Advertising

Saturday, 2 January 2010

[wanita-muslimah] Re: Gus Dur, Ikon Spirit Kemajemukan

 

+ALATIF RESPOND

Apa yangdilaksanakan oleh Gus Dur selama ini sesuai dgn al quran, bahwa beliau melihat Rasul berlaku adil kpd semua agama sebagaimana perintah ALLAH dan tidak mebedakan antara Islam,yahudi, dan muslim
dll.

"Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah( Taurat,Injil, Al quran ) dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya lah kembali (kita)"QS 42:15, QS.5:8.
http://latifabdul.multiply.com/journal/item/464

Itulah yg dikerjakan oleh Gus Dur,mengikuti SUNNAH Rasul yang bersumber dari Al Quran.....

Itulah yang di maksud oleh gus Dur bahwa agama itu sama sama diperlakukan dgn ADIL tanpa diskriminasi.

Hanya saja Islam Fundamentalis mempelitir kata kata dan makna maksud Gus Dur demi kepentingan golongan mereka.Kita sangat mengerti pihak2 lawan berkata demikian.

Perjuangan Gus Dur utk anti kekerasan karena agama akan berlansung terus menerus tanpa berhenti.

Wassalam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrahman@...> wrote:
>
> Demi perimbangan informasi
> Salam
> HMNA
>
> Mbah Idris: Gus Dur Sosok Liberal
> Ia mencontohkan, pemikiran bebas tersebut seperti ungkapan beliau yang menyatakan semua agama adalah benar. Hal tersebut menurut dia, kurang sesuai, karena semua agama mempunyai ketentuan masing-masing.
>
> Oleh Althaf pada Kamis 31 Desember 2009, 09:31 AM
>
> KEDIRI (Arrahmah.com) - Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH Idris Marzuki, di Kediri, Jawa Timur, menilai sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terlalu liberal pemikirannya.
> "Saya menilai, pemikiran beliau terlalu bebas seperti tidak ada batasan," katanya saat dihubungi ANTARA News via telepon seluler, Rabu (30/12) malam.
>
> Ia mencontohkan, pemikiran bebas tersebut seperti ungkapan beliau yang menyatakan semua agama adalah benar. Hal tersebut menurut dia, kurang sesuai, karena semua agama mempunyai ketentuan masing-masing.
>
> Pihaknya tidak meragukan pemikiran Gus Dur yang ia nilai kadang terlalu bebas tersebut. Ia hanya khawatir, hal itu dapat menjurus kepada sisi yang negatif, ketimbang yang positif bagi orang lain.
>
> Walaupun ia kurang sependapat dengan pemikiran Gus Dur, Mbah Idris (sapaan akrab KH Idris Marzuki) mengatakan sosok Gus Dur cukup baik. Terbukti, ketika ia memimpin Indonesia, menjadi Presiden ke-4, Indonesia berjalan cukup baik.
>
> "Ia termasuk orang yang cukup baik, terbukti ia mampu memimpin Indonesia dengan baik pula," katanya mengungkapkan.
>
> Terlebih, kata dia, sisi sosial, ekonomi, maupun lainnya di Indonesia berjalan cukup baik. "Saya cuma kurang sependapat dengan pemikiran dari segi agama beliau," katanya mengungkapkan.
>
> Menyinggung kabar wafatnya Gus Dur, Mbah Idris mengaku juga baru mendengar. Ia mengucapkan bela sungkawa yang dalam atas kematianya, dan berharap almarhum Gus Dur "khusnul ktotimah".
>
> "Saya hanya bisa berdoa, agar beliau `khusnul khotimah`," kata Mbah Idris mengungkapkan.
>
> Saat ditanya kemungkinan Gus Dur akan dimakamkan di Kediri, Mbah Idris sendiri mengaku tidak terlalu yakin. Sebab, dari sisi keluarga, juga tidak terlalu dekat. Justru, kemungkinan besar, jika tidak dimakamkan di Jombang akan dimakamkan di Jakarta.
>
> Pondok Pesantren Lirboyo sendiri juga tidak terlalu akrab dengan Gus Dur. Bahkan, dalam pencalonannya untuk menjadi Presiden dalam pemilihan umum 2004, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, KH Idris Marzuki menyatakan tidak pernah mendukung Gus Dur yang saat itu menjadi Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
>
> Mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur meninggal dunia, Rabu (30/12) malam sekitar pukul 18.45 WIB. Ia wafat setelah menjalan perawatan beberapa hari di RS Cipto Mangunkusomo, Jakarta. (ant/arrahmah.com)
>
> ********************************************************************
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 609. Pluralisme(*), Teori/Konsep vs Lapangan
>
> John Harwood Hich yang mencanangkan the Universe of Faiths dalam bukunya God and the Universe of Faiths (1973), mempunyai visi yang paralel dengan tokoh sufi Ibnu Arabi (560-638H/1165-1240M) dengan faham yang dicetuskannya yaitu Wihdatu lAdyan (integrasi agama-agama). Juga di situs yang menamakan dirinya Islam Liberal (www.islamlib.com), kita jumpai pula faham Wihdatu lAdyan ini. Di situs itu dinyatakan bahwa semua agama itu satu adanya. Anehnya, oleh yang menamakan dirinya Islam Liberal, itulah yang disebut faham pluralisme. Dikatakan aneh oleh karena wihdah, integrasi/menyatu bertentangan makna dengan plural
>
> Sebagai sebuah konsep Wihdatu lAdyan mengajarkan bahwa pada hakikatnya semua agama bertujuan sama dan mengabdi kepada Tuhan yang sama pula. Perbedaan yang ada hanyalah pada aspek lahiriah yakni penampilan-penampilan dan tata cara dalam melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
>
> Dalam "Dialog Pluralisme Agama", karya Fathimah Usman, Penerbit: LKiS Yogyakarta, Tgl terbit April 2002 ada disebutkan kurang lebih bahwa bentrokan antar ummat beragama di Indonesia penyebabnya terjadi karena (di samping factor sosio-politik, ekonomi) masih kukuhnya truth claim dan salvation claim yang terjelmakan kepada monopoli kebenaran agama yang diusung oleh para agamawan.
>
> Teori atau konsep di atas itu akan diperhadapkan pada realitas di lapangan seperti berikut.
>
> ***
>
> Majalah Time edisi 30 Juni 2003 mengungkap kristenisasi dan menjadikannya laporan utama. Tidak mudah untuk mendapatkan Majalah Time edisi tersebut. Tidak jelas, apakah ada yang memborong atau dilarang aparat. Dalam edisi yang bergambar Salib emas yang sedang digenggam tersebut, Time menurunkan judul Should Christians Convert Muslims? Inilah yang menjadi laporan utama Time edisi tersebut tentang proyek kristenisasi, khususnya Kristen Evangelis, di seluruh dunia. Aliran ini juga yang dianut oleh Presiden AS George W Bush dan PM Inggris Tony Blair. Dalam peta yang dilampirkan, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India dan Nigeria termasuk negara-negara dengan jumlah misionaris dan penginjil tertinggi. Dicantumkan dalam peta tersebut, jumlah penginjil dan misionaris yang tersebar di Indonesia diperkirakan 4.000 sampai 10.000 orang aktivis.
>
> Harian Inggris terkemuka, The Telegraph edisi Sabtu (27/12), melansir berita antara lain:
> misionaris Evangelis yang bergabung dalam International Mission Board (IMB) menyebarkan 1 juta Bibel berbahasa Arab bersama ribuan keping video serta brosur-brosur agama berbahasa Arab ke seluruh Irak. Sebab menurut mereka, 8000 keping video Kristen yang disebar dalam misi terakhir mereka beberapa waktu lalu, sangat tidak memadai. Para misionaris Evangelis berkeyakinan bahwa Muslim dan Kristen tidak menyembah Tuhan yang sama. Inilah doktrin yang mendorong misi penyebaran Kristen oleh para penginjil IMB tersebut ke negara Muslim Irak. IMB merupakan anak organisasi Southern Baptists, sebuah sekte Protestan terbesar di Amerika.
>
> Menilik apa yang diceritakan oleh Majallah Time dan Harian The Telegraph di atas itu, maka tidaklah mungkin konsep integrasi agama-agama dengan visi semua agama bertujuan sama dan mengabdi kepada Tuhan yang sama, untuk "menjinakkan" semangat missionaris Evangelis yang berkeyakinan bahwa Muslim dan Kristen tidak menyembah Tuhan yang sama.
>
> Bentrokan penganut agama tegasnya antara Muslim dengan non-Muslim yang disebabkan oleh truth claim dan salvation claim tidak pernah terjadi di lapangan. Itu hanya ada dalam angan-angan Fathimah saja. Dalam kenyataan di lapangan secara global bentrokan antara Muslim dengan non-Muslim hanya terjadi di mana penduduk Muslim bukan mayoritas. Ini jangan di balik, di mana penduduk Muslim bukan mayoritas akan terjadi bentrokan. Tidak semua burung itu ayam, tetapi semua ayam itu mesti burung. Pada waktu terjadi exodus etnik Bugis Makassar dari Ambon ke negeri asal mereka di Sulawesi Selatan, pada waktu itu umumnya orang kuatir akan terjadi pula bentrokan ummat beragama di daerah ini. Saya selalu katakan dalam perbincangan di mana saja pada waktu terjadinya exodus itu, di Sulawesi Selatan insya Allah tidak akan terjadi bentrokan itu, karena penduduk di sini mayoritas Muslim. Bahkan pada pada zaman DI/TII di daerah ini (dan di Aceh serta Jawa Barat) ummat Kristen tidak diapa-apakan. Memang pernah terjadi perusakan gereja-gereja di Makassar, tetapi itu bukan oleh truth claim dan salvation claim, melainkan oleh "semangat" missionaris kalau saya tidak salah ingat dari Saksi Jehova yang mempunyai semangat misionaris seperti Evangelis yang diceritakan oleh Majallah Time dan Harian The Telegraph di atas itu.
>
> Teori Fathimah tentang truth claim dan salvation claim yang menjadi penyebab bentrokan, tidak mampu menjelaskan mengapa ummat Islam dan Kristen di Ambon sebelum bentrokan, sebelum Orde Baru, bahkan sebelum Orde Lama ummat Islam dan Kristen hidup rukun dan damai? Saya tantang penggagas teori truth claim dan salvation claim dari kelompok Utan Kayu untuk menjawab pertanyaan itu.
>
> ***
>
> Keberagaman (= pluralitas(*), bukan Pluralisme) yang menjadi kenyataan sebenarnya tidak memerlukan teori berkualitas "wishful thinking" ala John Harwood Hich, Ibnu Arabi, ataupun Fathimah cs dari Utan Kayu. Firman Allah:
> -- LKM DYNKM WLY DYN (S. ALKFRWN, 6), dibaca: lakum di-nukum waliya di-n, artinya:
> -- Untuk kamu agamamu, dan bagiku agamaku. Keberagaman sebagai suatu kenyataan harus disikapi dengan kesadaran dan kesepakatan dalam hal adanya perbedaan, bukan integrasi. Dalam bingkai kesadaran perbedaan yang tidak mungkin berintegrasi itu, mari kita hidup rukun dan damai terhadap pemeluk agama mana pun. Selama mereka berbuat baik kepada kita, kita balas dengan adil yaitu dengan kebaikan pula, ataupun kalau sanggup dengan ihsan, yaitu kita balas yang lebih baik. Selama mereka tidak mengusik / merusak agama dan memerangi kita, selama itu pula kita pantas menjaga perdamaian dan kebersamaan. Bahwa apa yang dilanser oleh Time dan The Telegraph, itu termasuk mengusik kita, kita hadapi dengan "asyidda-u" (tegas). Kebersamaan dalam membangun negeri ini, memberantas korupsi, memberantas narkoba, memberantas pelacuran yang nyata dan tersembunyi dan menanggulangi HIV/Aids. WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 11 Januari 2004.
> [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> http://waii-hmna.blogspot.com/2004/01/609-pluralisme-teorikonsep-vs-lapangan.html
> ---------------------------------------------------
> (*)
> Plurality => the state ot fact of being numerous
> Pluralism => a theory that there is more than one basic principle
> [The Random House Dictionary of the English Language, p.1022]
>
> Menurut Utan Kayu (JIL) => pluralisme yaitu faham yang menganggap semua agama itu sama saja, tujuannya sama, semua mengajarkan kebaikan, semuanya masuk surga, sama dan sejajar, paralel, dan kita tidak boleh memandang agama lain dengan kacamata agama kita sendiri, tidak boleh ada truth claim dan salvation claim yang terjelmakan kepada monopoli kebenaran agama sendiri. Tidak boleh ada truth claim dan salvation claim, itulah titik temu dari faham pluralisme yang dicanangkan oleh John Harwood Hich dalam bukunya God and the Universe of Faiths (1973), dengan faham tokoh sufi Ibnu Arabi (560-638H/1165-1240M) yang mencanangkan Wihdatul Adyan. Kayaknya ini diperkembang dari more than one basic principle.
> ###############################################################################################
>
> ----- Original Message -----
> From: "Dwi Soegardi" <soegardi@...>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>; <keluarga-sejahtera@yahoogroups.com>; <majelismuda@yahoogroups.com>
> Sent: Thursday, December 31, 2009 13:00
> Subject: [wanita-muslimah] Gus Dur, Ikon Spirit Kemajemukan
>
>
> http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/12/31/93462/Gus.Dur..Ikon.Spirit.Kemajemukan
>
> 31 Desember 2009
>
> Tajuk Rencana
>
> Gus Dur, Ikon Spirit Kemajemukan
>
> Hingga hari-hari di penghujung usianya, Abdurrahman Wahid masih
> memberi perhatian pada masalah-masalah yang melilit bangsa ini. Dan,
> Rabu petang kemarin, presiden keempat Republik Indonesia itu
> meninggalkan kita untuk selamanya. Bangsa ini kehilangan seorang tokoh
> besar, yang hampir sepanjang hidupnya disumbangkan untuk membangun
> peradaban berdemokrasi, membela pluralisme, dan menyuarakan perlawanan
> terhadap segala bentuk ketidakadilan. Ia menjadi salah satu di antara
> guru bangsa yang mewarnai perjalanan republik ini.
>
> Warna-warni hidupnya sungguh komplet. Seorang tokoh demokrasi
> terkemuka, ikon pencerah lintas agama, intelektual muslim yang cerdas,
> agamawan, budayawan, dan politisi, walaupun belakangan ia berada dalam
> gegalau dunia politik yang membuatnya harus berhadapan dengan
> orang-orang yang pernah dididik dan dibesarkannya. Di balik semua
> kontroversinya, Gus Dur menempati posisi khusus dalam ranah kebangsaan
> sebagai seorang "guru" ulung. Setiap perkataan dan kalimatnya
> menggaungkan semangat demokrasi secara menggetarkan.
>
> Dalam perjalanan intelektualitasnya, Gus Dur banyak bergerak dari
> relung otodidak dengan talenta bawaan yang mengagumkan. Sebagai cucu
> Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dan putra Wahid Hasyim, dia menjadi
> lentera bukan hanya untuk Nahdlatul Ulama (NU), tetapi ke wilayah yang
> jauh lebih luas di "sawah" kebangsaan. Bahkan dunia internasional.
> Sejumlah langkah yang seolah-olah justru membelakangi spirit demokrasi
> di penghujung kekuasaannya sebagai presiden pada 2001, tidak
> mengurangi respeksi terhadap kemajemukannya.
>
> Gus Dur adalah inspirator bagi awal perjalanan demokrasi di Tanah Air.
> Keberaniannya memosisikan diri di tengah rezim Soeharto pada era Orde
> Baru merupakan poin terpenting bagi pilihan hidupnya untuk membangun
> demokrasi. Ia juga selalu berada dalam trek konsisten pemikiran dan
> penjabaran jernih nilai-nilai keislaman, yakni Islam yang damai,
> inklusif, dengan memosisikan perlawanan terhadap radikalisme pemikiran
> lewat pencerahan-pencerahan yang terkadang terasa kontroversial namun
> sesungguhnya sarat nilai rahmatan lil'alamin.
>
> Salah satu ungkapan inklusivitas pemikiran pria asal Jombang itu
> adalah bagaimana dia membawa NU "Kembali ke Khitah 1926" yang
> diputuskan dalam Muktamar dan Munas Alim Ulama NU 1984 di Asembagus.
> Yakni NU yang secara institusional tidak akan dibawa-bawa ke afiliasi
> politik tertentu, dengan menjaga jarak yang sama dari semua kekuatan
> politik. Walaupun dalam perkembangannya elan kembali ke khitah itu
> berlangsung mulur-mungkret dan berkesan kontekstual, namun matra itu
> cukup ampuh untuk menyangga sikap NU.
>
> Kesegaran intelektualitas Gus Dur dirasakan dari humor-humor
> cerdasnya, juga ucapan-ucapan yang kemudian menjadi semacam "tagline"
> bagi konteks-konteks peristiwa tertentu, seperti "gitu saja kok
> repot", atau ketika menyebut DPR seperti "taman kanak-kanak". Untuk
> sebagian ghirrah dan gemuruh hidup itu, para pecinta Gus Dus Dur dari
> lintas agama, lintas suku, dan lintas golongan pastilah akan
> kehilangan namun melepas kepergian Guru Bangsa itu dengan menyerap
> inspirasi serta semangatnya untuk meraih Indonesia yang lebih baik.
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>

__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment