Advertising

Sunday, 31 October 2010

[wanita-muslimah] Mengapa Musibah Selalu Mendera

 



MENGAPA
MUSIBAH SELALU MENDERA

Oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul
Hamid al Halabi

Sesungguhnya kami memuji
Allah Tabaraka wa Ta'ala atas apa yang telah Dia siapkan, berupa kesempatan
yang baik ini. Yaitu, kami berkumpul di dalam kesempatan ini dengan ikhwan kami
seagama dan dalam satu manhaj (jalan); mengikuti Kitabullah, dan Sunnah
Rasulullah, serta pemahaman para Salaf yang shalih. Walaupun kita berada dalam
batas geografi yang berbeda, dan tempat yang saling berjauhan, namun kemuliaan
manhaj ini, kesempurnaan dan kebaikannya, tidaklah memecah-belah antar kita.
Maka, jadilah pertemuan ini dalam bagian sejumlah perjumpaan yang telah
mengumpulkan kami bersama saudara-saudara kami di negara ini, sejak beberapa
tahun yang lalu, lewat ceramah-ceramah dan kajian-kajian ilmiah bersama. Kami
bersyukur kepada Allah Rabbil 'Alamin atas nikmat ini. Betapa berharganya
kenikmatan ini.

Rasa terima kasih juga kami
haturkan kepada orang-orang yang memiliki jasa (andil) yang diberkahi dalam
mengatur dan menyiapkan pertemuan-pertemuan ini. Khususnya, saudara-saudara
(panitia) atau Ta'mir Masjid Istiqlal yang telah memberikan kesempatan ini. Dan
ini termasuk dalam bingkai saling menolong yang terpuji secara syar'i. Allah
Ta'ala berfirman :

"Artinya : Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa" [Al-
Maidah (5) :
2]

Maka kami ucapkan kepada
mereka terima kasih yang banyak. Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:

"Artinya : Orang yang tidak bisa berterima kasih kepada
manusia, dia tidak akan bisa bersyukur kepada Allah" [1]

Karena itu, ungkapan syukur
kita kepada orang yang berhak menerimanya [2], merupakan bentuk
syukur kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu"
[Ibrahim (14) :
7].

Selanjutnya, syukur kita
kepada Rabb kita, akan menambah nikmat Rabb kita kepada kita, dan memperbanyak
karunia-Nya kepada kita. Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)"
[An-Nahl  : 53]

Dan sebagaimana firman-Nya :

"Artinya : Dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya" [An-Nahl (16)
:18]

Jauhnya jarak kita dari
sikap syukur kepada Rabb, menjadi ukuran sejauh mana keburukan, celaka dan
kesesatan serta perbuatan jelek yang melanda umat, sehingga Allah menimpakan
adzab-adzab-Nya. Sebuah siksaan yang hampir-hampir tidak akan hilang, kecuali
dengan kembali sepenuhnya kepada agama Allah, mensyukuri nikmat-Nya kembali, dan
memperbaharui kepada keteguhan di atas perintah Allah Azza wa Jalla.

Karena, syukur nikmat
merupakan sebab turunnya rahmat Allah, dan jalan menuju keridhaan-Nya.
Sebaliknya, mengingkari nikmat menjadi faktor pencetus datangnya siksa dan
merupakan jalan menuju kemurkaan-Nya. Selanjutnya, siksaan dan kemurkaan-Nya
ini pasti akan menyebabkan umat menjadi lemah, terbelakang, dan terpuruk.

Orang yang melihat sembari
merenung, dan orang yang memperhatikan sambil berpikir, akan menyaksikan dengan
mata kepalanya sendiri bahwa kondisi umat ini, umat Islam, pada zaman ini,
berada dalam kehinaan dan tidak lurus. Umat Islam berada atau hampir berada di
bagian belakang kafilah, setelah dahulunya mereka menjadi pengendali dan
terdepan [3]. Padahal, umat Islam adalah umat yang memiliki harta
kekayaan, sumber daya manusia, fasilitas-fasilitas, kuantitas yang banyak, dan
potensi-potensi.

Akan tetapi, kemunduran
masih terus terjadi, menjadi umat yang paling rendah, terlemah dan terburuk.
Mereka dikuasai (musuh), seolah-olah pedang berada di atas leher (mereka).
Apakah sebabnya? Apakah penyakitnya? Dan apakah obat penyembuhnya?

Tidak mungkin yang menjadi
penyakitnya adalah karena sedikitnya harta, atau kekurangan sumber daya
manusia, maupun sedikitnya sumber penghasilan. Karena, semua ini melimpah.
Jadi, apakah sebenarnya penyakit umat ini ?
Adakah jalan untuk mengetahui obatnya, hingga bisa dimanfaatkan, dan digunakan,
selanjutnya kita pun bisa keluar dari keadaan-keadaan yang berat dan susah ini,
keadaan yang buruk, yang sedang menyelimuti umat ini dan hampir-hampir tidak
bisa lepas darinya, kecuali dengan curahan taufik Allah Azza wa Jalla bagi umat
ini.

Wahai saudara-saudara
seagama, Kenyataannya memang pahit. Sesungguhnya, ada beberapa sebab dan
bermacam-macam penyakit, hal itulah yang menjerumuskan umat ke dalam
musibah-musibah, bencana-bencana dan ujian-ujian ini. Umat tidak akan dapat
keluar dan melepaskan diri dari semua musibah ini, kecuali dengan taufik Allah
Azza wa Jalla , dengan tambahan karunia dan kenikmatan dari-Nya.

Permasalahan besar seperti
ini tidak mungkin diselesaikan secara parsial, hanya melalui seminar-seminar,
ceramah, kajian, dengan satu atau beberapa kalimat. Semua ini kami sampaikan,
untuk tujuan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, dalam rangka
mengajak untuk berpegang teguh dengan tali Allah, dalam upaya menjalin ta'awun
(saling menolong) di atas kebajikan dan takwa. Maka, kami ingin mengatakan
sebagai peringatan, sesungguhnya sebab-sebab yang telah menjerumuskan umat ini
ke dalam belitan bencana dan ujian ini banyak, bahkan sangat beragam. Akan
tetapi, secara global bermuara pada dua bahaya besar yang telah menimpa agama
umat ini. Padahal, agama merupakan sebab kelestarian umat ini, petunjuk bagi
umat dalam menangani urusan mereka. Bila penyebab ini tiada, maka pengaruhnya
pun sirna.

Saya hanya ingin menyebutkan
dua penyakit saja, yang pertama adalah penyakit kebodohan,
tidak mengerti din (agama); dan tidak mengetahui syari'at
Rabbul 'Alamin. Saya akan menyebutkan sebagian dalil-dalil
tentang hal ini, insya Allah.

Dalam Shahihain (dua kitab Shahih), Shahih Imam Bukhari dan Shahih Imam Muslim,
dari sahabat yang agung, 'Abdullah bin 'Amr bin al 'Ash, dia mengatakan:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu
(dari manusia) secara langsung, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan
ulama. Sehingga ketika tidak tersisa seorang 'alimpun, orang-orang mengangkat
pemimpin-pemimpin yang bodoh, lalu orang-orang bertanya kepada mereka, lalu
mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan" [4]

Mereka (para pemimpin yang
bodoh itu) menjadi orang-orang yang sesat atas ulah mereka ini. Tidak hanya
sampai di sini saja, bahkan mereka juga menjadi orang-orang menyesatkan. Jadi,
petunjuk hadits ini begitu jelas, maknanya sangat gamblang, bahwa kedangkalan
ilmu (agama) dan berkurangnya jumlah ulama (yang baik) termasuk penyakit
terbesar dan penyakit terparah yang menimpa umat di halaman rumahnya sendiri,
dan menimpa penduduknya, terutama cengkeraman musuh (atas diri kita).

Wahai saudara-saudaraku. Sungguh, mengetahui penyakit ini akan
membuat kita berhasil mengetahui inti dari permasalahan ini, sehingga kita akan
memahaminya berdasarkan ilmu, agama, dan realita, untuk mengetahui penyakit dan
obatnya; daripada mengkaji satu masalah yang tidak benar atau mengungkap
sesuatu yang tidak sesuai fakta. Jika demikian, justru penyakit itu akan
semakin parah, dan pemberian obatnya pun keliru. Dampaknya, umat tidak akan
merasakan manfaatnya, bahkan musibah dan ujian akan semakin meningkat.

Ilmu syar'i (agama) yang
sarat kebijaksanaan ini bukanlah ibarat hiburan, dan bukan pula perkara yang
hukumnya sekedar mustahab (dianjurkan) saja. Akan tetapi hukumnya adalah fardhu
'ain (kewajiban individu) atas setiap muslim, sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam :

 "Artinya : Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas
setiap muslim".

Dan tidak diragukan lagi, bahwa kata muslim (dalam hadits ini, Red.) mencakup laki-laki dan wanita. Oleh karena
itu, ilmu syar'i merupakan tonggak umat, memiliki peran serta dan penjaga
eksistensinya. Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : ……..Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"…. [Ar-Ra'd
(13) : 11]

Sungguh, Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum, yang sebelumnya memiliki kemuliaan, ketahanan, kekuatan,
dan memiliki peran, serta keteguhan, menjadi kaum yang lemah, penuh kekurangan,
tercabik-cabik dan terpuruk, sampai mereka sendiri mau merubah keadaan yang ada
pada diri mereka, yang berupa gejala-gejala buruk dalam menyikapi agama. Yang
terburuk adalah kebodohan (terhadap agama), dan yang paling parah yaitu
kedangkalan ilmu, sampai mereka kembali kepada masa lalunya yang mulia dan
reputasinya terdahulu.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah mengisyaratkan kejadian ini, mengisyaratkan kepada kenyataan, yang
tidak ada seorang pun yang menolaknya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :

 "Artinya : Sesungguhnya menjelang hari Kiamat terdapat
tahun-tahun yang menipu, orang yang berkhianat diberi amanat, orang yang
terpercaya dianggap khianat, orang yang berdusta dipercaya, orang yang jujur
didustakan, dan ruwaibidhah akan berbicara," para sahabat bertanya,"Apakah
ruwaibidhah, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Seorang yang hina dan bodoh
berbicara tentang urusan orang banyak".[5]

Seorang yang tafih / safih
(hina, bodoh) ini, tanda dan sifat pertamanya adalah bodoh, tidak memiliki ilmu
dan tidak memiliki pemahaman. Maka, marilah kita renungkan keadaan tabib
(dokter) ini, dia mengobati orang lain, padahal dia sendiri sakit. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda tentang tabib yang mengobati badan :

Barangsiapa
mengobati, sedangkan dia (sebelumnya) tidak dikenal (dengan) keahlian dalam
pengobatan, maka dia menanggung.[6].

(Jika ini berkaitan dengan
masalah pengobatan jasmani, Red.), maka bagaimana dengan terapi pengobatan
(yang berhubungan dengan masalah-masalah) agama ?
Bagaimana mereka ini (berani) mengeluarkan fatwa kepada umat, berupa
fatwa-fatwa yang menenggelamkan umat dalam kelalaian dan menambah
keterpurukannya, serta menghalangi dari sebab kebangkitannya ?

Semua ini dilakukan atas
nama ilmu, padahal demi Allah, itu merupakan kebodohan. Semua itu dengan
disampaikan atas nama agama, padahal demi Allah, itu merupakan kelalaian. Semua
itu dikatakan atas nama petunjuk, padahal demi Allah, itu merupakan kesesatan.
Adakah setelah kebenaran selain kesesatan saja ?

Dahulu, ketika para ulama
membimbing dan memimpin, umat berada di atas kebaikan, umat berada di depan dan
menjadi maju. Namun, ketika para ulama itu mengalami kemunduran, umat pun
terpengaruh. Tatkala Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah memimpin, dan
tatkala ilmi berada di puncak pimpinan, keadaan itu menyebabkan kemajuan
duniawi.

Setiap orang mengetahui
bahwa jihad Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah tidak hanya melalui
penyebaran ilmu saja, dengan membantah ahli bid'ah dan ahli ahwa' (orang-orang
yang melakukan bid'ah dan mengikuti hawa-nafsu), menyanggah orang-orang yang
menyimpang dan orang-orang yang rusak keyakinannya.

Akan tetapi, jihad beliau
itu sangat kompleks dan luas. Beliau berjihad dengan pedang dan tombak,
sebagaimana beliau berjihad dengan pena dan penjelasan. Inilah Syaikhul Islam,
yang memimpin tentara, lasykar-lasykar Islam dan di front depan dalam
pertempuran Syaqhab [7] di
Damaskus pada abad ke-8. Beliau rahimahullah memerangi musuh-musuh Allah, yaitu
bangsa Tartar dan para pembela mereka yang hendak menyerang umat Islam di
daerahnya sendiri.

Beliau menghadang mereka
dengan kuat, dengan sikap yang agung, yang besar, dan indah. Sejarah selalu
menyebutnya dan mempersaksikannya, karena beliau rahimahullah memandang ilmu
dengan setinggi-tingginya. Beliau bernaung di bawah bendera sulthan, dalam ketaatan
kepada Allah, dan dalam perkara yang ma'ruf (baik). Bukan bertolak dari sekedar
semangat yang kosong dan perasaan yang membinasakan, sebagaimana dilakukan oleh
banyak orang yang mengaku ingin berjihad tanpa ilmu belakangan ini.

Mereka ini tidaklah menegakkan
ilmu dengan sebenarnya, tidak mengerti kedudukan ilmu dengan bentuk sebenarnya.
Akibatnya, mereka sesat dan menyesatkan, walaupun dengan menamakan agama,
walaupun dengan nama jihad, walaupun dengan nama syari'at; mereka ibarat jauh
panggang dari api.

Sekarang telah datang Tartar
yang baru (yakni orang-orang kafir Barat, Red.). Dewasa ini, mereka menyerang
umat di halaman rumahnya sendiri. Mereka menyerang wawasan umat, sejarahnya,
dan kemuliannya, serta menerjang negara-negara kaum Muslimin. Akan tetapi, umat
ini -sangat disayangkan- belum bisa melahirkan Ibnu Taimiyah yang lain, tidak
mampu memunculkan seorang ulama yang agung, yang disegani lagi cerdas, yang
menempatkan hak kepada pemiliknya, dan mengagungkan kedudukan syari'at.

Karenanya, umat terus-menerus
tidak beranjak dari tempatnya, yaitu kelemahan dan kemundurannya, sampai Allah
mengizinkan datangnya (kemuliaan) yang baru melalui sikap kembali secara kuat
menuju manhaj Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Tidak ada jalan ke
arah sana kecuali dengan ilmu, kecuali dengan ilmu, kecuali dengan ilmu. Dan,
hal ini tidak akan terwujud, melainkan dengan taufik Allah Azza wa Jalla .
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : ……Jika kamu bertakwa kepada Allah, Dia
akan memberikan furqan (pembeda antara al haq dengan kebatilan) kepadamu"
[Al-Anfal (8) :
29]

"Artinya : ……Dan barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya"
[Ath-Thalaq (65) :
4]

Oleh karena itu, ilmu
merupakan batu pertama untuk melakukan ishlah (perbaikan), pada sebuah istana
yang besar; yang pertama kali dimulai adalah dengan batu bata ini, agar ilmu
agama ini menjadi asas yang menjadi landasan kebaikan manusia.

Akan tetapi, ilmu yang
sedang kita bicarakan ini, dan selalu kita sampaikan, bagaimanakah ciri khasnya ? Apakah tanda-tandanya ? Apakah sebuah ilmu yang merujuk
pikiran dan hawa nafsu belaka, berdasarkan persangkaan dan perkiraan semata,
ataukah ilmu tersebut yang berasaskan al Kitab dan as-Sunnah ?

Ilmu yang tegak di atas
cahaya, petunjuk terbaik dan perilaku paling sempurna adalah ilmu yang telah
disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda :

 "Artinya : Aku telah tinggalkan pada kalian dua
perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu)
Kitab Allah dan Sunnahku" [8]

Inilah ilmu yang dimaksud.
Inilah cahaya-cahaya dan pengaruh-pengaruhnya. Dengan ilmu, kebodohan akan
hilang. Seiring dengan sirnanya kebodohan, maka siang menjadi nampak, cahayanya
bersinar, dan malam pun menghilang bersama dengan kegelapan dan kesuramannya.

Bukankah waktunya sudah
dekat ? Benar, demi Allah. Akan tetapi, hal
ini menuntut adanya kebangkitan ilmiyah, jiwa perintis yang kuat, tidak
berhenti dan tidak lemah dari diri kita. Membutuhkan kebangkitan ilmu yang
tegak di atas Kitab Allah dan Sunnah Nabi.

Saudara-saudaraku
seagama., demikianlah penyakit pertama, yaitu kebodohan. Sedangkan obatnya
adalah ilmu.

Adapun
penyakit kedua yaitu penyakit bid'ah, dan obatnya adalah Sunnah, penawarnya adalah ittiba` (mengikuti)
Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam . Allah Tabaraka wa Ta'ala
berfirman tentang beliau :

"Artinya : Dan
jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk" [An-Nur (24) : 54]

Jadi, umat ini akan bisa
meraih hidayah dengan ilmu yang berasaskan Sunnah, sehingga semua bid'ah bisa
dijauhi dengan segala kotorannya, kesesatannya, dan kegelapannya. Semoga
shalawat, salam dan berkah dilimpahkan kepada Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan keluarga beliau dan para sahabat beliau semuanya. Akhir perkataan
kami adalah alhamdulillah Rabbil-'Alamin.

[Disalin dari majalah
As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Disunting dari muhadharah di Masjid
Istiqlal Jakarta, Sabtu, 22 Muharram 1428H/10 Februari 2007M, Diterjemahkan
oleh Ustadz Abu Isma'il Muslim Al-Atsari]

__________

Foote Note

[1]. Hadist ini kami dapati
dengan lafazh : "Barangsiapa tidak mensyukuri manusia, dia tidak mensyukuri
Allah". [HR Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dan Ibnu Baththah, dari sahabat An-Nu'man
bin Basyir. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no. 6677]

[2]. Yaitu kepada orang yang
telah berbuat baik kepada kita

[3]. Kafilah berasal dari
bahasa Arab "Qafilah", yaitu rombongan banyak orang yang bergerak pulang dari
safar atau memulai safar. Rombongan ini membawa binatang tunggangannya,
barang-barangnya dan perbekalannya. Maksudnya, bahwa kaum muslimin dahulu
menjadi pemimpin bangsa-bangsa, namun sekarang terbelakang.

[4]. Hadits ini disampaikan
oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Asari –hafizhahullah-
secara makna. Adapun sebagian lafazhnya yang termaktub dalam Shahih Al-Bukhari
: " Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hamba secara
langsung, tetapi dia mencabut ilmu dengan meafatkan ulama. Sehingga ketika
Allah pun tidak menyisakan seorang alim pun, lalu mereka itu ditanya, lantas
berfatwa tanpa ilmu. Akibatnya, mereka sesat dan menyesatkan" [HR Bukhari, no.
100]

[5]. Hadits ini disampaikan
oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Asari –hafizhahullah-
secara makna. Adapun lafazh hadits yang kami dapati adalah, salah satunya : "
Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, orang yang berdusta
dibenarkan, orang yang benar di dustakan, orang yang berkhianat diberi amanat,
orang yang amanat dianggap khianat, dan Ruwaibidhah akan berbicara pada masa
itu'. Beliau ditanya : 'Apakah Ruwaibidhah?' Beliau menjawab, 'Seorang yang
hina lagi bodoh (berbicara tentang) urusan orang banyak" [HR Ibnu Majah, no.
4036 dari Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

[6]. Yakni, menanggung jika
ada kebinasaan atau semacamnya. HR Abu Dawud no. 4586, An-Nasai no. 4830, Ibnu
Majah no. 3466. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani.

[7]. Syaqhab adalah nama
desa kecil di dekat Damaskus, di perbatasan Hauran. Jaraknya dengan Damaskus adalah
37km. Dinukil dari Muqif Ibni Taimiyyah minal Asy'irah, hal.164

[8]. Hadits shahih
lighairihi dengan penguatnya. Riwayat Malik 2/899, no. 1661 dengan lafzh : "Aku
telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya : Kitab Allah dan Sunnah NabiNya. Silahkan lihat At-Ta'zhim wal
Minnah di Intisharis Sunnah, hal. 13-14, karya Syaikh Salim Al-Hilali.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=2090

 

mkaruk@bismillah.com

--- On Mon, 11/1/10, A Nizami <nizaminz@yahoo.com> wrote:

From: A Nizami <nizaminz@............>
Subject: [Istiqlal] Korupsi dan Kemaksiatan Merajalela, Bencana Alam: Cobaan atau Perbuatan Tangan Kita Sendiri?
Date: Monday, November 1, 2010, 8:15 AM

 

Assalamu'alaikum wr wb,

Berbagai bencana/musibah/bahaya menerpa Indonesia. Mulai dari tsunami, banjir, gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, hingga perang antar suku atau tawuran antar anak sekolah/preman/penduduk.

Meski 80% rakyat Indonesia Muslim, namun banyak kemungkaran terjadi. Korupsi merajalela. Begitu pula pornografi. Dekat kedatangan bintang porno Miyabi, terjadi gempa Padang. Dekat kedatangan bintang porno Tera Patrick, terjadi letusan gunung Merapi dan Tsunami di kepulauan Mentawai. Minuman keras dan narkoba merajalela. Begitu pula dengan tawuran antar pelajar/penduduk. Aliran sesat bermunculan. Selain Ahmadiyah dan Liberal yang tak kunjung selesai, banyak pula orang yang mengaku sebagai Nabi dari Tukang Cukur hingga Mantan Pelatih Badminton. Dengan banyaknya kemaksiatan di depan kita yang nyaris berjalan tanpa pencegahan dari kita, bagaimana mungkin Allah bisa ridho kepada kita?

Umumnya orang di Indonesia menganggap itu sekedar ujian dari Allah sebagaimana ayat di bawah:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [Al Baqarah 155-156]

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" [Ath Thagaabun 11]

Kita harus menerima cobaan itu dengan sabar dan mengucapkan kalimat istirja' bahwa kita semua akan kembali kepada Allah. Insya Allah korban yang semasa hidupnya rajin beribadah kepada Allah, Saleh, dan sabar akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai contoh Mbah Maridjan yang tewas karena awan panas gunung Merapi, dikabarkan masih shalat dan tewas dalam keadaan sujud. Insya Allah beliau meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah.

Meski demikian, dari berbagai ayat-ayat Allah di bawah, Allah menyatakan bahwa segala bencana/musibah/bahaya yang menimpa kita itu adalah karena perbuatan tangan kita sendiri. Mungkin ini menyakitkan bagi kita terutama yang terkena bencana. Tapi coba kita kaji firman Allah/ayat-ayat berikut:

"Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya" [Al Anfaal 51]

"Azab yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya." [Ali 'Imran 182]

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." [Asy Syuura 30]

Ayat-ayat di atas cukup jelas. Bahwa segala musibah/bencana yang menimpa kita tak lepas dari perbuatan kita sendiri.

Sebagai contoh, banjir Jakarta. Kita bisa saja menganggap itu cobaan dari Allah dan berhenti berpikir sampai di situ. Tapi jika kita tak mau belajar, bencana banjir akan terus berulang.

Banjir di Jakarta tak lepas dari ulah manusia. Berbagai rawa yang merupakan tempat lari dan meresapnya genangan air hujan atau dari hulu seperti Rawa Badak, Rawa Mangun, Rawa Sari, dan sebagainya dirubah manusia jadi bangunan dan jalan. Bagi yang biasa melewati jalan Tol Sediyatmo Cengkareng tahun 1980-an tentu masih melihat banyak hamparan rawa yang luas di kiri kanan jalan sepanjang puluhan kilometer. Namun sekarang 95% sudah berubah jadi pabrik, perumahan, dan jalan.

Jadi begitu hujan beberapa jam saja, Jakarta langsung tergenang banjir karena air tidak bisa meresap ke tanah atau terbuang ke rawa.

Tak jarang orang membangun rumah-rumah di pinggir kali. Bahkan ada pula yang menguruk kali untuk dijadikan rumah sehingga sebagai contoh Kali Ciliwung yang dulu lebarnya sekitar 65 meter lebih bisa susut tinggal 10 meter saja! Bahkan kurang. Sampah-sampah yang dibuang ke Kali Ciliwung mengakibatkan Kali yang dulunya dalam menjadi dangkal sehingga bisa terlihat dasar sungainya di musim kemarau. Hal ini mengakibatkan volume air hujan yang seharusnya muat ditampung Kali Ciliwung jadi tidak muat dan luber membanjiri perumahan warga.

Tak jarang petugas penyapu jalanan membuang sampah hasil sapuannya ke dalam gorong-gorong saluran air yang ada di pinggir jalan. Akibatnya begitu banjir, saluran tersumbat dan timbul genangan air banjir.

Mungkin tidak semua begitu. Tapi karena perbuatan segelintir orang, semua bisa terkena banjir. Allah memperingatkan kita akan adanya siksa/bencana yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja. Tapi juga bisa menimpa orang-orang yang beriman:

"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." [Al Anfaal 25]

"Sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa masyarakat umum karena perbuatan orang-orang tertentu, hingga masyarakat umum melihat kemunkaran di hadapan mereka sedang mereka mampu mengingkarinya tapi mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka berbuat demikian, maka Allah akan menyiksa masyarakat umum dan orang-orang tertentu itu." [HR. Ahmad dan Ath-Thabrani, dalam Al-Awsath].

Diriwayatkan, ada shahabat yang bertanya ;

"Wahai Rasulullah apakah kami akan binasa, sedang di tengah kami ada orang-orang saleh?' Nabi menjawab, 'Ya, jika keburukan telah meluas." [HR. Muslim].

Coba kita lihat Indonesia. Meski 80% rakyat Indonesia Muslim, namun banyak kemungkaran terjadi. Korupsi merajalela. Begitu pula pornografi. Dekat kedatangan bintang porno Miyabi, terjadi gempa Padang. Dekat kedatangan bintang porno Tera Patrick, terjadi letusan gunung Merapi dan Tsunami di kepulauan Mentawai. Minuman keras dan narkoba merajalela. Begitu pula dengan tawuran antar pelajar/penduduk. Dengan banyaknya kemaksiatan di depan kita yang nyaris berjalan tanpa pencegahan dari kita, bagaimana mungkin Allah bisa ridho kepada kita?

Belum lagi dengan ketidak-adilan hukum. Para koruptor trilyunan proses hukumnya begitu panjang dan bisa bebas. Sementara pencuri buah semangka, 2 buah pisang, atau pun 3 biji kopi hukumannya begitu cepat. Ada pula ulama yang ditangkap dengan tuduhan/stigma teroris. Padahal belum tentu dia teroris. Jika orang awam yang dizalimi saja doanya akan dikabulkan Allah tanpa tabir, apalagi jika ulama/ahli zikir yang dizalimi.

Para ahli mungkin berpendapat tsunami terjadi karena pergeseran lempeng bumi atau Gunung api meletus akibat magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya. Para ahli paling berhenti pada makhluk/ciptaan Allah. Pikiran mereka tidak sampai kepada penciptanya: Allah.

Bukankah Allah yang menciptakan lempeng bumi dan juga gunung berapi? Bukankah lempeng dan gunung berapi itu sejak dulu ada? Kenapa tidak meledak dari dulu, tahun kemarin, atau tahun sebelumnya?

Hendaknya kita sebagai orang yang beriman dan berpikir menganggap segala bencana yang terjadi merupakan teguran bagi kita untuk memperbaiki diri.

Bagi yang merasa beriman, jangan tersinggung. Sebab Nabi Nuh saja serta segelintir pengikutnya yang beriman, tetap kampung halamannya ditimpa azab oleh Allah karena mayoritas penduduknya durhaka terhadap Allah. Begitu pula dengan Nabi Luth dan pengikutnya saat mayoritas kaumnya durhaka.

Namun ada pelajaran di situ. Untuk menghadapi banjir, Nabi Nuh membangun perahu besar bersama pengikutnya. Saat banjir melanda, mereka naik perahu dan selamat. Cuma orang yang tak mau naik perahu yang celaka. Bisakah kita mengambil pelajaran dari sini? Adakah daerah yang saban 5-10 tahun kebanjiran menyediakan 1-2 perahu karet sehingga warganya bisa menyelamatkan diri dari banjir.

Ada pun Nabi Luth, saat akan terjadi bencana bersama pengikutnya melarikan diri dari kampung halamannya sehingga mereka selamat. Hanya orang yang tinggal saja yang kena azab berupa batu yang jatuh dari langit.

Nah 3 hari sebelum Gunung Merapi meletus, kera-kera sudah turun gunung. Esok harinya rusa-rusa menyusul. Jadi Allah sebetulnya sudah memperingatkan para penghuni gunung Merapi agar segera mengungsi sehingga mereka bisa selamat.

Sebetulnya Allah member Gunung api yang sewaktu-waktu bisa meletus agar manusia tidak menjadikan gunung tersebut sebagai perumahan/jalan. Jika gunung tersebut akhirnya padat oleh perumahan seperti Jakarta, maka air hujan tidak bisa menyerap di situ. Akibatnya mata air dan sungai-sungai akan kering sehingga warga Yogyakarta, Magelang, Klaten, Boyolali dan tempat lain yang dekat gunung Merapi akan kesulitan air tawar yang bersih.

Sebagai contoh mata air Umbul Wadon (di dasar Kali Kuning), yang menjadi andalan warga lereng Gunung Merapi dan Perusahaan Air Minum Daerah Kabupaten Sleman dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Wilayah Gunung Merapi merupakan sumber bagi tiga DAS (daerah aliran sungai), yakni DAS Progo di bagian barat; DAS Opak di bagian selatan dan DAS Bengawan Solo di sebelah timur. Keseluruhan, terdapat sekitar 27 sungai di seputar Gunung Merapi yang mengalir ke tiga DAS tersebut (Wikipedia). Belum lagi eko sistem lainnya seperti hutan serta binatang-binatang yang ada di sana.

Begitu pula dengan gunung-gunung lainnya. Allah meminta kita agar tidak merusak:

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." [Al A'raaf 56]

"…janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman." [Al A'raaf 85

"Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." [Al Baqarah 11]

"…Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan." [Al Baqarah 60]

"Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan" [Al Baqarah 205]

Jadi jika kita merusak alam atau sengaja tinggal di tempat yang berbahaya misalnya rawan banjir, rawan longsor, rawan tsunami, rawan letusan gunung berapi seandainya terjadi bencana, siapakah yang salah?

"Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa." [Ar Ruum 36]

Di antara kesalahan itu adalah korupsi yang merajalela. Sehingga Indonesia yang merupakan Negara yang kaya penuh dengan minyak, gas, emas, perak, tembaga, tanah yang subur, laut yang luas dan penuh ikan, akhirnya justru tidak memiliki kekayaan itu karena para pejabat yang korup menyerahkannya kepada pihak asing yang mayoritas non Muslim. Akhirnya mayoritas rakyat Indonesia miskin sehingga mereka tidak bisa membangun rumah yang bebas banjir atau tahan gempa.

Jika seluruh rakyat Indonesia mencoba menghentikan korupsi sehingga rakyat Indonesia makmur dan bisa membangun rumah yang kuat di tempat yang aman, niscaya meski ada bencana, mayoritas rakyat Indonesia tetap selamat. Sebagai contoh Jepang yang negerinya jauh lebih rawan gempa, namun karena penduduknya makmur dan mampu membuat bangunan tahan gempa, dalam 20 tahun terakhir ini korban jiwa akibat gempa justru lebih sedikit daripada di Indonesia.

Oleh karena itu kita harus melakukan amar ma'ruf nahi munkar seperti melawan korupsi, pornografi, dan kejahatan lainnya. Dan hendaknya kita berdoa agar lepas dari hukuman Allah;

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." [Al Baqarah 286]

Cobaan bukan Cuma bencana alam, tapi juga perang antar pelajar, preman, dan penduduk. Tawuran antar pelajar kerap kita saksikan di mana banyak yang berakhir dengan korban jiwa. Begitu pula perang antar preman/mafia dengan pedang dan pistol. Belum lagi konflik Ambon, Poso, Sampit, dan sebagainya:

"Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)." [Al An'aam 65]

Banyaknya bencana dan cobaan yang berulang-kali terjadi, sebagai contoh dalam minggu yang bersamaan saja ada di Minggu Terakhir Oktober 2010 ini selain Gunung Merapi yang meletus, Tsunami di Mentawai juga terjadi. Hendaknya kita (terutama penulis) bertobat dan mengambil pelajaran:

"Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? [At Taubah 126]

Nabi Nuh dan Nabi Luth kampungnya dimusnahkan Allah karena meski ada Nabi, namun mayoritas rakyatnya maksiat kepada Allah.

Di Indonesia korupsi, perzinahan, pornografi, aliran sesat merajalela. Bahkan banyak yang mengaku sebagai Nabi. Bagaimana Allah ridho?

Bagi yang ingin menyumbang korban bencana, kirimlah ke Lembaga Amal Zakat terpercaya yang juga aktif berdakwah. Jadi mereka bukan cuma memberi materi, tapi juga bisa memantapkan Aqidah Islam dan juga memberikan Konseling Islami bagi korban yang menderita goncangan kejiwaan.

Ini perlu mengingat ada lembaga2 bantuan lain yang justru mencoba memurtadkan ummat Islam sebagaimana yang terjadi saat gempa di Padang. Silahkan lihat videonya di sini:

http://media-islam.or.id/mi-tv

Di antaranya Lembaga Penyalur Bantuan yang insya Allah amanah dan aktif berdakwah adalah:

Baitul Maal Hidayatullah

BCA Otista 553.0212.205

BNI 000.8924.923 An . Yayasan Baitul Maal Hidayatullah

Referensi:

http://www.suara-islam.com/news/nafsiyah/peningkatan-nafsiyah/70-siksaan-tidak-hanya-menimpa-orang-zalim

http://www.jpnn.com/read/2010/09/27/73104/Pemprov-DKI-Minta-Pusat-Ikut-Keruk-Kali

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/23/177226/124/101/Kera-Merapi-Mulai-Turun-Gunung

http://video.vivanews.com/read/11475-monyet-merapi-mulai-turun-gunung_1

http://regional.kompas.com/read/2010/10/28/19584379/Letusan.Merapi.Tidak.Mengganggu.Mata.Air

http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Merapi

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/TN_GnMerapi.htm

Ceramah Ustad Dayat dalam kajian Minhajul Muslim di Masjid At Taubah

Sumber:

http://media-islam.or.id/2010/10/31/korupsi-dan-kemaksiatan-merajalela-bencana-alam-cobaan-atau-perbuatan-tangan-kita-sendiri/

===

Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits

http://media-islam.or.id

Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscribe@yahoogroups.com

Haji ONH Plus 2010 Mulai dari US$ 6.500:

http://media-islam.or.id/2010/05/09/paket-haji-onh-plus-2010-mulai-dari-us-6-000/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment