Advertising

Sunday 19 June 2011

[wanita-muslimah] Membangun Kesadaran akan Seksualitas dan Gender di Pesantren dan Kalangan Pendidik

*Membangun Kesadaran akan Seksualitas dan Gender di Pesantren dan Kalangan
Pendidik*
Published on RAHIMA : Pusat Pendidikan dan Informasi Islam Hak-hak
Perempuan<http://rahima.or.id/index.php?option=com_contentview=articleid=752:membangun-kesadaran-akan-seksualitas-dan-gender-di-pesantren-dan-kalangan-pendidikcatid=1:beritaItemid=18>|
shared via
feedly <http://www.feedly.com>

Pertengahan tahun 2010 RAHIMA mengadakan acara pelatihan Kesehatan
Reproduksi. Pesertanya adalah pengasuh dan juga pimpinan majelis taklim.
Selama ini RAHIMA lebih memfokuskan diri pada isu-isu kesetaraan gender yang
dikaitkan dengan agama, jadi ketika ada materi seksualitas tentu menjadi
diskusi baru dan sangat menyita perhatian. Sangat menarik melihat reaksi
para ulama perempuan ini ketika pertama kali disuguhi alat peraga organ
seksual betina dan jantan, ada penis, vagina dan juga celemek yang
menggambarkan bagian dalam organ seksual. Ada yang langsung tertawa keras,
ada yang merasa sepertinya enggan memegang, bahkan melihat saja masih
malu-malu. Dari reaksi tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
seksualitas mereka 'barang' baru bagi kelompok Pesantren.

Fasilitator dari acara tersebut adalah Ibu Ninuk Widyantoro dan Ibu Nur
Rofiah telah mampu membuka mata kami tentang banyaknya informasi soal
seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tidak kami ketahui. Saat itu kami
berpikir bahwa kami yang berasal dari komunitas yang dapat mengakses
informasi dengan mudah saja tidak mengetahui tentang seksualitas dan
kesehatan reproduksi, bagaimana dengan komunitas kami di daerah?.
Keprihatinan ini merupakan injeksi bagi kami untuk berbagi tentang informasi
seksualitas dan kesehatan reproduksi pada komunitas.

Setelah mendapatkan pelatihan dasar di Rahima, kami menggunakan ilmu yang
masih terbatas ini untuk mulai memerankan diri sebagai pendidik sebaya. Saya
sendiri mulai mengajak ngobrol teman dan saudara tentang isu ini. Di
beberapa perkumpulan ibu-ibu seperti di Fatayat NU, saya juga mulai mengajak
ibu-ibu memperhatikan organ seksualnya. Banyak pertanyaan yang muncul dari
mereka, mulai dari penyakit seksual, kontrasepsi hingga tentang hubungan
seksual. Bagi saya ini kemajuan yang luar biasa ketika dari kertas evaluasi
yang saya bagikan setelah diskusi tenyata banyak ibu-ibu yang ingin
mengetahui lebih jauh tentang hubungan seksual karena mereka selama ini
banyak yang kurang menikmati. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka mulai
sedikit sadar bila dalam hubungan seksual kedua belah pihak memiliki hak
yang sama.

Ibu Ninuk pernah bercerita bahwa pasangan yang akan menikah di Iran harus
mendapatkan pelatihan tentang seksualitas dan kespro dari pemerintah, mereka
juga disarankan untuk berobat dahulu bila diketahui memiliki penyakit
kelamin, sehingga jumlah kematian ibu melahirkan sangat sedikit.
Terinspirasi akan hal itu, saya pun mengumpulkan santri-santri putri yang
sudah senior untuk saya ajak diskusi tentang hal ini. Walaupun mereka
terlihat kaget dan jijik melihat alat peraga yang saya bawa, tapi lama-lama
mereka terbuka juga tentang beberapa hal yang ingin diketahui. Imbasnya
ternyata cukup signifikan. Beberapa bulan kemudian ada salah satu santri
putri yang menghubungi saya dan bercerita bagaimana dia harus menerangkan ke
suaminya ketika pada malam pertama tidak ada darah keluar dari selaput
daranya. Dia bilang *"Mbak, Alhamdulillah saya sebelumnya sudah mendapatkan
penjelasan soal selaput dara, jadi ketika malam pertama tidak mengeluarkan
darah saya tidak panik lagi, dan saya bisa menerangkan kepada suami. Memang
pertama suami saya sulit menerima tapi lama-lama bisa mengerti." *Kabar lain
juga datang dari seorang santri yang menikah sebulan setelah mendapatkan
materi ini dari saya, *"Karena sebelumnya mbak sudah mengajari saya untuk
mulai mengenal tubuh dengan lebih baik, jadi ketika menikah saya jadi tahu
bagaimana memperlakukan tubuh saya, dan saya bisa mendiskusikan hal ini
dengan suami."* Tentu bagi saya ini adalah feedback yang luar biasa dari
diskusi sederhana yang saya bangun.

Pada bulan Januari saya memberanikan diri untuk mengadakan forum yang akan
mendiskusikan tema seksualitas dan kespro dengan settingan lebih formal.
Acara tersebut diberi nama "Sosialisasi Kesehatan Reproduksi dan Pengajaran
Berperspektif Kesetaraan Gender." Adapun pesertanya adalah guru-guru
perempuan di lingkungan Yayasan Pondok Pesantren Darussalam. Guru-guru ini
merupakan guru dari tingkat Paud hingga Sekolah tinggi, ada sekitar 120 guru
perempuan yang masuk list. Dari seluruh undangan yang disebarkan tidak semua
guru bisa menghadiri acara tersebut dan ada juga beberapa unit pendidikan
yang tidak mengirimkan satupun guru perempuannya, mungkin mereka menganggap
acara ini tidak ada manfaatnya. Acara ini mendapat full support dari Rahima,
mulai dari alat peraga hingga funding. Alasan kenapa saya memilih hanya
guru-guru perempuan yang menjadi peserta karena beberapa hal. Pertama,
selama ini diskusi tentang seksualitas dan kespro hanya diasumsikan menjadi
urusan perempuan. Untuk langkah pertama saya memperkenalkan tema ini, saya
tidak mau mendapat pertentangan keras dari lingkungan pesantren, jadi saya
hanya memfokuskan pada perempuan. Kedua, saya mengambil guru-guru perempuan
dengan harapan mereka bisa memberikan pengetahuan yang mereka dapat kepada
murid-murid mereka. Disamping itu beberapa dari guru yang datang adalah guru
biologi di tingkat SLTP dan SLTA, saya pikir mereka punya peluang yang besar
untuk menerangkan tentang seksualitas dan kespro pada murid, sehingga
kesempatan ini akan menjadi peluang yang bagus untuk membekali informasi
yang lebih comprehensive.

Perjalanan selanjutnya yang saya tempuh dalam mensosialisasi masalah ini
adalah dengan mengajak diskusi mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam
Ibrahimi di Genteng. Kebanyakan peserta adalah guru-guru di Paud (Pendidikan
Anak Usia Dini), Taman Kanak-kanan, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyyah.
Saya pikir guru-guru di tingkat sekolah dasar harus memiliki pengetahuan
tentang seksualitas sebab selama ini di tidak ada pendidikan tentang hal ini
di pelajaran SD, padahal sekarang anak usia SD sudah banyak yang menstruasi.
Jadi adanya bekal yang cukup pada guru-guru di level pendidikan basic
diharapkan anak-anak telah mendapatkan informasi yang benar akan organ
seksual yang mereka miliki. Dalam diskusi tersebut dilakukan praktek cara
menerangkan tentang organ-organ seksual kepada murid sekolah dasar. Praktik
ini membuka mata saya bahwa tidak mudah untuk mengajak murid sekolah dasar
berdiskusi mengenai hal ini. Penggunaan bahasa dan juga alat-alat peraga
harus benar-benar dipikirkan dengan tepat.

Dari perjalanan setahun saya berkecimbung dalam diskusi tentang seksualitas
dan kesehatan reproduksi, saya semakin menyadari bahwa pengetahuan saya
tentang hal ini sangat terbatas. Persoalan yang ada di lapangan ternyata
lebih komplek dari pada yang saya bayangkan. Untuk itu saya terus belajar
agar informasi yang saya memiliki terus bertambah. Keinginan saya ini
ternyata disambut oleh Rahima dengan mengirimkan saya untuk mengikuti
pelatihan "Seksualitas, Gender, Kesehatan, serta Hak Seksual dan Reproduksi"
yang diadakan oleh Mitra INTI Foundation pada tanggal 30 Mei – 4 Juni 2011
di Jakarta.

Pelatihan ini mengumpulkan orang dari berbagai latar belakang agama,
aktivitas, gender, dan orientasi seksual. Jadi pelatihan ini sangat komplek.
Saya pribadi secara personal belum pernah memiliki hubungan personal atau
pertemanan dengan teman-teman dari kelompok LGBTI (Q), walaupun sebenarnya
keingintahuan saya sangat tinggi pada hal ini. Sejak di Pesantren saya sudah
akrab dengan istilah mairil (*Mar'ah fil Lail*) dan aktivitas seksual
seperti sempetan, namun saya sendiri belum pernah mendapatkan informasi yang
memadahi tentang hal ini. Baru pada forum ini keinginan tahuan saya
terbayar. Saya bisa berkenalan, berteman bahkan berdiskusi dengan
teman-teman dengan berbagai orientasi seksual. Saya sangat exciting dengan
ini. Teman-teman juga sangat terbuka, sehingga tidak ada sekat untuk
bercerita tentang kondisi masing-masing dan yang jelas tidak ada
penjustisan.

Background saya yang sudah bergaul dengan macam-macam orang membantu saya
untuk tidak memberikan justis terhadap teman-teman yang memiliki orientasi
seksual berbeda dengan saya. Walaupun begitu, saya menyadari bahwa beberapa
teman masih harus bernegosiasi dengan diri mereka masing-masing sebelum
akhirnya pada titik tertentu kita semua sudah sangat cair. Semua sudah
merasa bahwa tidak ada sekat lagi diantara kita. Perbedaan orientasi seksual
tidak menjadikan kita berjalan sendiri-sendiri atau saling menyalahkan.

Pelatihan ini memperkaya pemahaman saya tentang seksualitas dan kesehataan
reproduksi baik dari segi kedokteran, sosial maupun agama. Materi ini
menjadi bekal yang bagus ketika nanti saya terjun ke masyarakat, terutama
masyarakat pesantren. Dari sini saya berpikir bahwa sebenarnya inilah dunia
yang ingin saya diami selama ini. Dunia yang setiap orang tidak harus
berpikir siapa yang benar dan salah, dunia yang menjunjung perbedaan sebagai
sebuah rahmat dari Tuhan, dunia yang tidak lagi diembel-embeli dengan
prasangka buruk dan setiap orang bisa saling belajar satu dengan yang lain.

Semua kesempatan dan jaringan ini semakin menumbuhkan semangat bagi saya
untuk terus berbagi dengan sesama, dan menyuntikkan semangat saling
menghargai perbedaan, baik perbedaan agama, suku, bangsa, budaya, gender
bahkan perbedaan orientasi seksual. Bukankah Allah telah mengatakan bahwa
kita diciptakan berbeda untuk saling mengenal satu sama lain?.
*Salam*

Feedly. Feed your mind. http://www.feedly.com <http://www.feedly.com/#mail>


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment