Ref: Kalau dimasukan "satu agama" baru barangkali bisa dikatakan sumpah, karena sumpah terkait dengan agama, lain dari pada itu adalah pernyataan bersama atau ikrar. Bukankah begitu masalahnya?
ilustrasi Oleh :Manosor Panjaitan. Lembaran sejarah pra kemerdekaan Indonesia menceritakan kalau tempo dooeloe pemuda kita menampilkan sosok yang patut diteladani oleh generasi muda saat ini. Ada sebuah masa ketika para pemuda sampai pada sebuah pemahaman bahwa jalan keluar agar bangsa ini bebas dari belenggu permasalahan berkepanjangan akibat penjajahan bangsa asing adalah bersatu! Untuk bersatu maka setiap orang harus memiliki kemampuan menanggalkan ego dan kepentingan kelompok demi sebuah kepentingan yang bersama. Maka, pada tanggal 28 Oktober 1928 para generasi muda itupun berikrar tentang format dasar sebuah perjuangan dalam bentuk: satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Ikrar tersebut lalu disemaikan di benak seluruh elemen bangsa yang kemudian berbuah pada tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sesungguhnya, proklamasi 17 Agustus 1945 dapat kita maknai sebagai, Pertama: proklamasi sebagai puncak perjuangan yang membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa asing. Kedua: proklamasi sebagai bukti nyata kalau sikap ego dan kepentingan kelompok dibuang jauh maka tantangan akan bisa dihadapi secara bersama-sama. Lalu, bagaimana kondisi generasi muda kita saat ini? Apakah semangat sumpah pemuda masih selalu menjadi rujukan dalam perjuangan mengisi kemerdekaan? Sepertinya jauh panggang dari api. Tawuran antar murid, perkelahian antar mahasiswa, bentrok warga antar dusun, penyalah gunaan narkoba, dan geng bermotor membuat hingar bingar pemberitaan media massa nasional. Ikrar Beratus tahun setelah generasi muda membanggakan itu bersumpah, khususnya setelah Indonesia merdeka, lebih khusus lagi saat bangsa ini sudah melek tentang HAM (hak asasi manusia), kita sering mendengar para generasi muda kita berikrar. Hanya sayang, bukan tekad untuk mengisi kemerdekaan dengan membekali diri dengan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) serta berperilaku yang mencerminkan sikap yang berlandaskan nilai-nilai moral dan agama. Lalu, tentang apa? Jawabnya, ikrar untuk tidak saling menyerang! Lho? Beberapa sekolah memandu murid-muridnya untuk bersuara lantang meneriakkan ikrar tidak saling serang atau tawuran dengan murid sekolah lain. Nun jauh di sono, beberapa warga dari dusun berbeda saling membacakan ikrar untuk tidak saling menyerang. Bah! Melirik ke samping beberapa generasi muda memelopori sebuah tekad bebas dari penyalah gunaan narkoba. Selanjutnya? Media cetak maupun elektronik hiruk pikuk dengan pemberitaan tawuran antar pelajar yang sudah memakan korban jiwa. Mahasiswa tak mau kalah, sorak sorai membahana di area kampus saat puluhan mahasiswa antar fakultas bergerilya di balik pepohonan dan gedung kuliah menyerang kelompok mahasiswa lain. Di jalan raya, beberapa generasi muda lain terjerat kasus narkoba dan geng motor. Hak Asasi Manusia Disain perjuangan generasi muda dalam mengisi kemerdekaan dalam menyongsong globalisasi sepertinya telah membias dan tanpa arah. Lahan pembicaraan menyangkut kepentingan bersama semakin tergusur oleh ramainya perbincangan tentang HAM (hak asasi manusia). Demi keagungan sebuah HAM maka beberapa orangtua murid melaporkan guru ke polisi setelah melihat betis atau kuping anaknya memerah karena guru. Tuduhan penganiayaan atau perbuatan tidak menyenangkan kemudian mengantarkan beberapa pahlawan tanpa tanda jasa untuk menghadap juper (juru periksa) kepolisian. Bangsa dan negeri ini mempersembahkan sebuah kondisi bebas aturan main kepada generasi muda, sebagai perujudan penghormatan HAM. Murid recok pada saat jam belajar atau jungkir balik sekalipun tidak boleh diberi sanksi karena konon sekolah itu lembaga pendidikan, bukan lembaga penghukuman. Jadilah setumpuk peraturan disiplin sekolah namun tanpa sanksi. Padahal, disiplin itu mendisain tentang sebuah kepentingan bersama, Disiplin itu indah dan sejuk dipandang. Mau bukti? Kita lihat murid sekolah dengan baju seragamnya sedang berbaris rapi di lapangan, sejuk dan indah!. Namun, bagaimana kalau di sana terlihat murid yang tidak mamakai baju seragam? Kontras dan merusak pemandangan, bukan? Murid tidak berseragam sekolah adalah pribadi yang terlalu mengedepankan ego sendiri dan tidak menghargai arti penting sebuah kebersamaan. Mungkin, kita perlu sebuah studi perbandingan tentang disain pembangunan karakter murid di pendidikan sekolah di jaman penjajahan, masa orde baru, dan masa pendewaan HAM. Di jaman mana saja kedisiplinan murid itu sangat keras dan ketat, lalu bagaimana tingkat kesuksesannya di masyarakat kemudian. Apakah saat itu pendidikan sekolah hanya menciptakan generasi cerdas dan pintar tanpa menyentuh aspek pembinaan moral dan karakter anak? Apakah ada hubungan linear antara disiplin sekolah dengan tingkat keberhasilan murid baik dalam studi ataupun dalam pergaulan sehari-hari? Ini penting. Mengingat dewasa ini para orangtua murid telah mendisain sebuah pendidikan sekolah yang hanya bertugas mencerdaskan anak. Jangan ada cubitan atau betis memerah, alamatnya bisa ke kantor polisi. Bebaskan anak berekspresi, bahkan mungkin jungkir balik di ruang kelas saat pelajaran sedang berlangsung. Menurut penulis, ketatnya disiplin akan menumbuh kembangkan rasa kebersamaan, baik antara murid dengan murid dan juga antara murid dengan guru. Berisik saat jam pelajaran berlangsung akan sangat merugikan murid yang memang memiliki kemauan kuat untuk belajar. Guru dan murid bersama untuk satu tujuan dimana guru memegang posisi penting dalam menjaga dan memelihara kebersamaan itu, lewat sanksi. Kepentingan Bersama Jangan biarkan generasi muda berselingkuh dengan individualisme. Perselingkuhan ini hanya akan melahirkan anak haram yakni sikap tidak mau tahu apakah tindakannya itu merugikan orang lain atau bahkan merugikan orangtuanya sendiri. Kalau sudah individualis maka seseorang hanya akan melakukan apa yang menurutnya bisa mendatangkan kesenangan pribadi. Melihat ada tawuran, ikut ambil bagian. Selanjutnya biar lebih seru persiapkan peralatan dari rumah seperti ikat pinggang berkepala besi, bahkan senjata tajam. Ikut balapan liar dan juga tindakan ugal-ugalan lainnya. Ikrar murid untuk tidak saling menyerang yang disuarakan dengan sangat lantang di halaman sekolah, ikrar mahasiswa untuk tidak saling menyerang, ikrar untuk menjauhi narkoba dan pelanggaran hukum lainnya tidak akan berbuah sepanjang pihak-pihak masih berkutat pada pemahaman HAM sempit yang tidak memberi ruang bagi pembicaraan "kepentingan bersama" Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 harus jadi rujukan seluruh komponen bangsa ini dalam berjuang menanggalkan egoisme dan kepentingan kelompok. Kemampuan menanggalkan ego dan kepentingan kelompok dapat dilatih sejak usia dini lewat disiplin. Disiplin tentu saja dimulai dari keluarga. Misalnya, anak dilarang ribut saat adiknya sedang tidur. Setelah itu orangtua mendukung disiplin dengan segala konsekuensinya demi kepentingan yang lebih besar lagi. Selanjutnya karakter anak tinggal di poles saat di bangku kuliah atau berkarya di masyarakat. Di era pra kemerdekaan, bahkan para orangtua ikhlas kalau anaknya berkorban nyawa demi sebuah kebersamaan untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Sekarang ini, masak betis, kuping memerah atau rasa tidak menyenangkan lainnya akibat usaha pendisiplinan sekolah harus berujung ke kantor polisi? Dengan semangat sumpah pemuda kita berikrar tentang perlunya pembentukan generasi muda berdisiplin yang memiliki kemampuan menanggalkan ego dan kepentingan kelompok untuk modal mengisi kemerdekaan Indonesia. Tanpa ini, ikrar tidak saling serang hanya konsumsi angin berhembus doang!.*** (Penulis: Kepala Personalia & Humas sebuah industri CPO) |
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment