130301
Istighfar.
Bismi l-lahi r-rahmani r-rahiem.
..."SESUNGGUHNYA JIKA KAMU BERSYUKUR, PASTI AKU AKAN MENAMBAH NIKMAT KEPADAMU; JIKA KAMU MENGINGKARI NIKMATKU, SESUNGGUHNYALAH AZABKU SANGAT PEDIH." (Surah Ibrahim [14] ayat 7)
Kalau di ayat itu Allah swt mengingatkan agar kita pandai-pandai bersyukur, lalu menutup ayat itu dengan peringatan (warning) akan adanya ancaman siksa bagi yang tak mengakui nikmat Allah, maka secara sederhana dapatlah kita renungkan sejauh mana sebenarnya kita "pantas" untuk mendapat siksa pedih yang diancamkan Allah itu.
Bayangkan seberapa besar kita menilai harga oksigen di udara yang kita hirup setiap hari dari waktu ke waktu; sudahkah kita tidak lupa mensyukurinya sebagai nikmat pemberian Allah, ataukah tidak sepantasnya kita dihukum karena mengingkari (baca: tidak mensyukuri) nikmat itu? Tidakkah masih banyak lagi nikmat-nikmat yang kita terima dari Allah? Saya yakin kita tidak dapatkah menghitungnya. Sudahkah kita tidak lupa bersyukur? Bahkan, mungkin sekali kita bukan hanya punya kesalahan "ringan" yang seperti itu, tetapi kita telah jelas berdosa karena meninggalkan yang diperintahkan ataupun juga melakukan dosa kecil ataupun besar karena pelanggaran ketentuan (hukum) Allah!
Oleh karena itulah kalau di ayat lain (QS an-Nur [24]: 31) Allah menyebutkan: "bertaubatlah agar kamu beruntung", maka sepantasnyalah jika kita berusaha membenahi diri untuk menjalani pertaubatan ini.
Pertaubatan harus dilakukan secara tuntas (nashuha)(QS at-Tahrim [66]:8). Untuk ini kita harus berhenti dari berbuat salah itu, menyesalinya, berniat untuk tidak mengulanginya; bahkan jika kesalahan itu menyangkut ke hak atau martabat seseorang masih dituntut akan adanya maaf dari yang disalahinya itu.
Kita yakin bahwa salah satu pensifatan yang diberikan Allah atas Rasulullah Muhammad saw adalah ma'shum, terjaga; artinya Rasulullah itu terjaga dari kesalahan, terselamatkan dari dosa. Namun nyatanya Rasulullah "tak pernah" meninggalkan permohonan ampun kepada Allah; dalam setiap harinya Rasulullah beristigfar tak kurang dari 75 kali (baca: tak kurang dari 100 kali, sebagaimana disebut dalam hadits dengan riwayat yang lain). Jika demikian, pantaskah kita mengabaikan diri untuk tidak banyak beristigfar?
Semoga kita masih diberi Allah kesempatan berbenah diri dengan masih tersadarkan atas berbagai kesalahan kita, dan diberiNya umur panjang untuk segera bertaubat.
Wa `l-Lahu a'lamu bi `sh-shawwab.
==============================
SAW. = shalla 'l-Lahu 'alaihi wa sallam (Semoga shalawat Allah dan salamNya terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad).
SWT. = subhanahu wa ta-'ala (Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi kedudukanNya).
*** Kutipan ayat-ayat diperoleh dari penelusuran menggunakan software sederhana: "Indeks Terjemah Qur'an".
========================================
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Semoga sedikit uraian di atas bermanfaat.
Sebarkanlah pelita hikmah ini dengan forward langsung ataupun dengan mengajak bergabung JOIN di URL http://groups.yahoo.com/group/pelita-hikmah/.
Jika Anda punya ataupun ingin kajian masalah tertentu untuk pegangan hidup silakan hubungi saya.
Wassalam,
dr. H.R.M. Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF., AIFO.
e-mail: tauhidhw@gmail.com
Jalan Kendangsari Lebar 48 Surabaya INDONESIA 60292
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment