Oleh: Satria Dwi Saputro. Hari ibu sebentar lagi tak kurang dari hitungan dua minggu lagi yang jatuh tepat tanggal 22 Desember 2012. Pasti akan semarak perayaannya di semua negara karena peringatan Hari Ibu nanti bukan hanya di Indonesia tapi mendunia. Semua dunia berhak merayakannya yang seorang wanita telah menjadi ibu dengan mempunyai suami dan anak, hal yang klise bagi kita membacanya karena sedari dahulu kala sudah juga dijelaskan bahwa Hari Ibu bukan hanya sebuah perayaan belaka tapi harus menghormati Ibu dan tidak boleh melawannya. Begitulah para guru mengajari anak muridnya untuk menghormati Ibu dan jika ditilik dari sudut pandang agama Islam, Rasulullah SAW juga menyuruh ummatnya untuk mematuhi perintah Ibu. Terlepas dari pada itu, di Republik Indonesia sendiri yang urutan jumlah penduduknya nomor empat setelah Amerika, India, dan China yang pastinya didominasi oleh para wanita dari pada kaum Adam. Dan tiga negara yang di atas Indonesia tersebut bukan hanya besar dari segi kependudukannya tapi juga mapan dalam mengatur perekonomian untuk membangun negeri dan menjadi setiap warga negara yang berdiam di negara lain dengan mobilitas ekonomi untuk merangkup sekalian politik dalam hal itu. Sehingga negara lain berpikir dua kali untuk menyakiti warga negara mereka. Lain halnya dengan negara yang terdiam diurutan keempat dalam jumlah penduduk terbanyak yakni Indonesia, sulit untuk melindungi warga negaranya yang ada di hampir seluruh penjuru dunia dan terbanyak ada di negeri jiran, Timur Tengah dan di daratan benua Amerika. Riskan memang membaca tapi itulah kenyataannya. Dan tidak hanya itu jika perlu diperluas lagi, ada dongeng kuno yang termasyhur sampai keseluruh penjuru negeri dunia mengatakan: Indonesia adalah negeri atlantis yang hilang kemunculan membuat jutaan warga dunia tergoda untuk memilikinya. Itu hanya guyonan dari penulis. Sehingga negeri ini penuh dengan emas (di Papua), timah (di Belitung), kaya akan satwa, bahkan kesuburan tanahnya dapat membuat pedagang Arab dan Eropa tercengang karena jika ada seseorang yang sembarangan membuang biji jagung ke tanah dapat diterima juga beberapa hari lagi akan tumbuh tanpa dijamah oleh tangan manusia. Lucu memang kedengarannya tapi inilah republik ini yang diperjuangkan dengan bermandikan darah. Membahas TKI Serupa dengan kekayaan yang sangat berlimpah itu terkadang jika ditelaah kembali bersama menimbulkan kesedihan di antara kita karena begitu Tuhan memberikan semua kekayaan untuk dapat dikelola sebaik-baiknya oleh hambaNya. Ternyata sebaliknya yang terjadi berdirinya kapitalis baru di era kolonial sampai kemerdekaan di tangan, para pemimpin negeri ini justru sibuk sendiri membagi setiap tapak wilayah pertiwi bagi mereka penjajah baru (kapitalis) yang meminta untung sebesar-besarnya dan membagi hasil sangat berat sebelah. Ini dapat dilihat dari semua kekayaan alam yang ada hanya sedikit yang dikelola oleh warga negara sendiri selebihnya di kelola oleh kapitalis asing (Freeport, Coca Cola, Toyota, Honda, dan banyak lainnya) dan parahnya pembagian hasil tidak lebih dari 5% serta peraturan pemerintah kurang memberikan ketegasan bagi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi yang berlebihan dan minimnya keuntungan yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Inikah bangsa kita? Melihat dari itu semua membuat tingkat pengangguran yang tinggi yang tidak diikuti oleh pelebaran jalan kerja bagi para penduduk sehingga memaksa untuk hijrah ke negeri jiran yang katanya pemerintahannya lebih berpihak kepada rakyat. Dampak yang dihasilkan ribuan tuntutan kesejahteraaan itu membuka peluang usaha baru tetap bagi kapitalis yang dipegang swasta untuk mengirim orang-orang Indonesia agar dapat bekerja di luar negeri dengan gaji yang besar tanpa memikirkan resiko yang ditanggung. Mereka yang dikirim bekerja atau dikatakan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dianggap devisa negara karena mampu memberikan pajak yang tinggi tapi minimnya perlindungan pada mereka. Sehingga penulis memetik kata bahwa ada kesan pemerintah hanya mengharap masukan dari warga negaranya bukan menghasilkan pekerjaan di negeri sendiri. Sedih memang. Setiap tahun banyak TKI yang dikirim ke luar negeri baik yang legal maupun ilegal dengan pengetatan pengaturan pengiriman dan tidak efektifnya MoU yang dijalan di berbagai negara yang berpenghuni TKI Indonesia. Dikutip dari data pengiriman TKI 2011 yang mengalami penurunan sampai 279 ribu orang atau 32,44%. Tahun 2010, total penempatan TKI baik formal maupun informal sebanyak 860.086 orang sedangkan tahun 2011 jumlah penempatan hanya sebanyak 581.081 orang, berdasarkan data yang dilansir oleh Kemnakertrans. Walaupun menurun tetap jumlahnya tidak bisa dianggap sedikit. Tak jarang juga disambut dengan menurunnya TKI yang dikirim pada tahun 2011 tetap dibarengi dengan penyiksaan yang dialami oleh TKI yang tak ayal sampai merenggut nyawa. Kelemahan mobilitas politik dan ekonomi menjadikan pemerintah tidak dapat berbuat banyak selain hanya mengecam keras dan membuat MoU baru untuk menghibur hati rakyat terutama keluarga korban. Seringnya kekerasan itu terjadi disebabkan dalam konteks komunikasi yang salah antara majikan dan pembantu, serta kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh TKI sehingga memperbesar hal-hal yang tak diinginkan dapat terjadi seperti diperkosa majikan, gaji yang tidak dibayar-bayar, disiksa yang menyebabkan kulumpuhan, tak jarang kematian. Bukan hanya itu banyak juga TKI yang terjerat kasus hukum hingga harus di hukum mati oleh pemerintah bersangkutan. Yang hampir 80 % dari semua itu dialami oleh perempuan terutama wanita yang sudah menikah. Hal yang sangat mengejutkan dan membuat kesedihan tak berkesudahan bagi keluarga yang hanya bisa berharap dari media yang meliput sehingga suara mereka di dengar oleh pemerintah daerah dan pusat yang seakan tuli. Mengapa itu terjadi? Telah dijelaskan mengapa bisa terjadinya kekerasan kepada TKI adalah salah satunya kurangnya skill yang dimiliki oleh TKI. Dan disambung juga, peran dari pemerintah pun harus juga menjadi sorotan penting mengapa itu terjadi. Dilihat dari satu faktor saja yakni lapangan kerja menjadi rujukan bersama antara masyarakat dan pemerintah untuk merealisasikan itu dalam membuka selebar-lebarnya jalan bagi lapangan pekerjaan yang diperlukan dalam meningkatkan SDM dan meningkatkan pendapatan pekerja. Jika ingin semua terjadi pemerintah terutama yang pengaruhnya sangat besar dalam penurunan pengiriman TKI harus mampu membuat peraturan yang tegas dalam masuknya kapitalis asing ke bumi pertiwi dalam mencari keuntungan. Karena hadirnya perusahaan-perusahaan asing tidak selalu memberikan madu bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tetapi juga memberikan kerusakan alam yang mengurangi lahan untuk diproduktivitaskan oleh masyarakat dan perusahaan asing itu juga sedikit memperkerjakan masyarakat. Dan dari itu andaikan saja ketegasan diberikan pemerintah dengan hal-hal yang menguntungkan rakyat akan memberikan satu hal bahwa kemungkinan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai. Para Ibu-ibu Mengingat dari semua itu yang sebenarnya TKI yang dikirim adalah kebanyakan perempuan dan juga yang sering mendapat penyiksaan dan hukuman mati juga adalah perempuan. Memberikan sebuah pandangan tersendiri pada penulis akan pedihnya derita kaum wanita di luar sana. Derita-derita itu juga meninggalkan bekas yang mendalam bagi Ibu-Ibu yang anaknya di luar negeri disiksa dan juga membuat anak di kampung mendapat luka karena ibunya terjerat hukuman di luar negeri. Inilah menjadi perhatian sebenarnya dari banyak paparan diatas yang mengharuskan pemerintah terutama mengatur langkah-langkah perekonomian untuk memajukan kepandaian masyarakat dalam berwiraswasta untuk mencari nafkah di negeri sendiri. Tapi memang harus diakui mengenai prihal itu memang sulit untuk dijalani sepenuhnya karena telah berakar eratnya perjanjian dengan perusahaan yang tidak dapat memberikan pertumbuhan ekonomi yang berarti di Indonesia. Tapi paling tidak pemerintah harus dapat menghadirkan keputusan-keputusan segar agar negeri ini yang dulunya telah masyhur namanya dikenal dunia jangan tercoreng karena kurangnya harga diri pemerintah dan bangsa Indonesia. Supaya para ibu dan anaknya tidak harus berjumpa begitu jauh dan ketika berjumpa hanya menimbulkan kesedihan yang tak membuat makna Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember nanti tidak bermakna tetapi menjadi perubahan yang bermakna agar perjuangan ibu dan anak menjadi keutuhan dalam berpijak di bumi pertiwi. Sehingga akan ada kesan senyuman yang abadi dari pada tangisan penyesalan yang harus digerus bersama antara pemerintah, rakyatnya, para ibu dan anaknya hanya sekedar berusaha mencari penghidupan yang layak. *** * Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam I-A, Fakultas Syariah, IAIN SU |
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment