Advertising

Sunday 12 June 2011

[wanita-muslimah] Penderitaan Istri yang Diabaikan Suami (3)

 

Penderitaan Istri yang Diabaikan Suami (3) *Setelah Anak Lahir, Berusaha
Cari Kerja*
*DALAM* kisah sebelumnya, Indah yang sedang hamil harus melakukan semua
pekerjaan rumah tangga seorang diri. Bila tidak, ia akan menerima kata-kata
pedas dari ibu mertuanya. Sementara mengharapkan simpati dari suaminya
adalah hal yang tak mungkin, karena Dani lebih sibuk keluyuran di luar
rumah. Bagaimana selanjutnya? Berikut kisahnya seperti yang ditulis *Ela
Hayati*.

*MESKI* demikian, aku merasa gembira karena ibu mertuaku menyambut kelahiran
anakku dengan senang hati. Ia tampak bangga menimang cucu pertama dari anak
tunggalnya itu. Kebanggaan yang sama sekali tidak ia tunjukkan ketika aku
masih mengandung anak itu.

Beberapa saat setelah mertuaku, suamiku pun datang dengan tergopoh-gopoh.
Rambutnya tampak kusut masai dan kelihatan sekali ia kurang tidur. Entah
dari mana dia. Tanpa mempedulikan aku yang terbaring lemas di ranjang, ia
langsung menghampiri ibunya yang sedang menimang anak kami. Kegembiraan juga
terpancar di wajahnya melihat anak kami yang sehat dan cantik. Setelah
menimang dan mencium bayi kami, barulah Kang Dani menghampiriku.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya pendek. Aku hanya mengangguk pelan sambil
tersenyum padanya.

Hari itu juga, aku kembali pulang dari tempat praktik bidan dengan membawa
anak. Kalau sebelumnya aku berangkat hanya diantar tetangga, kepulanganku
dari melahirkan didampingi mertua dan suamiku. Setitik kebahagiaan kurasakan
saat itu. Kebahagiaan yang selama ini rasanya menjauh dariku. Kuharap mulai
hari ini suamiku berubah dan lebih bertanggung jawab pada keluarganya.
Semoga putri kami menjadi buhul pengikat kuat pernikahan kami dan membuat
suamiku menjadi lebih dewasa setelah statusnya menjadi seorang ayah. Dan
yang lebih penting, kuharap kelahiran anak kami menggerakkan niatnya untuk
berusaha mencari kerja. Karena sungguh tidak enak menggantungkan hidup pada
belas kasihan orangtua. Apalagi ibu mertuaku sudah semakin tua. Hasil panen
dari beberapa bidang sawahnya pun setiap tahun selalu menurun karena
berbagai hal, seperti serangan hama atau musim kemarau yang panjang.

Harapanku tampaknya mulai menampakkan kenyataan, karena sedikit demi sedikit
suamiku mulai mengurangi kebiasaanya keluar rumah dengan alasan yang tak
jelas. Kehadiran putri kami membuatnya merasa betah di rumah dan lebih suka
bercengkerama dengan anaknya. Bahkan yang membuatku terharu, ia mau belajar
mengganti popok anaknya yang basah.

Tak hanya itu, ia pun kini berusaha mencari informasi mengenai lowongan
pekerjaan di perusahaan-perusahaan di sekitar tempat tinggal kami. Bahkan
akhirnya, melalui bantuan seorang kenalan, suamiku akhirnya diterima bekerja
sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil. Bukan main, kabar mengenai suamiku
bekerja lagi serasa membuatku kejatuhan durian runtuh. Itu adalah berita
yang paling menggembirakan setelah kelahiran anakku. Mungkin, ini adalah
rezeki anakku.

Meski demikian, semua itu tak mengubah kondisiku di rumah. Aku tetaplah
menjadi orang yang bertanggung jawab dalam urusan pekerjaan rumah. Tak boleh
ada setitik pun debu di lantai yang lepas dari pengawasanku. Kalau tidak,
maka ibu mertuaku akan ngomel-ngomel seharian. Karena itu, dari mulai
menjelang subuh sampai azan isya berkumandang, aku harus berkubang dengan
berbagai pekerjaan rumah tangga.

Di sela-sela itu, tentu saja waktuku kucurahkan untuk anakku. Untunglah
putri kami adalah tipe anak yang anteng. Ia tidak begitu banyak menuntut
perhatian ibunya dan lebih sering terlelap dalam buaian. Dan dalam urusan
anak, aku agak terbantu karena ibu mertuaku mau turun tangan kalau
sekali-kali anakku terbangun atau popoknya basah. Ibu mertuaku memang lebih
menyayangi anakku daripada aku, menantunya..

Sebenarnya kegembiraanku atas perubahan Kang Dani terlalu optimistis dan
agak sedikit geer alias gede rumongso. Ia memang menyayangi putri kami
sepenuh hati, namun ketidakpeduliannya kepadaku sama sekali tidak berubah.
Bahkan kalau sedang ada di rumah, Kang Dani justru sering membuatku lebih
repot dengan menyuruhku melakukan sesuatu, seperti membeli rokok, memasak
air untuk mandi, membuat kopi, atau memijit punggungnya yang pegal. Aku tahu
sebagai istri aku harus manut padanya, namun tidakkah ia mu melihat
bagaimana aku sampai tersuruk-suruk untuk melayani keinginan ibunya. Aku
sudah sangat repot tanpa perlu ia menambah lagi bebanku. Aku hanyalah
seorang wanita yang sekali-kali menghendaki diperhatikan dan dimanja suami.

Rupanya Kang Dani sama dengan ibunya. Baginya, aku hanya pelengkap saja bagi
statusnya. Lebih dari itu, tidak ada sama sekali. Perilakunya yang sempat
membaik beberapa saat setelah kelahiran anak kami, lama-kelamaan kembali
kambuh dan bahkan lebih parah dari dulu. (bersambung)**

--
Aldo Desatura ® & ©
Twitter = @desatura
YM = desatura
Facebook = hanjakal@gmail.com

================
Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment