Advertising

Sunday 28 August 2011

[wanita-muslimah] Berakhirnya Ramadan

 


Senin, 29 Agustus 2011
Berakhirnya Ramadan

Oleh: H.Muh. Nur Abdurrahan (Anggota Majelis Pengkajian MUI Sulsel)

Takwa memberikan bekas di dalam jiwa. Takwa melahirkan potensi sifat-sifat yang baik, yang dapat menumbuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri dari segi negatifnya penguasaan dan perebutan serta ketamakan dalam bidang harta dan ekonomi. Takwa menumbuhkan potensi mengendalikan diri dari kecenderungan pada demoralisasi. Takwa

mampu menghiasi tingkah laku menjadi indah dan sejuk dalam pergaulan sesama manusia.

Puasa meningkatkan iman ke derajat takwa Rasulullah saw bersabda: Man Shaama Ramadhaana Iymaanan wa htisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbihi. Barang siapa berpuasa Ramadan dengan iman dan menghisab diri, maka diampuni dosanya yang telah lewat.

Berpuasa Ramadan, berpuasa dengan sungguh-sungguh, yaitu atas landasan iman dan menghisab diri, introspeksi. Hasilnya mendapatkan anugerah Allah yang tidak sedikit: mendapatkan ampunan Allah, bersih dari dosa. Itu artinya meninggalkan bulan Ramadan memasuki 1 Syawal, kembali ke fitrah semula, Idulfitri. Inilah makna Hari Raya

Idulfitri.

Ibadah puasa menjadi pembentuk jiwa yang ikhlas, penempa jujur dan perangai yang mulia, pengikis riya, pembersih dari semua akhlak yang rendah. Bukankah ibadah puasa mengangkat derajat orang beriman ke derajat yang mulia yaitu derajat takwa?

Yaa-ayyuha lladziyna aamanuw kutiba 'alaykumu sh-shiyaamu kamaa kutiba 'ala lladziyna min qablikum la'allakum tattaquwna. Hai orang-orang beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa, seperti telah diwajibkan atas mereka sebelum kamu, supaya kamu bertakwa (S.AlBaqarah, 2:183).

Beriman itu penting tetapi belum cukup. Harus diikuti dengan beramal saleh. Dalam Alquran kedua ungkapan itu disebut bergandengan: Aamanuw wa 'amilu sh-shaalihaat, beriman dan beramal saleh (S. Al'Ashr, 3; S.AtTiyn, 6). Dalam Alquran dan Hadits iman tidak pernah dirangkaikan dengan takwa menjadi: iman dan takwa. Mengapa? Iman dan takwa terkesan iman sederajat dengan takwa, padahal seperti dijelaskan dalam ayat (2:183) bahwa ibadah puasa mengangkat derajat orang beriman ke derajat yang mulia yaitu derajat takwa, takwa lebih tinggi derajatnya dari iman.

Yang dirangkaikan dalam Alquran adalah beriman dan bertaqwa: Walaw annahum amanuw wattaqaw lamatsuwbatun min 'indi Llaahi khayrun law kaana ya'lamuwna (S. Al Baqarah, 2:103). Kalau mereka beriman dan bertakwa, sesungguhnya pahala dari sisi Allah lebih baik, jika mereka mengetahui.

Ayat ini menjelaskan yaitu dalam konteks mendapatkan pahala di sisi Allah bahwa orang beriman yang belum bertakwa dan orang yang bertakwa masing-masing mendapatkan pahala dari sisi Allah swt.

Walaw anna ahla l-quraa aamanuw wattaquw lafatahnaa 'alayhim barakaatin mina s-samaai wa l-ardhi (S. Al A'raaf, 7:96). Kalau penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya kami tumpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi.

Ayat ini menjelaskan dalam konteks barakah untuk sebuah negeri yang di dalamnya terdapat kelompok orang-orang beriman yang belum bertakwa dan kelompok orang-orang bertakwa.

Orang-orang bertakwa senantiasa memelihara Alquran sebagai petunjuk baginya, di kala isme-isme: sekularisme, positivisme, modernisme dan post modernisme ingin unggul merebut pasaran. Mereka yang selalu sujud dan ingat kepada Allah di tengah-tengah arogansi intelektual dan kecongkakan pergaulan. Mereka yang senantiasa

mensyukuri karunia nikmat Ilahi dengan membayarkan zakatnya, mengeluarkan infaq dan sadaqahnya kepada kaum yang lemah, dhuafa, fukara dan masakin di tengah-tengah manusia tamak egois. Mereka yang senantiasa terpelihara dari segala macam malapetaka. Bukankah takwa yang akar katanya dibentuk oleh huruf-huruf: waw, qaf, ya [WQY] berarti terpelihara? Mereka inilah yang mendapat predikat: Hudan min rabbihim dan muflihuwna, di atas jalur Petunjuk Maha Pengatur dan para pemenang (S.AlBaqarah, 2:5)

***

Berakhirnya Ramadan, bukanlah akhir dari perjuangan. Kita akan menempuh perjuangan hidup sebelas bulan untuk tiba lagi dalam bulan Ramadan berikutnya. Pada 1 Syawal ibarat kita telah mendapatkan sertifikat selesai training, bukan ijazah. Hanya sekadar semacam sertifikat telah menjalani kursus Ramadan, yang tidak menjamin apakah kursus Ramadan kita telah berhasil menjadikan kita manusia yang berkualitas. Apakah kita telah berhasil? Apa tolok ukurnya?

Allah telah memberikan tolok ukur kelulusan dalam kursus Ramadan. Dalam ayat terakhir dari paket 8 ayat tentang puasa Ramadan, Allah berfirman: Wa laa ta'kuluw amwaalakum baynakum bi l-baathili wa tudluw biha ila l-hukkaami lita'kuluw fariyqan min amwaali n-nasi bi l-itsmi wa antum ta'lamuwna. Dan janganlah kamu makan harta benda di antara kamu sekalian dengan jalan bathil dan (janganlah) kamu membawanya ke hadapan hakim untuk dapat melahap sebagian dari harta benda orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahuinya (S. AlBaqarah, 2:188).

Itulah tolok ukur dalam menilai hasil puasa kita yang baru saja selesai, untuk perjuangan hidup sebelas bulan mendatang mengendalikan nafsun ammarah, memelihara diri dari:

Pertama, makan harta benda dengan jalan bathil, yaitu korupsi. Kedua, melahap harta orang lain dengan jalan bathil melalui pengadilan. Seumpama tanah yang ditinggali/diwarisi turun temurun puluhan tahun oleh sekelompok masyarakat. Mereka tidak memiliki sertifikat atas tanah itu karena buta hukum.

Developer yang jeli matanya melihat bahwa tanah itu bagus untuk lapangan golf, ataupun kawasan pariwisata, berkolusi dengan oknum pejabat birokrat sehingga mendapatkan dokumen resmi formal normatif atas tanah itu. Terjadilah sengketa tanah antara masyarakat pemukim tanah dengan pemegang dokumen resmi. Dibawalah ke pengadilan. Di pengadilan kedudukan masyarakat lemah secara hukum, ibarat berebut badik, masyarakat memegang mata badik, pemegang dokumen resmi memegang gagangnya.

Maka dimusnahkanlah tanaman sayur-sayuran, kebun-kebun dibuldozer, para petani digusur dan kebun-kebun menjadilah lapangan golf. Maka berdirilah fasilitas-fasilitas pariwisata. Inilah proses secara modern dalam teknik menguasai tanah. Inilah yang disebut makan harta orang lain dengan jalan bathil melalui pengadilan, padahal ia mengetahui bahwa itu perbuatan dosa. WaLlahu a'lamu bishshawab.
http://www.fajar.co.id/read-20110828224201-berakhirnya-ramadan

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE
There's one number you should know, your Credit Score. freecreditscore.com.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment