Mbak Mia,
Sebetulnya ibu pertiwi tidak diam, sudah memberikan signal :
(1) batuk-batuk berupa gunung meletus,
(2) muntah-muntah berupa lahar dan kawah, semburan lumpur atau pasir,
(3) menangis berupa banjir,
(4) merontah-rontah berupa pergerakan lempengan bumi sehingga ada tsunami atau gempa sekian skala richter.
Qur'an juga menyindir bahwa kerusakan di darat dan laut adalah perbuatan (ulah atau explorasi serakah) manusia, jadi sebenarnya signal ibu pertiwi sudah sering memberitahu, kita saja yang tidak peduli.
Wassalam
Abdul Mu'iz
Hehe Pak Waluya, penambangan pasir besi yg gampang ngejogrog depan mata juga kental rantai mafianya. Makanya jadi konflik horisontal. Juga batu bara.
Tentu saja mahal ongkosnya (hehe padahal jaman duluuuu nggak pake ongkos, pake dengkul saja, maksutnya kerja keras). Namun itu saja nggak serta merta menciptakan kartel. Ada beBerapa faktor, yang utama adalah karena itu sifatnya energi ekstraktif, dimana pada prakteknya, sama sekali belum ada pola yang ramah lingkungan. kalau saja pola ramah lingkungan itu dipraktekkan, maka keuntungannya biasa saja. Jadi yang ada sekarang adalah keuntungan besaaaar. Ditambah lagi fixed costnya sudah lama breakeven. Dengan kata lain: keserakahan yg memimpin, udah kebiasaan dikasih prioritas, maklum ibu Pertiwi diam-diam saja.
Saya mengerti ini secara langsung, setelah "ngurusin" beberapa raksasa minyak-tambang dan menyusuri bukit pasir besi Tonggong Londok.
Ada satu perusahaan tambang asing yg menerapkan pola sumber daya bersama plus land-swap mechanism, tapi kayaknya nggak populer tuh, wong ribet buat orang2 migas yg sombong2 setengah mati.
Salam
Mia
Ikut Nimbrung. Kata seorang teman yang berkecimpung di Dunia minyak (hulu), eksplorasi minyak (nyari minyak di bawah tanah) itu ongkosnya mahal sekali, karena resiko gagalnya tinggi sekali. Jika eksplorasi minyak didanai oleh bank-bank dalam negeri, jika terjadi kegagalan, bisa membangkrutkan bank itu sendiri yang bisa berefek ke keuangan negara. Itulah sebabnya umumnya industri minyak di dunia ini dikuasai kartel, karena hanya mereka yang punya duit untuk menanggung resiko-resiko kegagalan eksplorasi.
Entahlah omongan seorang teman ini betul atau tidak, cuma yang saya setuju adalah memcari sesuatu dibawah tanah itu, tidak mudah, walaupun memakai peralatan dan perhitungan yang canggih-canggih. Kemungkinan meleset tetap ada. Apa yang dibilang cadangan sekian dan sekian itu lebih ke prediksi daripada kenyataannya yang mungkin lebih sedikit daripada yang diperkirakan. Ada yang bilang "bermain" di pertambangan itu setengah gambling .....
Salam,
WALUYA
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, aldiy@... wrote:
>
> Kunci kata dari industri BBM (bukan blackberry), adalah penguasaan sumber daya migas dan pertambangan. Bukan kenaikan harga BBM, itu hanyalah salah satu langkah pahit yang tak terhindarkan.
>
> Di dunia ini, siapa yang menentukan harga migas? Yaitu para kartel minyak. Mereka menguasai sumber dayanya, kebijakan, distribusi, pricing, dst. Sedemikian rupa penguasaan itu sehingga menghalangi insentif untuk portfolio energi yg utuh, termasuk energi alternatif. Industri ekstraktif ini menjadi komoditas bahkan alasan untuk penguasaan wilayah, diktatorial dan peperangan. Harga melambung karena konon katanya kelangkaan sumber daya. Padahal di antara mereka sendiri terjadi perdebatan internal tentang kelangkaan minyak fossil vs abiotik. Yang mengatakan minyak berasal dari fossil menyuarakan kelangkaan. Yang menggagas minyak dari proses abiotik menyuarakan bahwa sumber minyak masih terus diproduksi bumi.
>
> Karena persoalan mata rantai yang nggak efisien, Indonesia mengimpor minyak yang konon akhirnya membuat subsidi negara menjadi berat. Karena itu diperlukan penghapusan subsidi, yang mendapatkan perlawanan keras yang dipelopori PDIP. Akhirnya DPR menelurkan keputusan voting akan menaikkan harga kalau harga minyak melebihi 15% dari anggaran. Yang "berjasa" menyelamatkan Pemerintah dan kubu Demokrat adalah fraksi Golkar yang meloloskan opsi kedua.
>
> Katakan saja harga minyak sudah naik, maka paket BLT disiapkan untuk jaringan pengaman sosial, dan paket2 lainnya untuk memperbaiki mata rantai industri minyak. Untuk sementara kalau tidak ada perlawanan bergulir dari PDIP dkk, rakyat mungkin akan menerima kepahitan ini, sekali lagi mengalah untuk kepentingan kartel dan kelas menengah. Bagaimana kalau rakyat tidak menerima? Konstelasi politik makin kelihatan beresiko.
>
> Perlawanan rakyat akan bantu mendorong perubahan total industri minyak atau revolusi minyak hitam. Mendengar istilah revolusi bisa bikin deg-deg-an, namun bisa saja artinya itu reformasi.
>
> Butir-butir apa saja yang merupakan perubahan revolusioner dari struktur migas yang sekarang?
> 1. Penguasaan migas pertambangan dicairkan menjadi pengelolaan sumber daya bersama. Ketimbang suatu lembaga (MNC,korporat atau BUMN) menjadi sentralistik, pengelolaan membangun pola polisentris, yaitu pengelolaan multipihak dan berjenjang dimana setiap pihak mempunyai hak pengelolaan, akses penuh, dan hubungan interdependensi sesuai peran kapasitas masing-masing. Pengelolaan polisentris mencegah atau mengurangi terjadinya penguasaan sumber daya oleh suatu pihak.
> 2. Pengelolaan sumber daya bersama menerapkan peraturan konstitusional, kolektif dan operasional, yang menjadi rambu-rambu dan pegangan semua pihak terlibat. Undang-undang, peraturan dan keputusan Pemerintah adalah salah satu contoh peraturan konstitusional yang kemudian memfasilitasi peraturan kolektif. Contoh peraturan kolektif misalnya bagaimana para pihak menyetujui kesepakatan mata rantai dayaguna energi hidro di suatu daerah. Selanjutnya ini memfasilitasi peraturan operasional yang berkenaan dengan bentuk lembaga masing-masing, dan kerjasama operasional rutin.
>
> 3. Pengelolaan sumber daya migas membedakan hak kepemilikan. Siapa saja atau lembaga apa saja berhak memiliki sumber daya migas, SDM, modal, teknologi, jalur distribusi, dsb - namun pengelolaannya harus sesuai ekosistem. Yang disebut ekosistem adalah jaringan biologis/biofisik antara manusia, dan makhluk biologis dengan lingkungan abiologis seperti gunung, perbukitan, pantai, fosil, dsb.
>
> 4. Pengelolaan sumber daya migas/pertambangan mesti patuh mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan (good governance), yang sesuai ekosistem dan meningkatkan keberhasilan, memungkinkan keberlanjutan dan adaptasi pada perubahan.
>
> Apakah butir-butir di atas itu tampaknya sulit atau masih jauh untuk dijangkau? Mungkin saja, makanya butuh revolusi atau reformasi.
>
> Salam
> Mia
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
>
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment