Refl: Mengapa rezim penguasa NKRI senang mengirim PRT ?
Publik Malaysia Geram Soal Aturan Baru PRT Indonesia
Sabtu, 17/03/2012 18:25 WIB Ilustrasi
Kuala Lumpur, Para pembantu rumah tangga (PRT) asal Indonesia tengah menjadi bahan pembicaraan publik Malaysia. Banyak warga Malaysia yang geram mendengar keputusan baru terkait perekrutan PRT Indonesia. Media negeri jiran itu pun ramai memberitakannya.
Bahkan harian The Star menulis berita tersebut dengan judul: "Employers: Let's forget Indonesia and look for maids elsewhere".
"Tidak masuk akal. Lupakan Indonesia!" demikian media tersebut mengawali tulisannya seperti dilansir The Star.com, Sabtu (17/3/2012).
Saat ini sebanyak 106 PRT Indonesia telah kembali dikirimkan ke Malaysia setelah moratorium TKI berakhir. Para PRT tersebut rencananya hanya akan menjalankan satu macam tugas saja untuk majikan-majikan mereka. Padahal selama ini tugas PRT di Malaysia adalah mencakup semua jenis pekerjaan, baik itu memasak, mengasuh anak, membersihkan rumah atau mengurus orang lanjut usia.
Namun kini dilaporkan bahwa para PRT Indonesia yang dikirimkan ke Malaysia itu akan dilatih dalam empat macam tugas rutin rumah tangga: memasak, mengasuh bayi, mengurus orang lanjut usia dan membersihkan rumah. Namun nantinya mereka hanya akan menjalankan salah satu dari keempat tugas tersebut untuk majikan mereka.
Para TKW tersebut tengah menjalani pelatihan kerja selama 21 hari dan nantinya harus digaji minimal 700 ringgit per bulan oleh majikan mereka di Malaysia. Keputusan ini dicapai dalam pertemuan satgas gabungan Malaysia-Indonesia untuk pengerahan, penempatan dan perlindungan PRT Indonesia. Pertemuan tersebut berlangsung di Jakarta pada Kamis, 15 Maret lalu.
Kesepakatan itu dimaksudkan untuk mencegah terulangnya masalah-masalah yang dihadapi para PRT dan majikan di Malaysia selama ini.
Namun keputusan ini disambut kecewa oleh banyak pihak di Malaysia, khususnya asosiasi-asosiasi PRT.
"Itu tidak masuk akal. Kita harus mengubah gaya hidup kita dan hidup tanpa mereka (PRT-red) atau kita mulai merekrut dari negara-negara lain," cetus presiden Malaysian Maid Employers' Association (Mama) Engku Ahmad Fauzi Engku Muhsein seperti dilansir harian The Star, Sabtu (17/3/2012).
"Jika kita perlu bantuan untuk memasak, bersih-bersih dan mengasuh anak-anak, apakah kita harus menggaji tiga PRT?" tanya Fauzi.
Pjs presiden Asosiasi Agensi PRT Asing atau Association of Foreign Maid Agencies (Papa), Jeffrey Foo mengatakan, gaji 700 ringgit per bulan "tidak logis" bagi seorang PRT yang akan bekerja lebih ringan.
Seorang warga Penang bahkan menyebut ketentuan soal PRT Indonesia tersebut "bodoh". Menurut pensiunan guru yang tak mau disebut namanya itu, tak ada majikan yang bersedia membayar 700 ringgit untuk seorang PRT yang cuma akan melakukan satu macam tugas.
"Menggaji seorang PRT yang cuma akan memasak atau membersihkan rumah adalah bodoh," cetusnya.
(ita/ita)
Bahkan harian The Star menulis berita tersebut dengan judul: "Employers: Let's forget Indonesia and look for maids elsewhere".
"Tidak masuk akal. Lupakan Indonesia!" demikian media tersebut mengawali tulisannya seperti dilansir The Star.com, Sabtu (17/3/2012).
Saat ini sebanyak 106 PRT Indonesia telah kembali dikirimkan ke Malaysia setelah moratorium TKI berakhir. Para PRT tersebut rencananya hanya akan menjalankan satu macam tugas saja untuk majikan-majikan mereka. Padahal selama ini tugas PRT di Malaysia adalah mencakup semua jenis pekerjaan, baik itu memasak, mengasuh anak, membersihkan rumah atau mengurus orang lanjut usia.
Namun kini dilaporkan bahwa para PRT Indonesia yang dikirimkan ke Malaysia itu akan dilatih dalam empat macam tugas rutin rumah tangga: memasak, mengasuh bayi, mengurus orang lanjut usia dan membersihkan rumah. Namun nantinya mereka hanya akan menjalankan salah satu dari keempat tugas tersebut untuk majikan mereka.
Para TKW tersebut tengah menjalani pelatihan kerja selama 21 hari dan nantinya harus digaji minimal 700 ringgit per bulan oleh majikan mereka di Malaysia. Keputusan ini dicapai dalam pertemuan satgas gabungan Malaysia-Indonesia untuk pengerahan, penempatan dan perlindungan PRT Indonesia. Pertemuan tersebut berlangsung di Jakarta pada Kamis, 15 Maret lalu.
Kesepakatan itu dimaksudkan untuk mencegah terulangnya masalah-masalah yang dihadapi para PRT dan majikan di Malaysia selama ini.
Namun keputusan ini disambut kecewa oleh banyak pihak di Malaysia, khususnya asosiasi-asosiasi PRT.
"Itu tidak masuk akal. Kita harus mengubah gaya hidup kita dan hidup tanpa mereka (PRT-red) atau kita mulai merekrut dari negara-negara lain," cetus presiden Malaysian Maid Employers' Association (Mama) Engku Ahmad Fauzi Engku Muhsein seperti dilansir harian The Star, Sabtu (17/3/2012).
"Jika kita perlu bantuan untuk memasak, bersih-bersih dan mengasuh anak-anak, apakah kita harus menggaji tiga PRT?" tanya Fauzi.
Pjs presiden Asosiasi Agensi PRT Asing atau Association of Foreign Maid Agencies (Papa), Jeffrey Foo mengatakan, gaji 700 ringgit per bulan "tidak logis" bagi seorang PRT yang akan bekerja lebih ringan.
Seorang warga Penang bahkan menyebut ketentuan soal PRT Indonesia tersebut "bodoh". Menurut pensiunan guru yang tak mau disebut namanya itu, tak ada majikan yang bersedia membayar 700 ringgit untuk seorang PRT yang cuma akan melakukan satu macam tugas.
"Menggaji seorang PRT yang cuma akan memasak atau membersihkan rumah adalah bodoh," cetusnya.
(ita/ita)
--+++++
Aturan Baru PRT Indonesia di Malaysia Sesuai Standar Universal
Minggu, 18/03/2012 07:28 WIBIlustrasi
Jakarta, Aturan baru yang mengatur bahwa pembantu rumah tangga (PRT) asal Indonesia hanya boleh mengerjakan satu macam tugas saja bagi majikannya menuai kritikan publik Malaysia. Kritikan tersebut dinilai berlebihan karena aturan tersebut sebenarnya merupakan pemenuhan hak PRT sesuai standar universal.
"Ini adalah pemenuhan hak-hak sesuai dengan standar universial," ujar Direktur Migrant Care, Anis Hidayah, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (18/3/2012).
Dituturkan Anis, rata-rata PRT Indonesia di Malaysia memiliki beban kerja yang sangat berat. Seorang PRT bisa merangkap berbagai macam tugas rumah tangga, bahkan tanpa jam kerja yang jelas.
"Meski lingkupnya hanya di dalam rumah, tapi beban kerjanya sangat berat karena tidak ada aturan tentang jam kerja. Banyak dari mereka yang bekerja 20 jam sehari, ini sangat tidak layak," jelasnya.
Lalu mengenai upah minimal 700 ringgit bagi PRT Indonesia di Malaysia dinilai tidak logis, Anis justru menyebut upah tersebut yang paling rendah di antara PRT asing lainnya. "Upah 700 ringgit itu paling rendah, karena PRT dari Filipina saja gajinya sampai 1200 ringgit. Sri Lanka saja dapat 1000 ringgit," ucapnya.
Menurut Anis, berbagai protes dan kritikan publik Malaysia terhadap aturan tersebut wajar terjadi. Sebab selama ini majikan di sana cenderung mendapat keuntungan yang cukup mumpuni dengan mempekerjakan PRT Indonesia.
"Wajar saja. Majikan di sana sudah nyaman, mereka membayar PRT kita dengan murah dan bisa diperintah-perintah semau-maunya. Selama ini tidak ada batasan apa-apa. Kalau ada perubahan, mereka pasti protes," tutur Anis.
Jika memang mereka menyerukan agar tidak lagi mempekerjakan PRT Indonesia, hal tersebut justru disambut baik. "Tidak apa-apa, cari saja yang lain. Tidak bisa mempekerjakan PRT dengan majikan yang tidak bisa menghormati hak-hak PRT-nya," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, banyak warga Malaysia yang geram mendengar keputusan baru terkait perekrutan PRT Indonesia. Media negeri jiran itu pun ramai memberitakannya. Bahkan harian The Star menulis berita tersebut dengan judul: "Employers: Let's forget Indonesia and look for maids elsewhere".
Keputusan baru tersebut mengatur bahwa PRT Indonesia hanya akan menjalankan satu macam tugas saja untuk majikan-majikan mereka. Padahal selama ini tugas PRT di Malaysia adalah mencakup semua jenis pekerjaan, baik itu memasak, mengasuh anak, membersihkan rumah atau mengurus orang lanjut usia.
Keputusan ini dicapai dalam pertemuan satgas gabungan Malaysia-Indonesia untuk pengerahan, penempatan dan perlindungan PRT Indonesia. Pertemuan tersebut berlangsung di Jakarta pada Kamis, 15 Maret lalu.
(nvc/trq)
"Ini adalah pemenuhan hak-hak sesuai dengan standar universial," ujar Direktur Migrant Care, Anis Hidayah, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (18/3/2012).
Dituturkan Anis, rata-rata PRT Indonesia di Malaysia memiliki beban kerja yang sangat berat. Seorang PRT bisa merangkap berbagai macam tugas rumah tangga, bahkan tanpa jam kerja yang jelas.
"Meski lingkupnya hanya di dalam rumah, tapi beban kerjanya sangat berat karena tidak ada aturan tentang jam kerja. Banyak dari mereka yang bekerja 20 jam sehari, ini sangat tidak layak," jelasnya.
Lalu mengenai upah minimal 700 ringgit bagi PRT Indonesia di Malaysia dinilai tidak logis, Anis justru menyebut upah tersebut yang paling rendah di antara PRT asing lainnya. "Upah 700 ringgit itu paling rendah, karena PRT dari Filipina saja gajinya sampai 1200 ringgit. Sri Lanka saja dapat 1000 ringgit," ucapnya.
Menurut Anis, berbagai protes dan kritikan publik Malaysia terhadap aturan tersebut wajar terjadi. Sebab selama ini majikan di sana cenderung mendapat keuntungan yang cukup mumpuni dengan mempekerjakan PRT Indonesia.
"Wajar saja. Majikan di sana sudah nyaman, mereka membayar PRT kita dengan murah dan bisa diperintah-perintah semau-maunya. Selama ini tidak ada batasan apa-apa. Kalau ada perubahan, mereka pasti protes," tutur Anis.
Jika memang mereka menyerukan agar tidak lagi mempekerjakan PRT Indonesia, hal tersebut justru disambut baik. "Tidak apa-apa, cari saja yang lain. Tidak bisa mempekerjakan PRT dengan majikan yang tidak bisa menghormati hak-hak PRT-nya," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, banyak warga Malaysia yang geram mendengar keputusan baru terkait perekrutan PRT Indonesia. Media negeri jiran itu pun ramai memberitakannya. Bahkan harian The Star menulis berita tersebut dengan judul: "Employers: Let's forget Indonesia and look for maids elsewhere".
Keputusan baru tersebut mengatur bahwa PRT Indonesia hanya akan menjalankan satu macam tugas saja untuk majikan-majikan mereka. Padahal selama ini tugas PRT di Malaysia adalah mencakup semua jenis pekerjaan, baik itu memasak, mengasuh anak, membersihkan rumah atau mengurus orang lanjut usia.
Keputusan ini dicapai dalam pertemuan satgas gabungan Malaysia-Indonesia untuk pengerahan, penempatan dan perlindungan PRT Indonesia. Pertemuan tersebut berlangsung di Jakarta pada Kamis, 15 Maret lalu.
(nvc/trq)
Baca Juga
- Laporan dari Kairo
5 TKI Bermasalah Dipulangkan, Dapat Bantuan Rp5,8 Juta - Laporan dari Dubai
Karya Desainer Muda RI Tembus Butik Eksklusif Dubai - Menteri Malaysia: Jadikan Socmed Sarana Penengah RI-Malaysia
- Laporan dari Dubai
Dirundung Masalah, 5 TKW Dipulangkan - WNI Ini Lolos dari Hukuman Mati di Singapura
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment