Advertising

Sunday 12 June 2011

[wanita-muslimah] Penderitaan Istri yang Diabaikan Suami (1)

 

Penderitaan Istri yang Diabaikan Suami (1) *Rumah Tangga Berantakan Akibat
Korupsi*
*HIDUP* berumah tangga akan terasa nikmatnya apabila suami dan istri
memahami dan menghayati perannya masing-masing. Selain itu, kehadiran
orangtua atau mertua diharapkan menjadi payung yang mengayomi sebuah biduk
rumah tangga, di mana sebuah pasangan bisa meminta petunjuk atau petuah
darinya. Akan tetapi, bagaimana kalau salah satunya justru mengabaikan
kewajiban dalam perannya, maka ketimpanganlah yang akan terjadi dan
melemahkan sendi-sendi rumah tangga itu. Hal itu akan mengakibatkan
penderitaan bagi yang lain. Demikian pula yang terjadi pada rumah tangga
Indah (nama samaran) dan Dani (nama samaran). Berikut kisahnya seperti yang
dituturkan Indah kepada *Ela Hayati*.

*NAMAKU* sebut saja Indah. Usiaku kini sudah tidak muda lagi, sudah setengah
baya. Lazimnya, dalam usia ini, seharusnya aku sudah merasa tenang setelah
mengarungi sekian lama pasang surutnya kehidupan. Seharusnya ketika uban di
kepalaku mulai banyak, aku lebih meningkatkan aktivitas kerohanian dengan
mendekatkan diri pada Yang Mahakuasa. Menyambut masa tua yang menjelang
dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.

Namun harapan hanyalah tinggal harapan, semuanya sirna dilalap pahitnya
kenyataan yang selama ini kujalani. Hingga saat ini, aku merasa diriku hanya
bertambah tua saja dengan keriput-keriput yang semakin dalam, sementara dari
segi kedewasaan aku merasa jauh lebih memalukan dari para remaja yang baru
lulus SMA. Setelah sekian puluh tahun berumah tangga dengan Kang Dani, kami
sama-sama tidak semakin mantap menjadi pribadi-pribadi yang matang karena
telah banyak makan garam, justru sebaliknya, seperti keledai dungu yang
setiap hari terjerumus pada persoalan yang sama.

Aku dan Kang Dani menikah sekitar tahun '70-an. Setelah melalui berbagai
proses kompromi dalam hatiku dan melalui banyak pertimbangan, akhirnya aku
menjatuhkan pilihan padanya. Sebenarnya aku sendiri tak habis pikir dengan
keputusanku itu, karena sebenarnya Kang Dani tidak memenuhi begitu banyak
kriteriaku sebagai pasangan yang ideal. Dan, aku pun memiliki banyak teman
pria lain yang lebih mendekati pengharapanku sebagai calon suami. Mungkin
karena kegigihan Kang Dani dalam memperjuangkan cintanya, akhirnya hatiku
luluh juga dan bersedia dipersunting olehnya.

Setelah menikah, Kang Dani memboyongku untuk tinggal bersama kedua
orangtuanya. Menurutnya itu hanya sementara. Kalau sudah ada rezeki, ia
berjanji akan membangunkanku rumah. Tak ada yang lain bisa kulakukan selain
menurut saja. Lagi pula aku tak bisa ke mana-mana lagi. Kedua orangtuaku
sudah meninggal dunia, dan selama ini aku tinggal bersama kakak. Lagi pula
rumah orangtua suamiku cukup besar, dan Kang Dani merupakan anak tunggal,
sehingga itulah pilihan yang terbaik saat itu. Lagi pula sebagai satu rumah
tangga baru, kami memang masih banyak membutuhkan peran orangtua dalam
memenuhi nafkah. Kang Dani, walaupun sudah bekerja, tapi gajinya tidaklah
cukup untuk menopang kehidupan kami.

Namun, ketenangan berumah tangga hanya sebentar kurasakan. Beberapa bulan
setelah menikah, mertua lelakiku dituduh menggelapkan uang perusahaan. Ia
tak bisa lagi menyangkal karena bukti-bukti yang ada memang mengarah
kepadanya. Sungguh ironis, kedua mertuaku yang baru pulang menunaikan ibadah
haji, harus menanggung aib karena terlibat dalam upaya korupsi. Sebagai
akibatnya, ayah mertuaku dihadapkan pada dua pilihan, masuk hotel prodeo
atau mengganti uang perusahaan yang telanjur ditilapnya. Dengan susah payah
setelah menjual hampir semua tanah yang dimilikinya, akhirnya mertuaku bisa
menutupi kerugian yang diderita perusahaannya, sehingga ia pun terbebas dari
ancaman masuk penjara.

Namun ternyata persoalannya tidak hanya sampai di situ, ibu mertuaku yang
telanjur malu dengan perbuatan suaminya, menuntut diceraikan. Pasangan yang
telah puluhan tahun berumah tangga dan telah menjalankan rukun Islam yang
kelima itu pun akhirnya berpisah. Sungguh mengenaskan, sebuah bangunan rumah
tangga yang rukun dan kokoh sekian lama, runtuh dan bubar hanya dalam
beberapa saat saja. Sejak bercerai, ayah mertuaku meninggalkan rumah yang
selama ini dihuninya dan kembali ke kampung halamannya.

Semenjak perkawinan mertuaku berantakan, mulailah terasa goyahnya
perekonomian keluarga kami. Ayah mertua yang selama ini menjadi penopang
keluarga, kini telah kehilangan pekerjaan dan pergi dari tengah-tengah
keluarga kami. Ibu mertuaku kini hanya menggantungkan hidup dari hasil
pertanian beberapa bidang tanah yang tersisa. Bahkan, satu per satu ia pun
harus merelakan beberapa perhiasan yang selama ini menghiasi tubuhnya untuk
dilego demi menutupi kebutuhan hidup kami.

Sementara suamiku, dalam situasi yang sedang serbasusah ini benar-benar
tidak bisa diandalkan. Kang Dani lebih banyak keluyuran keluar untuk
minum-minum atau hanya sekadar kongko-kongko bersama teman-temannya.
Kegemaran yang paling disukainya adalah pergi memancing. Hobi yang sama
sekali tidak menghasilkan dan menurutku hanya buang-buang waktu. Bukan hanya
itu, Kang Dani pun sering bolos bekerja kalau "penyakit" malasnya kambuh.
Alhasil, gajinya yang memang tak seberapa dan tak dapat diharapkan, semakin
berkurang karena ia sering tidak masuk kerja.

Kang Dani selama ini adalah anak tunggal yang selalu dimanja orangtuanya.
Perceraian kedua orangtuanya membuatnya syok dan terguncang. Kehidupannya
yang selama ini terjamin, kini berputar seratus delapan puluh derajat,
sehingga ia benar-benar terpukul. Cobaan ini bukan membuatnya bangkit
berdiri sebagai pria satu-satunya dalam keluarga, justru merobohkan
mentalnya dan membuatnya tak berdaya.

Keadaan ini sungguh membuatku serbasalah. Aku tak mampu memperbaiki keadaan
untuk menjadi lebih baik. Apalagi beberapa minggu lagi aku akan melahirkan
anak pertama hasil perkawinanku dengan Kang Dani. Yang bisa kulakukan
hanyalah dengan berusaha menjadi istri dan menantu yang baik. (bersambung)**

--
Aldo Desatura ® & ©
Twitter = @desatura
YM = desatura
Facebook = hanjakal@gmail.com

================
Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment