Advertising

Monday, 2 August 2010

[wanita-muslimah] Re: Hubungan Hadis dan Al-Quran

 

donnie damana ----------------Bismilahirrahmanirrahiim.
thanks;

Creatif Al Quran Study.
Al Quran Gives The Solution.
A book Seri II.
By.Abdullatif.

Al Quran adalah sumber ilumu-ku,inspirasi-ku, pedoman hidup-ku
yang di jamin oleh ALLAH pencipta alam semesta ini;
Subhanallah,walhamdulillah, allahu akbar, laa illa hailallah...

Setiap muslim wajib mempelajari al Quran kembali dgn tekun.!

salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, <donnie.damana@...> wrote:
>
> Namanya studi kreatif yah.. pakemnya seperti itu.
> Kreatifitas hanyalah dibatasi oleh imajinasi..
>
> :D
>
> On Aug 2, 2010, at 9:09 PM, Dwi Soegardi wrote:
>
> > emang alatif itu fundamentalis apa ya? :-)
> >
> > kalau dilihat tindak-tanduknya selama ini:
> > - bikin definisi hadis sendiri
> > - bikin kriteria sahih sendiri
> > - klaim liberal-progresif-moderat menurut definisi sendiri
> > - tidak mau merujuk kepada pendapat2 terdahulu
> > - tidak pakai metodologi penafsiran yang umum
> > - bikin kriteria halal-haram sendiri,
> > - dll
> >
> > saya rasa dia sejajar dengan para "mujtahid" mutlak
> > dan pantas untuk membuat mazhab sendiri, mazhab "Latifah"
> > (kecuali soal terjemahan al-Quran dan Bible, masih ikutan orang lain hihihi,
> > walaupun kadang dikorupsi sana-sini)
> >
> >
> >
> > 2010/8/2 Abdul Muiz عبد المعز <muizof@...>
> >
> >>
> >>
> >> ssstt sesama fundamentalis dilarang berdebat :) ha ha ha ha
> >>
> >>
> >> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> >> "abdul" <latifabdul777@> wrote:
> >>>
> >>> mnur.abdurra... .............Bismilahirrahmanirrahiim
> >>>
> >>> Bandingkan DEFINISI Hadits antara golongan Islam Berpaham
> >> Konservative-Taliban dan golongna islam Liberal-Progresive,aga para pembaca
> >> dpt 2 ilmu yang berbeda,waluapun tidak semua berbeda;
> >>>
> >>> GOL.ISLAM BERPAHAM LIBERAL;
> >>>
> >>> 1. Hadits adalah segala sesuatu yang di ucapkan dan dikerjakan oleh
> >> Rasulullah saw.semua dicatat oleh para perawi2.
> >>>
> >>> 2. hadits2 yang sahih adalah hadist2 yang HANYA menjelaskan beberapa
> >>> ayat2 atau wahyu2 ALLAH yg terdapat dlm kitab2 ALLAH Al Quran dan kitab2
> >> sebelumnya. Kitab2 nabi sebelumnya.
> >>>
> >>> 3. hadits2 yang bukan menjelaskan wahyu2 ALLAH adalah hadist2 budaya
> >> setempat, budaya Arab,yang mana orang2 arab wajib mentatainya.
> >>> Sedangkan bangsa2 lain tidak wajib mentaatinya. Misalnya;
> >>> --wanita haram menyopir--wanita haram bersalaman dgn laki2---laki2 wajib
> >> berjenggot dan berjabang---wanita haram keluar rumah tampa mahram....hadist2
> >> budaya arab ini jumlahnya puluhan ribu.
> >>>
> >>> 4. Hadits2 palsu; Definisi hadits2 palsu adalah;
> >>> ----a) bertentangan dgn wahyu2 ALLAH
> >>> ----b) mempunyai makna lebih dari satu makna..
> >>> ----c) berdampak negatif kepada masarakat kalau di laksanakan.
> >>>
> >>> Misalnya apa:
> >>>
> >>> 1.Rasulullah saw melihat bahwa di syurga itu
> >>> kebanyakan orang orang miskin, sedangkan dalam neraka
> >>> kebanyakan wanita2. HR Muslim-Bukhary.
> >>>
> >>> Hadits ini berdapak negatif kepada umat kalau di lakukan.Umat tidak mau
> >> menjadi orang kaya harta dan uang...maunya hidup miskin atau sederhana.
> >>>
> >>> Hadits itu juga bertentangan dgn ayat ALLAH dan hadits lainnya seperti
> >> hadits ini;
> >>>
> >>> ALLAH lebih senang muslim yang kuat (iman dan ekonominya) dari pada
> >> muslim yang lemah.HR Muslim.
> >>>
> >>> Carilah oleh mu Rezeki dengan menggali yang tersembunyi di dalam bumi.HR
> >> Thabrani.
> >>>
> >>> Firman ALLAH;
> >>>
> >>> A god man shall leave an inheritance to his children's children."
> >>>
> >>> dan,Muslim wajib membuka industri2.
> >>>
> >>> "Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
> >> berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan
> >> supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya
> >> padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
> >> Perkasa". QS 57:25
> >>>
> >>> Jadi hadits diatas itu adalah PALSU.TERBUKTI PALSU.
> >>>
> >>> 2.1."Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran,hendaklah is
> >> mengubah dengan TANGAN MU:jika tidak mempu, hendaklah dengan lisannya; jika
> >> tidak mampu hendaklah dengan hatinya.Akan tetapi,yang demikian adalah
> >> selemah lemahnya iman.HR.Muslim"
> >>>
> >>> ( mengubah dengan tangan diartikannya dengan membuat undang2, melarang,
> >> mengusir lawannya dan bahkan membakar rumah2 dan kantor2 lawan2nya inilah
> >> yang terjadi sekarang ini di negara2 berpenduduk islam.)
> >>>
> >>> Hadits diatas itu berdampak kekerasan dan negatif, Serta berlawanan dgn
> >> ayat2 ALLAH dibawah ini
> >>>
> >>> ALLAH berfirman:
> >>>
> >>> 1. Maka berilah PERINGATAN ,(kepada peminum2alkohol, wanita2
> >> penari,penjudi2 atau kepada penyembah2 berhala, ajaran2 sesat dll) karena
> >> sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah
> >> orang yang berkuasa( diktator, atau orang yang memaksa) atas mereka. Tetapi
> >> orang yang berpaling,khafir(ingkar,melawan), maka ALLAH akan mengazabnya
> >> dengan azab yang besar..(QS.88;21-22).
> >>>
> >>> 2."Tugas kamu(Muhammad) hanya menyampaikan saja. Kami lah yang menghisab
> >> perbuatan2 mereka" dan QS.13:40.
> >>>
> >>> 3."Jika sekiranya kamu bersikap keras,kasar,jahat budi pekerti, berhati
> >> kasar (tidak lemah lembut, tidak senyum ), niscaya larilah tamu-tamu itu
> >> dari kamu." (QS.3:159 ). (Anti kekerasan).
> >>>
> >>> BAGAIMANA RASUL MENEGAKAN AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR?
> >>>
> >>> YAITU DGN LEMAH LEMBUT DAN SANTUN SERTA BAIK2.
> >>> JADI BUKAN DGN KEKERASAN YG DILAKUKAN OLEH FPI CS..
> >>> FPI CS MERUJUK KPD HADITS PALSU DIATAS ITU,AKIRNYA BERDAMPAK
> >>> KEKERASAN DAN PENINDASAN KPD AHMADIYAH.
> >>>
> >>>
> >>> Demikian penjelasan kami dari islam Liberal
> >>> para pembaca dapat menentukan mana definis Hadits yang benar
> >>> antara konservative Taliban dan islam Liberal progressive
> >>>
> >>> salam
> >>>
> >>>
> >>>
> >>>
> >>> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> >> "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrahman@> wrote:
> >>>>
> >>>> Hubungan Hadis dan Al-Quran
> >>>>
> >>>> Al-hadits didefinisikan oleh pada umumnya ulama --seperti definisi
> >>>> Al-Sunnah-- sebagai "Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Muhammad
> >>>> saw., baik ucapan, perbuatan dan taqrir (ketetapan), maupun sifat
> >>>> fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya."
> >>>> Ulama ushul fiqh, membatasi pengertian hadis hanya pada "ucapan-ucapan
> >>>> Nabi Muhammad saw. yang berkaitan dengan hukum"; sedangkan bila
> >>>> mencakup pula perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum,
> >>>> maka ketiga hal ini mereka namai Al-Sunnah. Pengertian hadis seperti
> >>>> yang dikemukakan oleh ulama ushul tersebut, dapat dikatakan sebagai
> >>>> bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari segi kewajiban
> >>>> menaatinya dengan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu
> >>>> Al-Quran.
> >>>>
> >>>> Sementara itu, ulama tafsir mengamati bahwa perintah taat kepada Allah
> >>>> dan Rasul-Nya yang ditemukan dalam Al-Quran dikemukakan dengan dua
> >>>> redaksi berbeda. Pertama adalah Athi'u Allah wa al-rasul, dan kedua
> >>>> adalah Athi'u Allah wa athi'u al-rasul. Perintah pertama mencakup
> >>>> kewajiban taat kepada beliau dalam hal-hal yang sejalan dengan
> >>>> perintah Allah SWT; karena itu, redaksi tersebut mencukupkan sekali
> >>>> saja penggunaan kata athi'u. Perintah kedua mencakup kewajiban taat
> >>>> kepada beliau walaupun dalam hal-hal yang tidak disebut secara
> >>>> eksplisit oleh Allah SWT dalam Al-Quran, bahkan kewajiban taat kepada
> >>>> Nabi tersebut mungkin harus dilakukan terlebih dahulu --dalam kondisi
> >>>> tertentu-- walaupun ketika sedang melaksanakan perintah Allah SWT,
> >>>> sebagaimana diisyaratkan oleh kasus Ubay ibn Ka'ab yang ketika sedang
> >>>> shalat dipanggil oleh Rasul saw. Itu sebabnya dalam redaksi kedua di
> >>>> atas, kata athi'u diulang dua kali, dan atas dasar ini pula perintah
> >>>> taat kepada Ulu Al-'Amr tidak dibarengi dengan kata athi'u karena
> >>>> ketaatan terhadap mereka tidak berdiri sendiri, tetapi bersyarat
> >>>> dengan sejalannya perintah mereka dengan ajaran-ajaran Allah dan
> >>>> Rasul-Nya. (Perhatikan Firman Allah dalam QS 4:59). Menerima ketetapan
> >>>> Rasul saw. dengan penuh kesadaran dan kerelaan tanpa sedikit pun rasa
> >>>> enggan dan pembangkangan, baik pada saat ditetapkannya hukum maupun
> >>>> setelah itu, merupakan syarat keabsahan iman seseorang, demikian Allah
> >>>> bersumpah dalam Al-Quran Surah Al-Nisa' ayat 65.
> >>>>
> >>>> Tetapi, di sisi lain, harus diakui bahwa terdapat perbedaan yang
> >>>> menonjol antara hadis dan Al-Quran dari segi redaksi dan cara
> >>>> penyampaian atau penerimaannya. Dari segi redaksi, diyakini bahwa
> >>>> wahyu Al-Quran disusun langsung oleh Allah SWT. Malaikat Jibril hanya
> >>>> sekadar menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw., dan beliau pun
> >>>> langsung menyampaikannya kepada umat, dan demikian seterusnya generasi
> >>>> demi generasi. Redaksi wahyu-wahyu Al-Quran itu, dapat dipastikan
> >>>> tidak mengalami perubahan, karena sejak diterimanya oleh Nabi, ia
> >>>> ditulis dan dihafal oleh sekian banyak sahabat dan kemudian
> >>>> disampaikan secara tawatur oleh sejumlah orang yang --menurut adat--
> >>>> mustahil akan sepakat berbohong. Atas dasar ini, wahyu-wahyu Al-Quran
> >>>> menjadi qath'iy al-wurud. Ini, berbeda dengan hadis, yang pada umumnya
> >>>> disampaikan oleh orang per orang dan itu pun seringkali dengan redaksi
> >>>> yang sedikit berbeda dengan redaksi yang diucapkan oleh Nabi saw. Di
> >>>> samping itu, diakui pula oleh ulama hadis bahwa walaupun pada masa
> >>>> sahabat sudah ada yang menulis teks-teks hadis, namun pada umumnya
> >>>> penyampaian atau penerimaan kebanyakan hadis-hadis yang ada sekarang
> >>>> hanya berdasarkan hafalan para sahabat dan tabi'in. Ini menjadikan
> >>>> kedudukan hadis dari segi otensititasnya adalah zhanniy al-wurud.
> >>>>
> >>>> Walaupun demikian, itu tidak berarti terdapat keraguan terhadap
> >>>> keabsahan hadis karena sekian banyak faktor -- baik pada diri Nabi
> >>>> maupun sahabat beliau, di samping kondisi sosial masyarakat ketika
> >>>> itu, yang topang-menopang sehingga mengantarkan generasi berikut untuk
> >>>> merasa tenang dan yakin akan terpeliharanya hadis-hadis Nabi saw.
> >>>>
> >>>> Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
> >>>> Al-Quran menekankan bahwa Rasul saw. berfungsi menjelaskan maksud
> >>>> firman-firman Allah (QS 16:44). Penjelasan atau bayan tersebut dalam
> >>>> pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta
> >>>> fungsinya.
> >>>>
> >>>> 'Abdul Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar, dalam bukunya Al-Sunnah
> >>>> fi Makanatiha wa fi Tarikhiha menulis bahwa Sunnah mempunyai fungsi
> >>>> yang berhubungan dengan Al-Quran dan fungsi sehubungan dengan
> >>>> pembinaan hukum syara'. Dengan menunjuk kepada pendapat Al-Syafi'i
> >>>> dalam Al-Risalah, 'Abdul Halim menegaskan bahwa, dalam kaitannya
> >>>> dengan Al-Quran, ada dua fungsi Al-Sunnah yang tidak diperselisihkan,
> >>>> yaitu apa yang diistilahkan oleh sementara ulama dengan bayan ta'kid
> >>>> dan bayan tafsir. Yang pertama sekadar menguatkan atau menggarisbawahi
> >>>> kembali apa yang terdapat di dalam Al-Quran, sedangkan yang kedua
> >>>> memperjelas, merinci, bahkan membatasi, pengertian lahir dari
> >>>> ayat-ayat Al-Quran.
> >>>>
> >>>> Persoalan yang diperselisihkan adalah, apakah hadis atau Sunnah dapat
> >>>> berfungsi menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan dalam Al-Quran?
> >>>> Kelompok yang menyetujui mendasarkan pendapatnya pada 'ishmah
> >>>> (keterpeliharaan Nabi dari dosa dan kesalahan, khususnya dalam bidang
> >>>> syariat) apalagi sekian banyak ayat yang menunjukkan adanya wewenang
> >>>> kemandirian Nabi saw. untuk ditaati. Kelompok yang menolaknya
> >>>> berpendapat bahwa sumber hukum hanya Allah, Inn al-hukm illa lillah,
> >>>> sehingga Rasul pun harus merujuk kepada Allah SWT (dalam hal ini
> >>>> Al-Quran), ketika hendak menetapkan hukum.
> >>>>
> >>>> Kalau persoalannya hanya terbatas seperti apa yang dikemukakan di
> >>>> atas, maka jalan keluarnya mungkin tidak terlalu sulit, apabila fungsi
> >>>> Al-Sunnah terhadap Al-Quran didefinisikan sebagai bayan murad Allah
> >>>> (penjelasan tentang maksud Allah) sehingga apakah ia merupakan
> >>>> penjelasan penguat, atau rinci, pembatas dan bahkan maupun tambahan,
> >>>> kesemuanya bersumber dari Allah SWT. Ketika Rasul saw. melarang
> >>>> seorang suami memadu istrinya dengan bibi dari pihak ibu atau bapak
> >>>> sang istri, yang pada zhahir-nya berbeda dengan nash ayat Al-Nisa'
> >>>> ayat 24, maka pada hakikatnya penambahan tersebut adalah penjelasan
> >>>> dari apa yang dimaksud oleh Allah SWT dalam firman tersebut.
> >>>>
> >>>> Tentu, jalan keluar ini tidak disepakati, bahkan persoalan akan
> >>>> semakin sulit jika Al-Quran yang bersifat qathi'iy al-wurud itu
> >>>> diperhadapkan dengan hadis yang berbeda atau bertentangan, sedangkan
> >>>> yang terakhir ini yang bersifat zhanniy al-wurud. Disini, pandangan
> >>>> para pakar sangat beragam. Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Al-Sunnah
> >>>> Al-Nabawiyyah Baina Ahl Al-Fiqh wa Ahl Al-Hadits, menyatakan bahwa
> >>>> "Para imam fiqih menetapkan hukum-hukum dengan ijtihad yang luas
> >>>> berdasarkan pada Al-Quran terlebih dahulu. Sehingga, apabila mereka
> >>>> menemukan dalam tumpukan riwayat (hadits) yang sejalan dengan
> >>>> Al-Quran, mereka menerimanya, tetapi kalau tidak sejalan, mereka
> >>>> menolaknya karena Al-Quran lebih utama untuk diikuti."
> >>>>
> >>>> Pendapat di atas, tidak sepenuhnya diterapkan oleh ulama-ulama fiqih.
> >>>> Yang menerapkan secara utuh hanya Imam Abu Hanifah dan
> >>>> pengikut-pengikutnya. Menurut mereka, jangankan membatalkan kandungan
> >>>> satu ayat, mengecualikan sebagian kandungannya pun tidak dapat
> >>>> dilakukan oleh hadis. Pendapat yang demikian ketat tersebut, tidak
> >>>> disetujui oleh Imam Malik dan pengikut-pengikutnya. Mereka berpendapat
> >>>> bahwa al-hadits dapat saja diamalkan, walaupun tidak sejalan dengan
> >>>> Al-Quran, selama terdapat indikator yang menguatkan hadis tersebut,
> >>>> seperti adanya pengamalan penduduk Madinah yang sejalan dengan
> >>>> kandungan hadis dimaksud, atau adanya ijma' ulama menyangkut
> >>>> kandungannya. Karena itu, dalam pandangan mereka, hadis yang melarang
> >>>> memadu seorang wanita dengan bibinya, haram hukumnya, walaupun tidak
> >>>> sejalan dengan lahir teks ayat Al-Nisa' ayat 24.
> >>>>
> >>>> Imam Syafi'i, yang mendapat gelar Nashir Al-Sunnah (Pembela
> >>>> Al-Sunnah), bukan saja menolak pandangan Abu Hanifah yang sangat ketat
> >>>> itu, tetapi juga pandangan Imam Malik yang lebih moderat. Menurutnya,
> >>>> Al-Sunnah, dalam berbagai ragamnya, boleh saja berbeda dengan
> >>>> Al-Quran, baik dalam bentuk pengecualian maupun penambahan terhadap
> >>>> kandungan Al-Quran. Bukankah Allah sendiri telah mewajibkan umat
> >>>> manusia untuk mengikuti perintah Nabi-Nya?
> >>>>
> >>>> Harus digarisbawahi bahwa penolakan satu hadis yang sanadnya sahih,
> >>>> tidak dilakukan oleh ulama kecuali dengan sangat cermat dan setelah
> >>>> menganalisis dan membolak-balik segala seginya. Bila masih juga
> >>>> ditemukan pertentangan, maka tidak ada jalan kecuali mempertahankan
> >>>> wahyu yang diterima secara meyakinkan (Al-Quran) dan mengabaikan yang
> >>>> tidak meyakinkan (hadis).
> >>>>
> >>>> Pemahaman atas Makna Hadis
> >>>>
> >>>> Seperti dikemukakan di atas, hadis, dalam arti ucapan-ucapan yang
> >>>> dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw., pada umumnya diterima
> >>>> berdasarkan riwayat dengan makna, dalam arti teks hadis tersebut,
> >>>> tidak sepenuhnya persis sama dengan apa yang diucapkan oleh Nabi saw.
> >>>> Walaupun diakui bahwa cukup banyak persyaratan yang harus diterapkan
> >>>> oleh para perawi hadis, sebelum mereka diperkenankan meriwayatkan
> >>>> dengan makna; namun demikian, problem menyangkut teks sebuah hadis
> >>>> masih dapat saja muncul. Apakah pemahaman makna sebuah hadis harus
> >>>> dikaitkan dengan konteksnya atau tidak. Apakah konteks tersebut
> >>>> berkaitan dengan pribadi pengucapnya saja, atau mencakup pula mitra
> >>>> bicara dan kondisi sosial ketika diucapkan atau diperagakan? Itulah
> >>>> sebagian persoalan yang dapat muncul dalam pembahasan tentang
> >>>> pemahaman makna hadis.
> >>>>
> >>>> Al-Qarafiy, misalnya, memilah Al-Sunnah dalam kaitannya dengan pribadi
> >>>> Muhammad saw. Dalam hal ini, manusia teladan tersebut suatu kali
> >>>> bertindak sebagai Rasul, di kali lain sebagai mufti, dan kali ketiga
> >>>> sebagai qadhi (hakim penetap hukum) atau pemimpin satu masyarakat atau
> >>>> bahkan sebagai pribadi dengan kekhususan dan keistimewaan manusiawi
> >>>> atau kenabian yang membedakannya dengan manusia lainnya. Setiap hadis
> >>>> dan Sunnah harus didudukkan dalam konteks tersebut.
> >>>>
> >>>> Al-Syathibi, dalam pasal ketiga karyanya, Al-Muwafaqat, tentang
> >>>> perintah dan larangan pada masalah ketujuh, menguraikan tentang
> >>>> perintah dan larangan syara'. Menurutnya, perintah tersebut ada yang
> >>>> jelas dan ada yang tidak jelas. Sikap para sahabat menyangkut perintah
> >>>> Nabi yang jelas pun berbeda. Ada yang memahaminya secara tekstual dan
> >>>> ada pula yang secara kontekstual.
> >>>>
> >>>> Suatu ketika, Ubay ibn Ka'ab, yang sedang dalam perjalanan menuju
> >>>> masjid, mendengar Nabi saw. bersabda, "Ijlisu (duduklah kalian)," dan
> >>>> seketika itu juga Ubay duduk di jalan. Melihat hal itu, Nabi yang
> >>>> mengetahui hal ini lalu bersabda kepadanya, "Zadaka Allah tha'atan."
> >>>> Di sini, Ubay memahami hadis tersebut secara tekstual.
> >>>>
> >>>> Dalam peperangan Al-Ahzab, Nabi bersabda, "Jangan ada yang shalat
> >>>> Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah." Sebagian memahami teks
> >>>> hadis tersebut secara tekstual, sehingga tidak shalat Ashar walaupun
> >>>> waktunya telah berlalu --kecuali di tempat itu. Sebagian lainnya
> >>>> memahaminya secara kontekstual, sehingga mereka melaksanakan shalat
> >>>> Ashar, sebelum tiba di perkampungan yang dituju. Nabi, dalam kasus
> >>>> terakhir ini, tidak mempersalahkan kedua kelompok sahabat yang
> >>>> menggunakan pendekatan berbeda dalam memahami teks hadis.
> >>>>
> >>>> Imam Syafi'i dinilai sangat ketat dalam memahami teks hadis, tidak
> >>>> terkecuali dalam bidang muamalat. Dalam hal ini, Al-Syafi'i
> >>>> berpendapat bahwa pada dasarnya ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis
> >>>> Nabi saw., harus dipertahankan bunyi teksnya, walaupun dalam bidang
> >>>> muamalat, karena bentuk hukum dan bunyi teks-teksnya adalah
> >>>> ta'abbudiy, sehingga tidak boleh diubah. Maksud syariat sebagai
> >>>> maslahat harus dipahami secara terpadu dengan bunyi teks, kecuali jika
> >>>> ada petunjuk yang mengalihkan arti lahiriah teks.
> >>>>
> >>>> Kajian 'illat, dalam pandangan Al-Syafi'i, dikembangkan bukan untuk
> >>>> mengabaikan teks, tetapi untuk pengembangan hukum. Karena itu, kaidah
> >>>> al-hukm yaduru ma'a illatih wujud wa 'adam,115 hanya dapat diterapkan
> >>>> olehnya terhadap hasil qiyas, bukan terhadap bunyi teks Al-Quran dan
> >>>> hadis. Itu sebabnya Al-Syafi'i berpendapat bahwa lafal yang
> >>>> mengesahkan hubungan dua jenis kelamin, hanya lafal nikah dan zawaj,
> >>>> karena bunyi hadis Nabi saw. menyatakan, "Istahlaltum furujahunna bi
> >>>> kalimat Allah (Kalian memperoleh kehalalan melakukan hubungan seksual
> >>>> dengan wanita-wanita karena menggunakan kalimat Allah)", sedangkan
> >>>> kalimat (lafal) yang digunakan oleh Allah dalam Al-Quran untuk
> >>>> keabsahan hubungan tersebut hanya lafal zawaj dan nikah.
> >>>>
> >>>> Imam Abu Hanifah lain pula pendapatnya. Beliau sependapat dengan
> >>>> ulama-ulama lain yang menetapkan bahwa teks-teks keagamaan dalam
> >>>> bidang ibadah harus dipertahankan, tetapi dalam bidang muamalat, tidak
> >>>> demikian. Bidang ini menurutnya adalah ma'qul al-ma'na, dapat
> >>>> dijangkau oleh nalar. Kecuali apabila ia merupakan ayat-ayat Al-Quran
> >>>> yang berkaitan dengan perincian, maka ketika itu ia bersifat
> >>>> ta'abbudiy juga. Teks-teks itu, menurutnya, harus dipertahankan, bukan
> >>>> saja karena akal tidak dapat memastikan mengapa teks tersebut yang
> >>>> dipilih, tetapi juga karena teks tersebut diterima atas dasar qath'iy
> >>>> al-wurud. Dengan alasan terakhir ini, sikapnya terhadap teks-teks
> >>>> hadis menjadi longgar. Karena, seperti dikemukakan di atas,
> >>>> periwayatan lafalnya dengan makna dan penerimaannya bersifat zhanniy.
> >>>>
> >>>> Berpijak pada hal tersebut di atas, Imam Abu Hanifah tidak segan-segan
> >>>> mengubah ketentuan yang tersurat dalam teks hadis, dengan alasan
> >>>> kemaslahatan. Fatwanya yang membolehkan membayar zakat fitrah dengan
> >>>> nilai, atau membenarkan keabsahan hubungan perkawinan dengan lafal
> >>>> hibah atau jual beli, adalah penjabaran dari pandangan di atas.
> >>>> Walaupun demikian, beliau tidak membenarkan pembayaran dam tamattu'
> >>>> dalam haji, atau qurban dengan nilai (uang) karena kedua hal tersebut
> >>>> bernilai ta'abudiy, yakni pada penyembelihannya.
> >>>>
> >>>> Demikianlah beberapa pandangan ulama yang sempat dikemukakan tentang
> >>>> hadis.
> >>>>
> >>>> Catatan kaki
> >>>> 115 Ketetapan hukum selalu berkaitan dengan 'illat (motifnya). Bila
> >>>> motifnya ada, hukumnya bertahan; dan bila motif nya gugur, hukumnya
> >>>> pun gugur.
> >>>>
> >>>>
> >>>> MEMBUMIKAN AL-QURAN
> >>>> Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
> >>>> Dr. M. Quraish Shihab
> >>>> Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab 1417/November 1996
> >>>> Jln. Yodkali 16, Bandung 40124
> >>>> Telp. (022) 700931 - Fax. (022) 707038
> >>>> mailto:mizan@
> >>>>
> >>>> [Non-text portions of this message have been removed]
> >>>>
> >>>
> >>
> >>
> >>
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >
> >
> > ------------------------------------
> >
> > =======================
> > Milis Wanita Muslimah
> > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> > Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
> > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
> > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> >
> > Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment