Koalisi Merah Putih vs Indonesia Hebat
Oleh: Saifullah Yusuf
TERPILIHNYA paket pimpinan DPR periode 2014–2019 –Setya Novanto, Fadli Zon, Agus Hermanto, Taufik Kurniawan, dan Fahri Hamzah–hanya salah satu di antara sekian rentetan kemenangan yang diperoleh Koalisi Merah Putih (KMP). Koalisi tersebut terdiri atas Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, PKS, PPP, dan PBB yang nonparlemen. Partai-partai itulah yang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada pilpres lalu.
Ketika gugatannya dimentahkan Mahkamah Konstitusi, koalisi itu tetap menunjukkan keteguhannya. KMP tidak meleleh. Kohesivitas mereka berlanjut. Saat pasangan Jokowi-JK disibukkan tarik-menarik isu pembuatan bangun dan pengisian format kabinet, KMP secara signifikan memetik buah soliditasnya. Setelah mengubah UU MD3, KMP ''sukses'' mengembalikan pilkada langsung ke DPRD dan menyapu bersih semua kursi pimpinan DPR periode 2014–2019.
Sejak bergulirnya roda reformasi, inilah kali pertama pendulum politik mengelompok kepada dua arus besar, yang kekuatannya nyaris berimbang. Pertama, Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri atas PDI Perjuangan, PKB, Partai NasDem, Partai Hanura, dan PKPI yang nonparlemen. Dengan segala dinamikanya, Joko Widodo-H M. Jusuf Kalla yang mereka usung, memenangi Pilpres 2014. Dalam lima tahun ke depan, Indonesia Hebat akan menguasai eksekutif dan KMP di legislatif.
Konon, negara besar seperti Amerika Serikat juga dikuasai dua partai politik besar. Partai Republik dan Partai Demokrat. Selain dua partai tersebut, masih ada beberapa partai kecil. Tapi, secara kepentingan dan agregasi politik, mereka berafiliasi ke salah satu partai; kalau tidak ke Republik, ya ke Demokrat. Situasi tersebut berlangsung berabad-abad sehingga tercipta pengarusutamaan partai politik. Untuk dua periode belakangan, Demokrat menguasai eksekutif dan Republik di Senat.
Penting Disyukuri
Negara-negara besar lain, misalnya Inggris, Prancis, Italia, Belanda, Spanyol, Jerman, Jepang, Korea Selatan, dan Australia, juga telah mengalami transisi masif sebelum akhirnya hanya punya ''dua'' partai arus utama. Jika demokrasi kita jadikan kiblat berpolitik, kita berada di jalan yang benar. Itulah yang patut kita syukuri. Meski tidak persis dengan Republik-Demokrat, Buruh-Konservatif, dan Liberal-Buruh, kita sudah punya dua arus utama. Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih.
Kemampuan bersatu dalam dua arus besar dengan sendirinya akan memudahkan Indonesia mengurai masalah-masalah yang dihadapi pada masa depan. Sebab, menjamurnya partai politik di awal-awal Orde Reformasi disadari telah mengakibatkan kehidupan politik terlalu ingar-bingar. Lalu, muncul wacana seputar pentingnya penyederhanaan jumlah partai politik. Tentu saja hal itu mendapat perlawanan keras, terutama dari partai-partai kecil. Tapi, setelah beberapa tahun berkutat dengan mekanisme ambang batas, akhirnya kita sampai pada situasi saat ini.
Keadaan ini sangat penting untuk dapat dikelola dengan benar dan bijak agar tidak menimbulkan ekses politik yang negatif. Semua orang tidak menginginkan aura politik kekuasaan Orde Baru muncul lagi. Kita tidak ingin sistem pemerintahan yang executive heavy sehingga mengakibatkan dewan tidak berdaya. Sebagaimana kita juga tidak menginginkan lahirnya pemerintahan yang legislative heavy sehingga nyaris semua kebijakan dan program kerja pemerintah tersandera di tingkat dewan.
Sejumlah pihak mengkhawatirkan perkembangan terkini. Bak bola salju yang terus membesar, kekuatan KMP bergerak secara signifikan. Setelah kepemimpinan dewan ada di tangan, mereka ditengarai mengincar semua kursi pimpinan hingga ke tingkat paling teknis, misalnya ketua komisi. Jumlah penguasaan kursi dewan oleh dua kekuatan tidak berimbang. Bisa jadi pemerintahan Jokowi-JK akan mengalami persoalan. Kedua kekuatan itu disarankan untuk duduk bersama.
Kalau tidak, ada semacam kecemasan; rakyat yang akan menjadi korban dari sebuah ''kompetisi'' tiada ujung itu. Tentu saja, para pemimpin bertanggung jawab untuk memberikan kepastian kepada rakyat bahwa lahirnya dua arus utama kekuatan politik adalah sesuatu yang niscaya. Kelahiran dua arus utama itu harus menjadi berkah untuk semua dan bukan malah sebaliknya, membuat kerumitan baru dalam tata kelola pemerintahan kita. Dua-duanya harus dirawat agar tidak bergerak secara eksesif.
Bayang-Bayang Shutdown
Menurut saya, kerumitan semacam itu pernah beberapa kali menerjang negara besar seperti Amerika Serikat. Pada bulan yang sama dengan hari pelantikan DPR dan DPD tahun lalu, tepatnya 1 Oktober 2013, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan penutupan sementara alias shutdown kantor-kantor pemerintah setelah House of Representatives tidak kunjung menuntaskan penyusunan anggaran tahun fiskal 2014. Tenggatnya dimulai pada 1 Oktober itu.
Diakui Presiden AS Barack Obama, situasi itu muncul akibat ''perang politik'' antara dirinya dan dewan. Shutdown tersebut telah mengaibatkan setidaknya 800 ribu pegawai negeri di lingkungan kantor pemerintah, sipil, maupun militer dirumahkan (bukan dipecat) hingga kegiatan pemerintahan dibuka kembali. Tentu saja, kondisi shutdown tidak berarti negara bubar. Shutdown hanya membuat kantor-kantor pemerintahan ditutup dan para karyawannya tidak menerima gaji.
Penting dicatat, United States Shutdown merupakan ujung dari perseteruan politik antara Obama, yang merupakan kader Partai Demokrat dan House of Representatives, yang dipimpin oleh Partai Republik. Anehnya, itu bukan yang pertama terjadi. Perseteruan di antara keduanya berlangsung sejak awal bangsa Paman Sam mendirikan negara itu, pada 1700-an. Hanya karena kedewasaan berpolitiklah yang membuat mereka selalu bisa melewati situasi genting semacam itu.
Saya meyakini sekaligus berharap, koalisi partai politik yang segera menguasai eksekutif dan kelompok yang akan merajai legislatif dapat meletakkan kesadaran akan pentingnya masa depan Indonesia yang lebih sejahtera, demokratis, dan berkeadilan di atas segala kepentingan. Berpolitik dengan baik itu penting, tetapi bernegara dengan benar juga penting. Maka, biarkan Koalisi Indonesia Hebat menjalankan kebijakan dan programnya dan berilah kesempatan Koalisi Merah Putih menjalankan fungsinya sebagai penyeimbang. Setelah pilpres digelar, kini saatnya kita bersyukur. []
JAWA POS, 06 Oktober 2014
Saifullah Yusuf ; Wakil Gubernur Jawa TimurPosted by: Kinantaka <kinantaka@gmail.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment