bergaya simbolisme dalam peristiwa di telaga Mawang. Datoka ri Pa'gentungang dengan gerak cepat menyulut rokoknya pada kilat yang menyala, menunjukkan kesigapan memanfaatkan kesempatan yang ada walaupun sekejap. Bagaimana kalau yang dikejar itu bergerak mendekat? Juga lihat peristiwa di telaga Mawang, Lo'moka ri Antang menyulut rokok pada titik air hujan dari pinggir saraung (sombrero)-nya.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari dari dahulu hingga sekarang dan insya-Allah untuk masa yang akan datang tidaklah selamanya mesti cepat. Ada yang sengaja diperlambat. Artinya cepat dan lambat itu situasional. Agar jelas inilah contohnya. Ilmu yang sangat bermanfaat dalam mengelola proyek adalah Network Planning. Apabila hasil monitoring pada kegiatan kritis menunjukkan terjadi
penyimpangan, yaitu apa yang dicapai dalam pelaksanaan ternyata lebih lambat dari menurut jadwal, maka harus segera diadakan kontrol. Caranya ialah dengan mempercepat kegiatan kritis yang berikutnya. Perlu pengerahan sumber daya dari unit-unit kegiatan lain yang tidak kritis. Itu dapat dilakukan oleh karena kegiatan-kegiatan yang tidak kritis itu mempunyai waktu longgar (float), jadi sebagian sumberdayanya dapat diambil dengan memperlambat kegiatan-kegiatan tersebut. Sumberdaya yang diambil itu kemudian dikerahkan untuk mengeroyok kegiatan kritis yang akan dipercepat itu. Jadi dalam aksi kontrol ini nyatalah bahwa cepat dan lambat itu situasional. Kegiatan-kegiatan yang tidak kritis diperlambat untuk dapat mempercepat kegiatan kritis.
Lalu bagaimana dengan ajaran Al Quran? Semua ummat Islam asal saja ia mengerjakan shalat mesti hafal S. Al 'Ashar:

Perhatikanlah waktu!(*)
Sesungguhnya manusia
senantiasa dalam kerugian.
Kecuali,
yang beriman,
dan berbuat kebajikan,
dan berwasiat tentang yang haq,
dan berwasiat atas kesabaran.

Jadi menurut ajaran Islam dalam hal waktu bukanlah soal cepat ataupun lamban yang menjadi perhatian utama. Yang penting adalah memanfaatkan waktu untuk berbuat kebajikan, berkomunikasi dengan sesama manusia untuk meneruskan nilai-nilai wahyu dan dalam berkomunikasi itu tidak ceroboh, tidak tergesa-gesa, melainkan harus cermat, dan untuk itu perlu kesabaran, karena menurut SunnatuLlah semua itu memerlukan waktu untuk berproses, tidaklah cespleng, sebagaimana bualan pembual dalam reklame obat-obatan, kosmetika, sedap-sedapan menthos, kristal, dll. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 24 April 1994
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1994/04/124-biar-lambat-asal-selamat-takkan.html
----------------------
(*)
Wa dalam permulaan ayat (1) S. Al'Ashr tersebut menyatakan sebuah qasm, semacam "sumpah", namun tidak cocok untuk dibahasa-Indonesiakan dengan "demi". Sebab dalam bahasa Indonesia "demi" itu menyatakan penguatan yang ditumpukan kepada sesuatu yang lebih "tinggi", yaitu Allah. Sedangkan qasm itu semacam "sumpah" untuk menegaskan di mana yang "bersumpah" kedudukannya itu lebih "tinggi". Jadi Wa l'Ashri tidak cocok di-Indonesia-kan dengan "demi waktu", melainkan "perhatikanlah waktu", karena yang berqasm di sini adalah Allah SWT.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment