Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, kami memuji,
memohon pertolongan, memohon ampunan dan bertaubat hanya kepada-Nya. Dan
kami berlindung kepada Allah dari keburukan yang ada pada diri kami dan
dari kejelekan amal-amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri
petunjuk maka tiada kesesatan baginya, dan barangsiapa yang telah Allah
sesatkan maka tiada petunjuk baginya. Saya bersaksi tiada sesembahan
yang berhak disembah kecuali hanya Allah tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya
bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, sholawat dan
salam tercurahkan baginya, para keluarga, dan para sahabat beliau.
Bukanlah satu hal yang tersembunyi bahwa
ilmu merupakan satu hal yang mempunyai kedudukan amat penting dalam
agama kita yang lurus ini, dan ilmu kedudukannya sangat agung, ilmu
merupakan pondasi yang mana suatu bangunan itu dibangun di atasnya, dan
tidaklah mungkin syariat itu tegak, dan juga tidaklah penyembahan kepada
Allah itu dapat ditunaikan -yang mana hal itu merupakan sebab utama
diciptakannya hamba- kecuali dengan ilmu.
Ilmu merupakan pondasi yang harus ada,
dan ilmu sangatlah didahulukan, sebagaimana yang telah Allah –subhanahu
wa ta'ala- firmankan:
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ
وَمَثْوَاكُمْ
"Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya
tidak ada Ilah (sesembahan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan."
(Muhammad: 19)
Allah –azza wa jalla- memulainya ayat ini dengan ilmu (fa'lam)
Salah satu dari doa nabi kita Muhammad
–shollallahu alaihi wa sallam- yang dilakukan setiap pagi hari setelah
sholat subuh, sebagaimana yang ada dalam "Musnad Imam Ahmad" dan "Sunan Ibnu Majah"
dan selain keduanya, dari hadis Ummu Salamah –radhiallohu anha-
berkata: "Dahulu Rasulullah –shollallahu alaihi wa sallam- berkata
setiap selesai sholat subuh setelah salam:
اللهم إني أسألك علما نافعا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
"Ya Allah sesungguhnya saya memohon
kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang
diterima", dalam riwayat yang lain "amal perbuatan yang sholeh".
Rasulullah –shollallahu alaihi wa
sallam- dalam doanya setiap hari mendahulukan ilmu yang bermanfaat atas
rizki yang baik dan amal yang diterima, hal tersebut disebabkan karena
seorang hamba tidaklah dapat membedakan antara rizki yang baik dan yang
jelek, antara amal yang sholeh dan yang tholeh kecuali dengan ilmu yang
bermanfaat (al-Ilmu an-Nafi').
Ilmu yang bermanfaat merupakan penerang
bagi pemiliknya dan merupakan cahaya baginya, memberinya petunjuk, Allah
–azza wa jalla- berfirman:
وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا
الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ
مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا
"dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu
wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah
iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami."
Asy-syura: 52
Maka ilmu adalah cayaha dan penerang
bagi pemiliknya. Permisalan seorang yang berilmu dalam sebuah kaum
seperti sekumpulan manusia yang berada dalam kegelapan, salah seorang di
antara mereka memegang lampu, menerangi jalan mereka dengan lampu
tersebut, maka mereka selamat dari batu sandungan, dan mereka dapat
berhati-hati dari keragu-raguan dan mara bahaya, dan mereka berajalan di
atas jalan yang lurus
Banyak nash-nash dan dalil-dalil dalam
kitab Allah –azza wa jalla- dan Sunnah nabi-Nya –shollallahu alaihi wa
sallam- sebagai penjelasan tentang keutamaan ilmu, dan keutamaan
kedudukan ilmu, dan keagungan ilmu, serta pujian bagi pemilik ilmu,
penjelasan kedudukan yang tinggi bagi mereka yang berilmu.
Telah cukup kemuliaan dan keutamaan
martabat bagi ahli ilmu tatkala Allah menggandengkan pernyataan mereka
dengan pernyataan Allah dalam pernyataan yang agung, ketauhidan Allah:
شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak
disembah melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." Ali-Imran: 18
Dan Allah –Jalla wa ula- mengatakan tentang kemuliaan dan keutamaan ahli ilmu dalam firman-Nya:
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" az-Zumar: 9
Dan dalam firman-Nya:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Fathir: 28
Dan Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat." Al-Mujadalah: 11
Dikatakan dalam makna ayat: Allah
mengangkat derajat seorang mukmin yang berilmu di atas derajat orang
mukmin yang tidak berilmu, yang tidak mengetahui beberapa derajat,
tinggginya tingkatan derajat menunjukkan atas besarnya keutamaan dan
tingginya kedudukan.
Dalam sebuah hadis – hadis Abu Darda' dalam "Al-Musnad"
dan selainnya tentang penjelasan keutamaan ilmu dan kedudukan ahli ilmu
– sabda Nabi kita –shollahu alaihi wa sallam- dalam hadis beliau yang
mulia dan singkat namun padat:
مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ
الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا
وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Barangsiapa yang melalui suatu jalan
untuk mendapatkan ilmu, maka Alloh akan memudahkan jalannya menuju
surga. Dan sesungguhnya para malaikat akan menaruh sayap-sayapnya, ridho
dengan mereka, dan para penuntut ilmu akan dimintakan ampun bagi mereka
oleh semua makhluk ada di langit dan di bumi, bahkan seekor ikan yang
ada dilautan. Dan sesungguhnya keutamaan seorang alim yang berilmu
dengan seorang abid ahli ibadah seperti terangnya cahaya bulan purnama
dengan cahaya bintang-bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para
Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar atapun dirham namun mereka
mewariskan ilmu, barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut maka dia telah
mengambil bagian atau keuntungan yang sangat banyak
Ath-thobrani meriwayatkan dalam "Al-Awsath"
dengan sanad yang Hasan, dari Abu Hurairah –radhiallohu anhu- bahwa dia
berjalan di sebuah pasar di kota Madinah, lalu berhenti di sana dan
berkata: "Wahai para penghuni pasar! Apa yang telah memberatkan kalian?
Mereka berkata: Apa yang kamu maksud wahai Abu Hurairah?! Abu Hurairah
berkata: Itu warisan Rasulullah sedang dibagi-bagikan dan kalian sedang
di sini tidak pergi kesana dan mengambil bagian kalian?! Mereka berkata:
Dimana warisan itu?! Abu Hurairah berkata: Di dalam Masjid, pergilah
segera ke Masjid, kemudian Abu Hurairah tetap tinggal di pasar hingga
mereka kembali, kemudian berkata: Apa yang telah kalian dapatkan?!
Mereka berkata: Wahai Abu Hurairah! Kami telah datang dan masuk ke
masjid, dan kami tidak melihat sesuatu apapun yang sedang
dibagi-bagikan! Maka Abu Hurairah berkata kepada mereka: Apakah kalian
tidak melihat seorangpun di masjid?! Mereka berkata: Iya benar kami
melihat sekumpulan orang yang sedang sholat, dan sekumpulan lagi sedang
membaca al-Qur'an dan sekumpulan yang lain sedang saling mengingatkan
tentang halal dan haram! Kemudian Abu Hurairah berkata kepada mereka:
Celakalah kalian, itulah warisan Muhammad –shollallahu alaihi wa
sallam-".
Ini adalah maksud Nabi –alahi
ash-Sholatu wa as-Salam- tentang warisan para Nabi, karena para Nabi
tidak mewariskan dinar dan juga bukan dirham, akan tetapi mewariskan
ilmu, maka jika bagian seorang hamba dari ilmu itu semakin besar maka
semakin besarlah bagiannya dari warisan kenabian
Dan hadis dari Muawiyah dalam kita Shohih Bukhari dan Shohih Muslim, Bahwa Nabi –shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Barangsiapa yang Allah kehendaki pada dirinya kebaikan maka Allah akan fahamkan pada dirinya agama Islam"
Perkataan beliau خَيْرًا disebutkan
dengan nakirah, mengandung makna pengagungan, tingginya pahala dan
bekas bagi mereka yang paham agama. Untuk itu masuknya seorang muslim
dalam jalan menuju tholabul ilmi dan jalan yang ditempuh untuk
mendapatkan ilmu, ini merupakan tanda-tanda dari Allah –subhanahu wa
ta'ala- akan adanya kebaikan bagi dirinya.
Ibnu Qoyyim berkata: "maka yang dimaksud
dengan paham ilmu agama, mengharuskan beramal, adapun jika hanya ilmu
saja tanpa beramal, maka tidaklah menunjukkan yang berilmu tadi akan
mendapatkan kebaikan".
Maknanya faham agama dan mengamalkannya,
yang dimaksud dengan faham agama adalah mengangkat kebodohan dari
dirinya, dan mempraktekkan penyembahan kepada Allah –subhanahu wa
ta'ala- di atas petunjuk, di atas cahaya Allah –tabaraka wa ta'ala-
apabila dengan sifat/ciri tersebut maka keharusan baginya mendapat
kebaikan.
Perkataan Ibnu Qoyyim: adapun jika hanya
ilmu saja tanpa beramal, maka tidaklah menunjukkan yang berilmu tadi
akan mendapatkan kebaikan, meskipun tatkala itu faham agama/berilmu
menjadi syarat untuk mendapatkan kebaikan, dan meski pada awalnya wajib"
Berilmu dimaksudkan untuk beramal, dan
dimaksudkan amal itu untuk melaksanakan penyembahan kepada Allah
–subhanahu wa ta'ala- maka hal itu diutamakan, dimulai dari berilmu agar
amal dan peribadahan, ketaaatan, pendekatan kepada Allah –subhanahu wa
ta'ala- di atas petunjuk, di atas ilmu yang bermanfaat, di atas pondasi
yang benar, di dasari dari kitab Allah (al-Qur'an) dan sunnah Nabi-Nya
–shollallahu alaihi wa sallam-.
Dalam hal ini al-Khotib al-Baghdadi –rahimahullah- mengarang sebuah tulisan yang sangat agung dengan judul "Iqtidho al-Ilmi al-Amal" mencakup sekumpulan nash-nash dan atsar-atsar yang agung berkenaan dengan bab yang mulia.
"Iqtidho al-Ilmi al-Amal"
maknanya bahwa maksud dari ilmu itu adalah beramal, dan pelaksanaan
penyembahan kepada Allah, melaksanakan penyembahan tersebut di atas
petunjuk ilmu. Jika seorang hamba yang mempunyai ilmu namun tidak
beramal, belum melaksanakan penyembahan kepada Allah, dan juga
sebaliknya jika dia beramal tanpa ilmu, juga belum melaksanakan
penyembahan.
Maka tidaklah penyembahan terhadap Allah
itu terlaksana kecuali dengan dua hal: dengan ilmu yang bermanfaat, dan
dengan amal sholeh, sebagaimana firman Allah –azza wa jalla-
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar"
Al-Huda disini ilmu yang bermanfaat dan dinul haq adalah amal sholeh yang mendekatkan diri kepada Allah –azza wa jalla-.
Dalam rangka inilah Nabi –shollallahu alaihi wa sallam- kita diutus dan juga seluruh Nabi.
[1] Dialihbahasakan dari kitab Prof. DR. Syaikh Abdurrozzaq al-Badr –hafidhohulloh- dengan judul Tsamratu al-Ilmi wa al-Amal oleh Abdul Muhsin Maryono
Sumber : http://majalahislami.com/2010/10/buahnya-ilmu-dan-amal/
Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
mkaruk@bismillah.com
--- On Mon, 11/29/10, Tatang muttaqin <Tatangm@...........> wrote:
From: Tatang muttaqin <Tatang........>
Subject: [JARKOM PERSIS] Fw: BERCERMIN DARI PENDIDIKAN DAN BUDAYA BACA JEPANG
To: jejaring-persis@yahoogroups.com
Date: Monday, November 29, 2010, 6:01 PM
Sohibs sekalian yang budiman,
Terlampir "catatan" di sela-sela menunggu cucian kemarin sebelum saya menikmati ANA Airline ke Hiroshima. Tentu jauh dari memadai namun setidaknya mencoba memotret secara garis besar. Tulisan ini dibuat untuk merespon permintaan Kang Udo Yamin namun tidak ada salahnya jika saya share untuk sahabat sekalian.
Salam hangat, Tatang
Sekedar berbagi dan semoga bermanfaat.
Salam, Tatang
Cogito ergo sum, "Saya berpikir maka saya ada". Itulah ungkapan terkenal filusuf dan ahli matematika Perancis yang lahir di La Haye-lah, Rene Descartes (1596-1650) yang namanya diabadikan menjadi Universitas Paris V (Université Paris Descartes Paris V). Frase inilah yang menjadi elemen dasar filsafat Barat. Jika Barat menonjol dengan kosa kata berpikir maka Jepang menonjol dengan kosa kata baca sehingga membaca menjadi bagian hidup (way of life) Bangsa Jepang sehingga hampir di semua kesempatan warga Jepang tak pernah lepas dari membaca, "lego ergo sum, saya baca maka saya ada" karena agar berpikir benar diperlukan rujukan untuk selanjutnya menjadi tulisan sehingga mencapai budaya "saya menulis maka saya ada, scribo ergo sum.
Budaya baca Jepang memang sudah masyhur di semua kalangan sehingga tak perlu dijelaskan lagi. Bagaimana budaya baca ini diinternalisasikan sehingga menjadi kebiasaan massif yang pada akhirnya mendarah-daging dan membudaya. Untuk memotretnya, saya berusaha menyerap beragam sumber sekunder sarupaning artikel, buku, dan beragam tayangan televisi. Untuk menghindari mispersepsi terhadap teks dan tayangan yang tersebar, saya mencoba mendiskusikannya dengan beberapa warga Jepang (man on the street), serta tak lupa mencari rujukan beragam kebijakan pemerintah serta mengkonfirmasinya ke pihak berkompeten semisal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jepang (MEXT).
Tentu saja ikhtiar ini belum sepenuhnya mampu menggambarkan realitas budaya baca Jepang sebagaimana adanya sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bias, mispersepsi dan distorsi. Itulah limitasi sebuah potret yang dicoba saya tampilkan.
Setelah hancur lebur dan dilucuti sebagai konsekuensi kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang segera menata diri untuk melakukan recovery sehingga dalam waktu hanya 40 tahun mampu menjadi penyeimbang keadikuasan Amerika Serikat dalam bidang ekonomi dan pencapaian kemajuan teknologi sehingga beragam perusahaan raksasa dunia lahir dari Jepang sehingga mantan Direktur "Hudson Research Institute" di New York, Herman Khan sejak lama memprediksikan bahwa the 21st Ceuntry will likely become the Japanese Century atau setidaknya, abad ke-21 akan menjadi abad Amerika-Jepang, di mana Amerika akan memegang peranan utama di bidang militer dan ekonomi, sementara di pihak lain Jepang tampil sebagai kekuatan ekonomi atau dalam istilah buku Prof. Ezra Vogel "Japan As Number One. Lessons for America". Bahkan dalam Japan Times, 28 Februari 1981, futurolog masyhur, Alvin Toffler menyebutnya dengan tajuk "Japan's Secret: Face Future Without Fear. Ala kulli hal,
hampir semua bersepakat bahwa Jepang menjadi negara Asia pertama yang setingkat kemajuan Barat sekalipun seperti halnya negara maju lainnya pemerintah Jepang saat ini mengalami "masalah besar" berupa melonjaknya utang negara.
Di samping keuletan, etos kerja, sikap disiplin bangsa Jepang dan kemampuannya menangkap tanda-tanda zaman, seorang pemerhati Jepang Arifin Bey dalam "Peranan Jepang dalam Pasca Abad Amerika" (1990) menyebut dua faktor penting kemajuan Jepang, yaitu: (1) perhatian besar yang diberikan pada pendidikan; dan (2) terdapatnya suatu scientific spirit yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat Jepang. Faktor penting pertama telah memiliki lndasan yang kuat sejak era Reformasi Meiji lebih dari seabad lalu yang memberikan perhatian istimewa pada dunia pendidikan, bahkan jika ditelusuri lebih apik jauh sebelum Restorasi Meiji, pendidikan telah mendapat perhatian yang tinggi sehingga tercatat ada sekira 50.000 'terakoya' (sekolah yang diadakan di salah satu ruang tempat ibadah mirip 'pondok pesantren') untuk rakyat biasa; 300 buah sekolah untuk para Samurai, serta sekitar 1000 sekolah yang dimasuki Samurai maupun rakyat biasa. Restorasi Meiji menjadi
rujukan perubahan Jepang sebagaimana dijelaskan oleh Mitsuhiro FUKUZAWA dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MEXT) dan dikonfirmasi oleh Jun ARAKAWA dari Mitsubishi UFJ Research & Consulting (MURC), serta diamini Atsuko YAMADA dari JICA.
Di era Reformasi Meiji melalui slogan 'fukuko kyoohei' atau 'negara yang makmur dan pertahanan yang kuat', Jepang segera mendirikan Kementerian Pendidikan pada tahun 1817 yang merancang program pendidikan nasional yang berlaku di semua kabupaten/kota. Enam dasa warsa selanjutnya, tepatnya tahun 1877, Universitas Tokyo berdiri sebagai gabungan tiga sekolah shogun di Tokugawa, yaitu: (1) Akademi Kong Fu Tse (kemudian dihapuskan); (2) Fakultas Kedokteran; dan (3) Fakultas Pengetahuan Asing.
Adapun faktor 'scientific spirit' yang merata hampir di semua masyarakat Jepang berakar dari nilai keagamaan, yaitu 'kagaku shinkoo' atau 'agama sains' yang termanifestasikan dalam wujud minat baca masyarakat terhadap bidang sains dan teknologi yang terus mengalami peningkatan. Pertemuan budaya sains dan teknologi yang mengakar pada masyarakat Jepang dengan pilihan kebijakan yang tepat dari pemerintah menjadi kunci massif dan intensifnya budaya baca. Pilihan kebijakan negara tersermin di saat kalah dalam Perang Dunia II, Kaisar Jepang langsung mendata berapa jumlah sekolah dan guru yang tersisa dan menetapkan pendidikan sebagai prioritas pembangunan utama dibanding dengan bidang-bidang lainnya sehingga angka partisipasi pendidikan (AP) dasar dan menengah mencapai 100% dan AP perguruan tinggi mencapai 60%.
Pada tahun 1958 Jepang juga mencanangkan pembebasan dari ketergantungan impor dan menjadi negara mandiri dalam memproduksi dengan berbasis sains dan teknologi. Bersamaan dengan itu sosialisasi dan pendidikan sains dan teknologi pada masyarakatnya mulai gencar ditanamkan. Pada saat bersamaan mulai diterapkan pendidikan iptek sejak dini lewat pendidikan formal dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Semangat untuk meneliti sudah ditanamkan sejak SD dengan memanfaatkan musim libur panjang bagi murid-muridnya untuk melakukan sebuah penelitian bertema bebas sebagai pekerjaan rumah. Pada tingkat SLTP-SLTA, para guru ilmu alam dituntut menyerahkan proposal penelitian yang bisa dilaksanakan secara kolektif satu kelas.
Jika ditelusuri lebih jauh, tradisi keilmuan Jepang tak dapat dilepaskan dari ide-ide budaya ketimuran, khususnya Cina sehingga nampak suatu kesatuan yang utuh antara aspek spiritual, ilmu dan teknologi sebagaimana terekam dalam teks-teks tradisi Taoisme dan Kong Fu Tse; seperti dalam Daode-Jing (The Way and Its Value) dan I-Jing (The Books of Change). Jika Daode-Jing memandang alam pada prinsipnya dari sisi metafisis, pembahasan dalam I-Jing lebih bersifat prinsip-prinsip ilmiah yang lebih detail tentang bagaimana alam bekerja dan berjalan.
Untuk menjamin konsistensi pelaksanaan kebijakan, pemerintah dengan payung hukum Goverment Policy Evaluation Act (Act No. 86/2001) melakukan evaluasi dan pengendalian. Setiap kementerian harus memiliki misi dan strategi atau semacam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementeian yang ditetapkan Menteri terkait untuk menjadi rujukan dalam evaluasi kinerja kementeriannya. Dalam RENSTRA, Kementerian MEXT memiliki 13 policy target yang dioperasionalisasikan melalui implementation target. Terkait budaya baca, nampak sekali sekalipun sudah membudaya, pemerintah Jepang tepat menempatkan pada posisi prioritas tertinggi, yaitu policy target 1. Realization of a lifelong learning society yang diarahkan untuk merealisasikan sebuah masyarakat, di mana semua warganya dapat terus belajar dalam setiap kesempatan dan tempat selamat hayatnya serta memanfaatkannya pengalaman dan pengetahuannya secara baik dan tepat guna. Tujuan tersebut dicapai melalui 5 implement target, yaitu:
(1) mempromosikan standar pengukuran reformasi pendidikan; (2) perluasan kesempatan belajar sepanjang hayat; (3) meningkatkan keterampilan pendidikan di dalam komunitas; (4) meningkatkan keterampilan pendidikan dalam rumah tangga; dan (5) mempromosikan pendidikan da pembeljaran melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Di samping dalam policy target, tersebut ada juga fasilitasi dan dukungan dalam policy target 7. Comprehensive promotion of science and tehcnology/academic policy melalui implementation target 7.1. Mendorong sumberdaya manusia yang senantiasa berinteraksi dengan iptek dan merangrang masyarakat untuk terus tertarik dalam iptek.
Sinergi berbagai sektor dalam mendukung budaya baca sebagaimana digariskan dalam target policy terlihat dari dukungan infrastuktur yang memadai untuk melakukan pembelajaran sepanjang hayat sehingga di manapun dapat membaca dan belajar dengan aman dan relatif nyaman semisal sistem transportasi massal yang memungkinkan warga membaca buku dalam bis dan juga kereta bawah tanah (subway), serta berbagai ruang publik lainnya semisal pusat pembelanjaan, lapangan orang raga dan beragam pusat aktivitas komunitas lainnya.
Makro sistem lain yang tak kalah pentingnya adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. The Asahi Shimbun misalnya, merupakan salah satu koran terbesar yang selalu memberikan informasi tentang perkembangan sains yang diterbitkan secara popular sehingga terasa renyah dan enak dibaca. Televisi publiknya, yaitu Nippon Housou Kyoku atau yang populer dengan NHK juga menyediakan slot khusus pendidikan, yaitu Nippon Housou Kyoku Kyouiku Terebi, atau NHK Education TV yand didesain untuk peningkatan pendidikan dan pengetahuan masyarakat Jepang. Di samping TV publik, semua TV swasta juga menyajikan beragam acara yang bernuansa ilmiah atau sains dan teknologi, bahkan hampir semua tayangan TV dalam prime time yang paling diminati pengiklan karena banyak ditonton diisi dengan penyampaian beragam mata pelajaran sains sekolah yang jauh berbeda dengan di Indonesia, prime time ini merupakan rebutan beragam acara hiburan sarupaning sinetron, reality show atau
sekedar infotainment.
Bagaimana dengan Indonesia?
Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sehingga jika dilacak pada sumber mata airnya, spirit dasar way of life Indonesia bermuara pada nilai-nilai Islam yang tersurat dalam Al-Quran. Dilihat dari perspektif Al-Quran, perintah membaca atau iqra merupakan pesan Allah yang pertama untuk Nabi Muhammad SAW sehingga sejatinya seorang muslim mendasarkan kehidupannya pada membaca dan belajar sepanjang hayat, sejak lahir sampai tutup usia sebagaimana firman Allah "Bacalah.., Dia yang mengajar manusia dengan perantaraan pena". (Qur'an surat 96:1-5).
Pembacaan terhadap "buku kecil" Al-Quran dan "buku besar" berupa alam semesta akan melahirkan beragam ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga manusia berpotensi menjadi khalifah (pemimpin) dimuka bumi "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi"(Qur'an surat 2:30). Dengan "Ilmu" manusia dapat mengenal Tuhan, "Dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata, Tuhan tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia" (Qur'an surat 3: 191). Secara ajaran, Islam benar-benar sempurna dengan memandang "Ilmu" sebagai kesatuan utuh yang bersifat holistik, suatu pendekatan yang mengaitkan dunia nyata dengan aspek nilai-nilai spritual. Dengan demikian, falsafah ilmu pengetahuan umat Islam harus bersifat holistic, yang bersumber pada ajaran ketuhanan dan keteraturan alam semesta.
Adalah menjadi ganjil ketika pesan Tuhannya memerintahkan membaca termasuk didalamnya berpikir namun masyarakatnya terlanjur melompat budaya konsumerisme tak terperikan sehingga tiada waktu tanpa berbelanja dan tidak ada ruang yang lebih baik selain mal. Jika ini yang terjadi, maka kita semakin jauh dari "lego ergo sum, saya baca maka saya ada" untuk selanjutnya "saya berpikir maka saya ada, cogito ergo sum" dan mendokumentasikannya sehingga menjadi "saya menulis maka saya ada, scribo ergo sum" yang ada justru "saya berbelanja maka saya ada, Emo Ergo, Sum" sehingga tempat pembelanjaan paling banyak ada di Indonesia, orang yang paling sering belanja di luar negeri juga orang Indonesia dan waktu terbanyak juga untuk berbelanja sehingga malam sekalipun tetap belanja dengan maraknya fenomena Midnight sale.
Penguasaan iptek (knowledge) oleh umat Islam menjadi tak terhindarkan dan membaca dan berpikir menjadi titik berangkatnya untuk mencapai kejayaan dan kemakmuran. Seorang pakar dari Massachuset Institute of Technology (MIT), Lester Thurow menegaskan bahwa kemakmuran suatu negara ditentukan terutama oleh brainpower and imagination, invention and the organization of new technologies. Dengan kata lain "knowledge" akan merupakan basis baru bagi kesejahteraan suatu bangsa.
Untuk itu perlu dilakukan ikhtiar sebagai berikut: (1) memastikan pelaksanaan pembelajaran sepanjang hayat dalam upaya penguasaan sains dan teknologi bagi masyarakat sejak di usia dini sampai perguruan tinggi bahkan sampai akhir hayat; (2) advokasi, sosialisasi dan internalisasi budaya belajar sepanjang hayat melalui beragam pranata sosial dan kemasyarakatan, keluarga dan media massa sehingga semuanya berkontribusi terhadap peningkatan informasi di bidang sains dan teknologi; (3) Memastikan anggaran yang memadai untuk pendidikan dan memastikan pemanfaatannya secara efektif dan efesien; (4) mensinergikan upaya pembelajaran sepanjang hayat dengan berbagai kebijakan dan penyediaan teknologi informasi dan komunikasi sehingga pembelajaran dapat dilakukan tanpa terkendala ruang, jarak dan waktu termasuk kemudahan dan keterjangkauan dalam mengakses digital library merupakan solusi yang sangat membantu karena akan menghilangkan kendala geografis yang selama
ini merupakan masalah utama dalam mencari sumber informasi dan rujukan ilmiah.
Nishihara Tokyo, 28 November 2010
.
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment