Advertising

Saturday 25 June 2011

[wanita-muslimah] Mahalnya Biaya Pendidikan Tingkat Atas

 

Jargon si miskin dilarang sekolah kian mendekati kenyataan di
negeri ini.
Biaya tinggi dibutuhkan ketika siswa menaiki level menengah atas.
M
USIM ajaran baru bagi orang tua siswa meru pakan ritus tahunan yang
cukup merepotkan khususnya dalam proses penerimaan murid sekolah
menengah atas (SMA) atau yang sederajat. Pasalnya, program wajib
belajar yang dicanangkan pemerintah hanya berlaku 9 tahun dari SD
hingga SMP.

Dengan demikian, orang tua mulai dipusingkan dengan biaya masuk sang
buah hati yang mulai menapaki jenjang SMA .
Pusingnya orang tua siswa seperti dirasakan Elang, 50.

Staf
pegawai negeri sipil (PNS) ini memimpikan anaknya bisa melanjutkan
pendidikan tingkat atas di sekolah unggulan untuk meningkatkan kualitas
demi memudahkan sang putra dalam persaingan menuju ke perguruan tinggi
maupun untuk memasuki dunia kerja nantinya.
Anak Elang ternyata
lulus seleksi di SMAN 12 RSBI Cisauk, Tangerang Selatan, yang merupakan
sekolah unggulan dengan label rintisan sekolah berstandar internasional
(RSBI).

Namun, betapa kagetnya Elang ketika dia diwajibkan membayar
uang pembangunan sebesar Rp12 juta ditambah uang seragam Rp1,5 juta
serta uang buku Rp1,5 juta.
Total, ia harus merogoh kocek
sebesar Rp15 juta di awal tahun ajaran untuk memuluskan harapannya.
Belum lagi, biayabiaya yang akan dikeluarkan lainnya, seperti sumbang
an pembinaan pendidikan (SPP) dan uang pembangunan. "Pemerintah pusat
atau daerah mestinya mengawal penetapan uang pembangunan sekolah RSBI,"
cetusnya.
Keluhan Elang itu tampaknya mewakili seluruh orang tua siswa yang
memiliki anak pintar tapi berkantong paspasan. Ia pun berharap
pemerintah memberi seluruh warga negaranya pendidikan sekolah dasar dan
menengah dengan gratis hingga tingkat atas (SMA/sederajat).
Pungutan biaya di SMA/sederajat yang kian
melambung dinilai merupakan dampak langsung kehadiran konsep RSBI.
Kebiasaan sekolah-sekolah jenis ini memungut biaya tinggi kepada orang
tua murid dihalalkan oleh perundangan, yakni Pasal 50 ayat (3) UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 78 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI).
Padahal, pemerintah sendiri sebenarnya mengharuskan RSBI/SBI
mengalokasikan 20% dana mereka untuk beasiswa kepada masyarakat yang
kurang mampu. "Ini ajang pemerintah lepas tanggung jawab sehingga
muncul ketimpangan distribusi dan kastanisasi pendidikan," cetus Ketua
Forum Musyawarah Guru Jakarta Retno Listyarti ketika dihubungi Rabu
(22/6).
Menurut dia, ada sebentuk ironi dunia pendidikan dalam konsep RSBI
ini.
Di satu sisi, pemerintah ingin membangun kualitas pendidikan. Namun, di
sisi lain, ada kesan kuat dis
kriminasi pemerintah kepada kaum tidak mampu akibat tingginya harga
bangku sekolah.
Secara terpisah, peneliti ICW Febri Hendri mengatakan konsep RSBI
memang sejak awal sudah melanggar prinsip pendidikan. Dalam UU
Sisdiknas memang tidak disebutkan tugas negara untuk membiayai jenjang
SMA seperti halnya SD dan SMP. Namun, baginya, tu
juan pendidikan sesuai UUD 45 itu menitikberatkan aksesibilitas dan
kualitas bagi semua kalangan.

Tetap
diperlukan Adapun Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan
Nasional Baedhowi mengungkapkan data penelitian bahwa sebagian besar
atau 93,39% sekolah RSBI menetapkan sumbangan awal Rp0-6 juta, dan
85,46% pada kisaran Rp0-4 juta rupiah.
"Penelitian kami
menunjukkan sumbangan awal terbesar ditemui hanya pada dua sekolah
yaitu Rp20 juta yang tidak mempresentasikan kondisi umum RSBI. Jadi,
sedikit sekali RSBI yang mematok biaya sumbangan awal mahal," ujarnya
di Kemendiknas, Rabu (22/6).
Berdasarkan hasil evaluasi RSBI
tahun ini, lanjutnya, pemerintah pun berkesimpulan bahwa untuk
mempertahankan RSBI yang ada tanpa adanya penambahan yang baru sembari
memperbaiki sistem penyelenggaraannya. Alasannya, RSBI tetap diperlukan
karena terbukti meningkatkan mutu pendidikan.
"Hasil ujian
nasional (UN) sekolah RSBI ternyata lebih baik daripada sekolah reguler
dan prestasi olimpiade nasional dan internasional banyak diraih
siswa-siswi RSBI."
Namun, pengamat pendidikan M Abduh Zen
menyayangkan data pemerintah yang tidak sesuai dengan kenyataan di
lapangan. "Program RSBI juga mahal, jadi jangan hanya dilihat dari uang
masuk dan iuran semata," ujarnya. (*/RS/TS/R-3)

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/06/24/ArticleHtmls/Mahalnya-Biaya-Pendidikan-Tingkat-Atas-24062011014003.shtml?Mode=1

Berbagi berita untuk semua
http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment