*Ibrahim Isa-FILE– REFERENSI SEJARAH –
SUMPAH PEMUDA , 28 OKTOBR 1928*
---------------------------------------
*Hari Sumpah Pemuda- Sie Kok Liong *
[GELORA45] FW:
Sie Kok Liong. israindonesia.com
Minggu, 28 Oktober 2012 | 19:02 WIB
*
Sie Kok Liong, Bapak Kos Deklarator Sumpah Pemuda *
TEMPO.CO, Jakarta--Pemilik bangunan di Jalan Kramat Raya Nomor 106, yang
menjadi tempat deklarasi Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dibacakan,
Sie Kok Liong, jarang disebutkan dalam buku sejarah. Namun Sie Kok Liong
adalah "bapak kos" sejumlah pemuda yang mencatat namanya dalam sejarah
dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda.
Tercatat Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani,
Mohammad Tamzil, dan Assaat dt Moeda pernah tinggal di sana. "Perlu
keberanian luar biasa untuk menyediakan tempat buat kelompok pergerakan
pada masa itu," kata Ketua Umum Suara Kebangsaan Tionghoa Indonesia,
Eddie Kusuma, dalam artikel Jejak Samar Bapak Kos Dokter Politik dari
Timur di majalah Tempo, 2 November 2008.
Rumah Kramat 106 menjadi tempat pemondokan pelajar dan mahasiswa di
Jakarta. Kala itu, rumah kos di kawasan Salemba dan sekitarnya
bermunculan lantaran asrama tidak bisa menampung mahasiswa dan pelajar
dari luar kota. Pemilik kos biasa disebut kosthuis. Sedangkan anak kos
laki-laki disebut kostjongen dan kos perempuan disebut kostmeisjes.
Dalam buku Panduan Museum Sumpah Pemuda, gedung Kramat 106 disebutkan
sebagai tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java sejak
1925. Mereka kebanyakan pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias
Stovia.
Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang
setiap bulan, atau setara 40 lit er beras waktu itu. Mereka memiliki
pekerja yang mengurus rumah, yang dikenal dengan nama Bang Salim. "Tamu
yang menginap tidak dikenai bayaran, tapi harus mengusahakan makanannya
sendiri," kata Dr Raden Soeharto, kostjongen dan peserta Sumpah Pemuda
dalam buku Bunga Rampai, 50 Tahun Soempah Pemoeda.
Aktivis Jong Java menyewa bangunan 460 meter persegi ini karena rumah
kontrak sebelumnya di Kwitang terlalu sempit untuk menampung kegiatan
diskusi politik dan latihan kesenian Jawa. Anggota Jong Java dan
mahasiswa lainnya menyebut gedung ini Langen Siswo.
PDAT| EVAN| KODRAT
Minggu, 28 Oktober 2012 | 19:08 WIB
*
Bagaimana Para Deklarator Sumpah Pemuda Ngekos? * *
TEMPO.CO, Jakarta--Bangunan di Jalan Kramat Raya Nomor 106 menjadi saksi
bisu dibacakannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Gedung ini
merupakan pemondokan untuk pelajar dan mahasiswa waktu itu. Bagaimana
kehidupan kos para pemuda saat itu?
Dalam Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda, gedung Kramat 106 menjadi
tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java sejak 1925.
"Mereka kebanyakan pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias
Stovia," seperti dikutip artikel Jejak Samar Bapak Kos Dokter Politik
dari Timur di Majalah TEMPO 2 November 2008.
Tercatat Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani,
Mohammad Tamzil, atau Assaat dt Moeda, pernah tinggal di sana.
Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang
setiap bulan, atau setara dengan 40 liter beras waktu itu. Mereka
memiliki pekerja yang mengurus rumah yang dikenal dengan nama Bang Salim.
"Tamu yang menginap tidak dikenai bayaran, tapi harus mengusahakan
makanannya sendiri," kata Dr Raden Soeharto, kostjongen dan peserta
Sumpah Pemuda dalam buku Bunga Rampai, 50 Tahun Soempah Pemoeda.
Aktivis Jong Java menyewa bangunan 460 meter persegi ini karena
kontrakan sebelumnya di Kwitang terlalu sempit untuk menampung kegiatan
mereka. Anggota Jong Java dan mahasiswa lainnya menyebut gedung ini
Langen Siswo.
Sejak 1926, penghuni gedung ini makin beragam dari berbagai daerah. Pun
kegiatannya. Selain kesenian, mahasiswa di gedung ini aktif dalam
kepanduan dan olahraga.
Penghuni Kramat 106 juga sering berdiskusi soal konsep persatuan
nasional. Gedun g ini pun menjadi markas Perhimpunan Pelajar-pelajar
Indonesia (PPPI), yang berdiri pada September 1926, usai kongres pemuda
pertama. Penghuni kontrakan, dengan payung PPPI, sering mengundang tokoh
seperti Bung Karno untuk berdiskusi. Tema perbincangan misalnya mencari
bentuk negara ideal bagi Indonesia.
Di gedung ini juga muncul majalah Indonesia Raya, yang dikelola PPPI.
Karena sering dipakai kegiatan pemuda yang sifatnya nasional, para
penghuni menamakan gedung ini Indonesische Clubhuis, tempat resmi
pertemuan pemuda nasional. Sejak 1927, mereka memasang papan nama gedung
itu di depan. Padahal Gubernur Jenderal H.J. de Graff sedang menjalankan
politik tangan besi.
Pada 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia mendeklarasikan Sumpah
Pemuda dalam Kongres Pemuda II di bangunan yang terletak di Jalan Kramat
Raya Nomor 106 ini.
Kegiatan pemuda dialihkan ke Jalan Kramat 156 setelah para penghuni
Kramat 106 tidak melanjutkan sewanya pada 1934.
PDAT| EVAN| KODRAT
* * *
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
0 comments:
Post a Comment