Advertising

Monday 18 June 2012

[wanita-muslimah] Re: [kahmi_pro_network] Klarifikasi Hasyim Muzadi soal Release ttg tudingan intoleransi

 

dua kalimat pak hasyim di bawah ini membuktikan kalau pidatonya di PBB adalah dalam konteks right or wrong my country.  ngebelain muka indonesia di forum internasional.  yg mana tentunya pakai bahasa yg rada rada apologetik.  hehehehe


yg kedua, yg jadi kambing hitam, oang atheis.  hmmm.  padahal beberapa orang pilih posisi indifferent, gak memilih agama apapun, karena supek dengan organisasi keagamaan atau organized religion yg sering punya tendensi kebencian pada agama lain.  orang atheis lebih pada indifferent.  kalau pembenci semua agama, kayaknya species khusus yg kudu didefiniskan lebih cermat deh.  xixixixixi :D

===
Saya membela kepentingan negara secara keseluruhan dengan mencegah penggunaan tangan asing untuk memukul kepala bangsa sendiri. 

Saya khawatir, selain akibat kesalahan teman-teman  garis keras, juga ada penyusupan. Setiap gerakan massa dalam konflik sangat 
rawan penyusupan dan pembelokan arah. Maka, sebenarnya tidak perlu gerakan massa.  Penyusupnya dari mana?  Ini dugaan saya, dari kelompok ateis, orang yang  tidak menyukai semua agama. 



===
salam,
Ari
status : mahasiswa




2012/6/18 Satrio Arismunandar <satrioarismunandar@yahoo.com>
 



2012/6/15 B.DORPI P. <bdorpi@indopetroleum.com>

http://www.gatra.com/nasional-cp/1-nasional/14148-pakai-pisau-asing-tusuk-bangsa-sendiri

 

Friday, 15 June 2012
00:02
 
Pakai Pisau
Asing, Tusuk Bangsa Sendiri
 

 
 
 
 
 
 
KH Hasyim Muzadi [Antara/Ujang
Zaelani]
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 

 
Kritik Hasyim Muzadi atas tudingan intoleransi
agama di Indonesia dari Dewan HAM PBB mendapat perhatian luas. Sebagai figur
berpengaruh, sikap Hasyim dinilai jitu dan tepat mewakili suara mayoritas diam
(silent majority). Ia menyangkal memberi angin kepada gerakan garis
keras.

Rilis KH Hasyim Muzadi ini beredar cepat ke berbagai
media cetak, online, jejaring sosial, dan beberapa grup BlackBerry
Messenger, pekan pertama Juni ini. Ketua Umum PBNU 1999-2009 itu merespon
rekomendasi Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, 23 Mei lalu, tentang intoleransi
agama di Indonesia. "Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara
muslim mana pun setoleran Indonesia," tulis Presiden World Conference on
Religions for Peace (WCRP) itu.
Hasyim menuding intoleransi agama di beberapa negara
Eropa lebih buruk daripada di Indonesia. "Indonesia lebih baik toleransinya
ketimbang Swiss, yang sampai sekarang tidak memperbolehkan menara masjid. Juga
lebih baik dari Prancis yang masih mempersoalkan jilbab. Indonesia pun lebih
baik dari Denmark, Swedia, dan Norwegia, yang tidak menghormati agama, karena di
sana ada Undang-Undang Perkawinan Sejenis," Hasyim menambahkan.
Sekretaris Jenderal International Conference for
Islamic Scholars (ICIS) itu juga memberi catatan pada beberapa kasus aktual yang
kerap dijadikan indikasi intoleransi: Ahmadiyah, GKI Yasmin Bogor, penolakan
diskusi Irshad Manji, dan konser Lady Gaga. Tentang Irshad Manji dan Lady Gaga,
Hasyim menyatakan, "Bangsa mana yang mau tata nilainya dirusak? Kecuali mereka
yang ingin menjual bangsanya untuk kebanggaan intelektualisme
kosong."
Banyak komentator di jejaring sosial memberi
apresiasi. Ada pula yang menambahkan dua bukti lain keunggulan toleransi agama
Indonesia: hari besar enam agama jadi hari libur nasional dan pendidikan enam
agama jadi kurikulum sekolah. Di Barat dan Timur Tengah, hari besar agama hanya
untuk agama mayoritas.
Sebagian komentar memberi catatan minor. Hasyim
dinilai menutup mata atas pelaku kekerasan terhadap Ahmadiyah dan diskusi Irshad
Manji. "Saya juga anti-kekerasan," Hasyim merespons. "Saya yang pasang badan
mencegah FPI menyerang gereja di Pandaan. Saya nggak hanya bicara di
media, juga turun lapangan. Tapi nggak mungkin semua saya tulis dalam rilis
singkat itu."
Untuk mendalami pandangan Hasyim tentang potret
toleransi agama di Indonesia dalam komparasi internasional, wartawan
Gatra Asrori S. Karni mewawancarai Hasyim yang sedang berada di
rumahnya, kompleks Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur via telepon,
Selasa pagi lalu. Berikut petikannya:
Apa yang mendorong Anda menulis rilis
itu?
Rekomendasi Dewan HAM PBB yang membuat saya menulis
pernyataan itu. Dengan PBB menyerang Indonesia, berarti masalah sudah dalam.
Kalau ndak ada sikap PBB, saya ndak bikin tanggapan, cukup
diatasi secara lokal. Kalau PBB sudah campur tangan, apalagi menunjukkan
kasus-kasusnya, pasti ada laporan dari sini. Sebagai anak bangsa, saya harus
meluruskan.
Apa yang keliru dalam laporan dari lembaga
internasional di Indonesia?
Kita menyayangkan lembaga di Indonesia yang bekerja
untuk kepentingan internasional, tapi merugikan bangsa sendiri, dengan
menyetorkan borok-borok bangsa ke internasional supaya bangsa kita dipukul. Itu
tidak nasionalis. Kalau lembaga itu berbuat untuk kebaikan Indonesia di mata
internasional, itu yang benar.
Kemendagri perlu me-review, mana lembaga
asing yang bermanfaat untuk Indonesia ke dunia internasional dan mana yang hanya
menjadi agen kepentingan internasional. Itu bisa ada di banyak sektor. Tidak
hanya HAM, bisa ekonomi, politik, agama, dan sebagainya, untuk memperlemah
posisi Indonesia di mata internasional.
Khusus potret toleransi agama di Indonesia,
apa catatan Anda?
Saya ini di Indonesia bisa disebut sebagai pemadam
kebakaran konflik lintas agana. Di mana pun ada konflik lintas agama, saya
datang. Sebagai Presiden WCRP, itu kewajiban saya. Saya datang ke Ambon, NTT,
Bogor, Solo, Bekasi, Pandaan (Pasuruan), Batu, dan Malang. Alhamdulillah, semua
selesai, kecuali kasus GKI Yasmin Bogor. Seluruh kegiatan saya merukunkan
konflik agama alhamdulillah berhasil. Sampai kasus HKBP di Sumatera Utara, saya
membantu menyelesaikan. Tapi mentok dalam kasus GKI Yasmin.
Mengapa kasus GKI Yasmin tidak
selesai?
Saya sudah berkali-kali ke Bogor bertemu berbagai
pihak. Saya bilang ke GKI, kalau begini, ada masalah politisnya, selain masalah
hukum. Bagaimana kalau saya mediasi? Mereka tidak mau. Saya jadi terkejut
setelah ke Polandia, ternyata Indonesia diserang soal kasus GKI Yasmin. Mereka
iuran untuk membantu GKI Yasmin. Saya diberitahu Menteri Agama, ada utusan dari
Amerika Serikat, keturunan India, mempersoalkan GKI Yasmin.
Saya hanya berpikir, kenapa harus menggunakan
kekuatan internasional untuk menekan bangsa sendiri. Ini yang saya
nggak suka, gitu lho, Mas. Saya tawarkan diri untuk mediasi, ditolak.
Mungkin saya dianggap ecek-ecek. Saya berdiskusi dengan Menag.
Kesimpulan saya, GKI Yasmin memang tidak ingin menyelesaikan masalah. Maunya
internasionalisasi masalah. Kalau begitu, ya, semakin sulit.
Apa kata kunci kasus-kasus lintas agama yang
bisa Anda mediasi penyelesaiannya?
Kata kuncinya, mereka bersengketa masalah agama saja.
Setelah masalah agamanya diredakan dengan saling pengertian antartokoh, maka
selesai. Tapi, kalau ada masalah tambahan di luar konflik agama, ini yang susah.
Sebagian besar kasus yang saya mediasi itu persoalan pendirian gereja atau mau
diserbu FPI. Yang menghadang FPI supaya tidak menyerbu gereja juga
saya.
Berkembang anggapan, justru Anda pembela
FPI?
Salah. Waktu FPI dikejar-kejar mau dibubarkan, saya
memberi nasihat, "FPI, sampeyan harus berhenti dari kekerasan, karena kekerasan
itu proses bunuh diri untuk Anda sendiri." Alhamdulillah, selama enam bulan
reda. Ndak tahu kalau kemudian kambuh. Saya di Malang dan Surabaya
berkali-kali menghentikan serangan FPI ke gereja. Saya pernah menyelamatkan
gereja di Pandaan, Pasuruan.
Saat itu (April 2006), sekelompok anak FPI mau
menyerbu sehabis Jumatan. Saya sehabis Jumatan persis sudah di gereja itu. FPI
juga pernah berencana menyerang gereja di Batu, Malang. Saya berada di tengah
jalan yang mereka lalui. FPI, kalau tahu saya, ndak jadi nyerang, Mas.
Saya itu orang yang berani bicara di tengah-tengah orang garis keras dan
marah-marah kepada mereka.
Waktu saya membela habis-habisan Kristen, mereka
(pengkritik Hasyim) diam saja. Sekali saya menyentuh Ahmadiyah dan GKI Yasmin,
saya dibilang pembela FPI. Kalau saya membela minoritas, nggak
teriak-teriak di media saja, Mas, saya juga turun ke lapangan. Saya tidak
membela FPI-nya. Saya membela kepentingan negara secara keseluruhan dengan
mencegah penggunaan tangan asing untuk memukul kepala bangsa sendiri.
Pada kasus Ahmadiyah, Anda menyebut akarnya
pada pandangan Ahmadiyah yang menyimpang, bagaimana dengan penyerang masjid
Ahmadiyah?
Harus dipahami, saya paling mengutuk kekerasan
terhadap Ahmadiyah. Kesalahan mereka yang menyerbu Ahmadiyah juga sama. Tapi
saya harus memberitahu umat bahwa ajaran Ahmadiyah menyimpang. Kalau ajaran
menyimpang, cara membetulkannya bukan dengan merusak masjid, melainkan dengan
meluruskan paham keagamaan melalui dakwah.
Kekerasan tidak bakal menghentikan Ahmadiyah. Harus
diluruskan secara dakwah. Mungkin mereka orang terpinggirkan atau butuh
santunan. Itu bisa menjadi pekerjaan baru bagi kepala daerah dan masyarakat.
Cuma, saya juga tidak senang kenapa orang asing cuma ngurusin Ahmadiyah, padahal
yang menyelewengkan ajaran bukan hanya Ahmadiyah. Menurut saya, karena Ahmadiyah
ada unsur internasionalnya.
Solusi Anda agar Ahmadiyah pindah agama
apakah mutlak?
Itu salah satu. Kalau dia jadi agama sendiri, pasti
reda. Di London itu, kalau saya bertemu dalam dialog interfaith, unsur
Islam sendiri, unsur Ahmadiyah sendiri. Dan Ahmadiyahnya mau dipisahkan dari
Islam.
Pemerintah juga harus seimbang. Kekerasan dengan
dalih apa pun harus dicegah. Tindakan pemerintah mencegah kekerasan memang
kurang, Mas. Pemerintah harus tegas. Kalau FPI nggak suka Ahmadiyah,
minta ke pemerintah, jangan merusak masjid.
Saya khawatir, selain akibat kesalahan teman-teman
garis keras, juga ada penyusupan. Setiap gerakan massa dalam konflik sangat
rawan penyusupan dan pembelokan arah. Maka, sebenarnya tidak perlu gerakan
massa.
Penyusupnya dari mana?
Ini dugaan saya, dari kelompok ateis, orang yang
tidak menyukai semua agama. Dia dengan mudah menjadi Islam, sorenya jadi
Kristen, besok paginya jadi Buddha. Dia bisa enak saja, wong dia
nggak percaya Tuhan. Dia mendorong konflik lintas agama untuk
justifikasi bahwa agama tidak menyelamatkan kemanusiaan. Gerakan ini harus
dicegah. Caranya, jangan bikin keributan.
Dari perbandingan internasional, Anda melihat
kondisi Indonesia relatif baik?
Ya. Misalnya ada konflik dalam pendirian gereja, kan
bisa diselesaikan, minus GKI Yasmin tadi. Kalau nggak ada masalah sama sekali,
ya, nggak mungkin. Yang penting, masalahnya bisa diselesaikan. Jangan
hanya kesulitan pendirian gereja yang disorot. Masjid di Kupang juga ditolak
masyarakat dan DPRD. Di Papua (Manokwari), masjid didemo. Semua harus dilihat
secara komprehensif. Saya ingin bangsa ini menyadari kepentingan bangsanya.
Jangan parsial mengatasi masalah. Paling bahaya kalau menusuk bangsa sendiri
memakai pisau asing.
Anda juga berpengalaman mengunjungi sejumlah
negara yang umat Islamnya minoritas.
Ya. Di negara yang Islamnya minoritas, umat
Islam juga mendapat perlakuan isolatif. Ada pembatasan-pembatasan. Cuma,
intensitasnya berbeda. Ada yang tinggi dan rendah. Pembatasan itu variatif,
mulai lunak sampai keras. Paling lunak di Swiss. Menara masjid ndak
boleh. Itu undang-undang lho, Mas. Berarti disengaja, bukan
accident.
Di Roma boleh mendirikan masjid, tapi jangan lebih
tinggi dari Saint Peter's Basilica. Saya sudah lima kali ke Vatikan, jadi paham.
Kalau di daerah sekuler murni seperti Denmark, Austria, dan Norwegia, masalahnya
tidak hanya pada minoritas. Seluruh agama harus dipisahkan, sehingga tidak boleh
undang-undang diganggu dengan alasan agama. Katolik dan Kristen juga dirugikan
oleh negara.
Apa pesan khusus Anda pada kaum muslim di
negara minoritas Islam?
Selama saya ketemu kaum muslimin di berbagai negara,
terutama Eropa dan Amerika, saya selau bilang, "Anda tidak dituntut melakukan
sesuatu di luar kemampuan Anda." Kalau keadaan sulit, ya, ibadah saja, belajar
yang baik. Tidak usah melibatkan diri pada konflik sosial dan politik dan tidak
usah mengganggu sistem negara itu.
Ada negara yang umat Islamnya menderita karena umat
Islam sendiri. Misalnya di Filipina, Islam minoritas, tapi mau berontak.
Memberontak itu bukan kewajiban agama. Itu dimensi politik. Yang dimensi agama
adalah ibadah, pendidikan, dan sosial berdasarkan tauhid. Selebihnya
kondisional. Saya berkali-kali ke Thailand Selatan dan pernah ketemu Nur Misuari
di Filipina. Saya bilang, Anda ini mau beragama atau mau jadi kepala
negara.
Apa rekomendasi Anda pada penyelenggara dalam
pemeliharaan toleransi agama?
Pertama, secara ideal kembali pada Pancasila. Bahaya
laten yang mengancam Pancasila itu saat ini ada tiga: neoliberal, neo-ateisme,
dan neo-Kartosuwiryo (pendukung negara Islam). Tarikan tiga sudut itu tidak akan
pernah berhenti, lalu saling memanfaatkan. Kedua, pemerintah segera menyusun
konsep tentang visi HAM. Apakah humanisme seperti pandangan Ghandi, my
nationality is humanity, atau westernisme, ukurannya dari Barat semua, atau
Indonesianisme.
HAM harus menopang kreativitas dalam mengangkat
ideologi, nilai, norma, hukum, dan kepentingan Indonesia. Kalau tidak, HAM akan
menjadi monster yang membongkar tata nilai, tata budaya, dan tata hukum
Indonesia. Ketiga, kalau menghadapi kebenaran dan kezaliman, yang tegas saja.
Kalau ragu-ragu, akhirnya rusak semua.
Profil:
Nama                         :
Ahmad Hasyim Muzadi
Tempat & tanggal lahir : Bangilan, Tuban, Jawa
Timur, 8 Agustus 1944
Ayah &
Ibu                 :
H. Muzadi & Hj.
Rumyati
Istri                           
: Hj.
Muthomimah
Anak                         
: Enam putra dan putri
Jabatan :
Pengasuh Pondok
Pesantren Al Hikam Malang, Jawa Timur dan Depok, Jawa Barat Presiden World
Conference on Religions for Peace (WCRP) Sekjen International Conference for
Islamic Scholars (ICIS) Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama 1999-2009
Calon Wakil Presiden dalam Pemilu 2004 Anggota DPRD Jawa Timur Fraksi PPP
(1984-1987)
Pendidikan:
Doktor Honoris
Causa IAIN Sunan Ampel Surabaya (2006) Sarjana IAIN Malang (1964-1969) Pondok
Pesantren Sarang, Lasem, Jawa Tengah (1963) Pondok Pesantren Senori, Tuban, Jawa
Timur (1963) Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (1956-1962) SD - SMP di
Tuban, Jawa Timur (1950-1956)
 
  

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment