Rupanya misionaris agama yang membenarkan dan menghalalkan bunuh diri yang disebutnya sebagai "jihad" dan bom syahid itu masih belum puas menebar nyanyian kaset rusak. Diulang-ulangnya fitnah, tuduhan dan pendiskreditan kepada Ahmadiyah oleh misionaris HMNA itu.
Saya teruskan dan penjelasannya di bawah.
--- In wanita-muslimah@
> Selanjutnya saya akan melayani Syaeful Uyun berdasarkan Al Quran dan dari pulikasi Ahmadiyah Qadiyan sendiri, bukan dari tulisan non-Ahmadi.
>
> Since the death of Mirza Ghulam Ahmad Baig Qadiyani in 1908 his followers have been editing out some of the material written by him. Some of the quotes were taken from Qadiyani magazines or newspapers published after the death of Mirza.
Misionaris HMNA ini ternyata juara ngibul. Yang berbahasa Inggris itu tulisan siapa, mana buktinya tulisan itu berasal dari publikasi Ahmadiyah semdiri, bukan dari tulisan non-Ahmadi.
Mana? Ayuh buktikan.
> "I saw in my dream that I am Allah and I believed, no doubt I am the one who created the heaven." Aina-e-Kamalat, p.564.
Tulisan tersebut adalah hasil olah metode mutilasi dan rekayasa. Berikut adalah redaksi lengkapnya dengan terjemahan resmi berbahasa Inggris dari Ahmadiyah:
"In a vision I saw that I myself was God and believed myself to be such. I felt that I had no will or thought or action of my own left, and that I had become like something which was being completely overpowered by something else that had absorbed me wholly so that my own being had completely disappeared. I saw the divine spirit envelop my soul and covering my body hide me completely in itself so that not a particle of me remained. I beheld myself as if all my limbs had become His, my eyes had become His eyes, my ears had become His ears and my tongue had become His tongue. My Lord seized me with such great force that I disappeared in Him and I felt that His power was surging in me and that His divinity was coursing through me. The Lord of honor then set His camp around my heart and the Lord of power ground down my soul so that there was no more of me nor any desire of mine left. My whole structure was demolished and only the structure of the Lord of the universe remained visible. The Divine overcame me with such force that I was drawn to Him from the hair of my head to the nails of my toes. Then I became all spirit which had no body and became an oil which had no dregs. I was separated completely from my ego and I became like something which was not visible or like a drop which had become merged in the ocean so that the ocean comprehended it in its vastness. I no longer knew what I had been before nor what my being was. Divinity coursed through my veins and muscles. I was completely lost to myself and God Almighty employed my limbs for His purpose and took possession of me with such force that nothing exceeded it. By this seizure I became non existent. I believed that my limbs had become God's limbs and I imagined that I had discarded my own being and had departed from my existence, and that no associate or claimant had remained as an obstruction. God Almighty entered wholly into my being and my anger and my gentleness, and my bitterness and my sweetness and my movement and my inertness all became His. In this condition I said: I desire a new universe, a new heaven and a new earth..."
[Terjemahan bebas: "Dalam sebuah kasyaf saya melihat diriku menjadi Tuhan dan percaya diriku menjadi seperti itu. Saya merasa bahwa saya tidak lagi memiliki keinginan atau pemikiran atau tindakan dari diri saya sendiri, dan karenanya saya menjadi seperti sesuatu yang benar-benar sedang dipengaruhi oleh sesuatu yang lain yang telah menarik saya seutuhnya sehingga diri saya benar-benar menjadi sirna. Saya melihat spirit ketuhanan membungkus jiwaku dan menutupi jasadku benar-benar tersembunyi di dalamnya sehingga tidak tersisa sebuah partikel pun dari diriku. Saya melihat diri saya seolah-olah semua anggota jasad saya menjadi diri-Nya, mataku menjadi mata-Nya, telingaku menjadi telinga-Nya, lidahku menjadi lidah-Nya. Tuhan saya menggunakan saya dengan kekuatan yang besar itu sehingga saya sirna di dalam diri-Nya dan saya merasa kekuatan-Nya bergelora dalam diriku dan sifat ketuhanan-Nya mengalir melewatiku
Tuhan Yang Maha Perkasa masuk seutuhnya ke dalam diriku dan kemarahanku dan kelemah-lembutanku, dan kebencianku dan keramahanku dan gerakanku dan ketakberdayaanku semua menjadi Dia. Dalam keadaan ini saya katakan: Saya menginginkan sebuah semesta baru, sebuah langit baru dan sebuah bumi baru
"] (Kitabul- Bariyya, pp. 78-79)
"It was conveyed to me when God Almighty determines to create a man He creates the heaven and the earth and all which is necessary in six days and creates Adam towards the end of the sixth day. This is His settled way. It was also conveyed to me that the creation of a new heaven and a new earth which I saw in my vision indicated heavenly and earthly support and provision of appropriate means for the achievement of the true purpose and the bringing into being of people with natures fitted to make them righteous. It was also conveyed to me that God commands everyone with the appropriate nature to become ready to help His servant and run to him."
[Terjemahan bebas: "Telah disampaikan kepadaku, ketika Tuhan Yang Maha Perkasa menetapkan untuk menciptakan manusia, Dia menciptakan langit dan bumi dan semua yang diperlukan dalam enam hari dan menciptakan Adam pada akhir hari ke enam. Inilah cara penyelesaian penciptaan-Nya. Hal itu juga disampaikan kepadaku bahwa penciptaan sebuah langit baru dan bumi baru yang saya lihat dalam kasyaf mengindikasikan dukungan langit dan bumi
"] (Ayena Kamalat-e-Islam, pp. 554-556)
Pemandangan yang dilihat dalam mimpi dan kemudian mimpi itu dianggap sebagai suatu kejadian lahiriyah adalah suatu ketunaan ilmu. Dalam kitab Ta'tirul-Anam fi Ta'biril-Manam hlm. 9, sebuah kitab yang terbaik dalam tafsir mimpi karya Allamah Sayyid Abdul Ghani An-Nablusi menjelaskan:
"Seseorang yang melihat dalam mimpi bahwa ia seolah-olah menjadi Tuhan, maka artinya ialah Allah subhanahu wa ta'ala akan segera menyampaikannya ke jalan yang benar."
Jadi, mimpi Mirza Ghulam Ahmad itu mengandung arti seperti keterangan tersebut, sehingga ia bukanlah Tuhan.
Makna mimpi beliau itu senada dengan makna mimpi Hadhrat Yusuf a.s.
Nabi Yusuf a.s. bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan yang semuanya bersujud kepadanya (QS. 12:4). Bukankah bintang, matahari dan bulan adalah ciptaan Tuhan? Bukankah semua ciptaan Tuhan harus bersujud kepada Tuhan? Apakah kemudian para penentang itu berani mengkritik dan mengatakan bahwa Hz. Yusuf adalah Tuhan?
Jadi, pada ayat selanjutnya yaitu QS. 12:6 - sesuai dengan keterangan Sayyid Abdul Ghani di atas - setelah mimpinya itu Allah kemudian menegaskan bahwa Hadhrat Yusuf a.s. akan mendapatkan jalan yang benar, yaitu Allah memilih Yusuf sebagai nabi/rasul-Nya dan diajarkannya ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan ni'mat-Nya kepada Yusuf.
Demikian pula Mirza Ghulam Ahmad telah diajarkan oleh Allah mengenai mengenai ta'bir mimpinya itu, beliau menjelaskan:
"Kami tidak memaknakan peristiwa itu sebagaimana yang dimaknakan dalam kitab-kitab para pengikut wahdatul wujud [berpaham aku sendiri adalah Tuhan], dan kami tidak memaknakan hal itu seperti pendapat para Hululiyin [berpaham Tuhan menitis dalam diriku], bahkan peristiwa itu sesuai dengan Hadits Bukhari tentang penjelasan martabat hamba-hamba Allah yang shaleh yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan melakukan ibadah nafal."
Hadits Bukhari yang dimaksud adalah:
"Seorang hamba-Ku yang senantiasa berusaha mendekat kepada-Ku dengan mengerjakan ibadah nafal sehingga Aku mencintainya, apabila Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi matanya...; Aku akan menjadi telinganya..
Jadi, cukuplah penjelasan soal mimpi Hz. Ahmad a.s. itu untuk orang-orang yang dengan mudahnya mengkritik dan menghujat, tetapi tuna ilmu keruhanian.
> " Every one can rise to the highest status, he can even surpass the status of Muhammad, the Messenger of Allah." Al-Fadl Qadiyan, 17th July 1922.
Dalam aqidah Islam Ahmadiyah, tidak akan ada seorangpun (termasuk Mirza Ghulam Ahmad) yang dapat mencapai status/martabat yang setara dengan Nabi Muhammad s.a.w. Setara saja tidak mungkin, apalagi melebihinya.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menyatakan:
"Cahaya agung yang dianugerahkan kepada manusia yang paripurna tidak terdapat pada wujud malaikat, tidak pula pada bintang-kemintang, tidak pula pada sang rembulan, tidak pula pada sang surya. Cahaya itu tidak terdapat pula di samudra-samudra dan sungai-sungai di
dunia. Cahaya itu pula tidak terdapat di dalam batu-batu mirah delima atau yaqut atau zamrud atau permata nilam atau mutiara. Pendek kata, tidak terdapat di semua benda duniawi atau samawi. Hanyalah dalam diri sang manusia, yakni, di dalam diri manusia paripurna yang perwujudannya yang penuh, sempurna, tinggi lagi luhur adalah terdapat pada Majikan serta Junjungan kita, Penghulu segala nabi, Penghulu segala makhluk hidup, Muhammad Musthafa
shallallahu `alaihi wasallam. Jadi, cahaya itu dilimpahkan kepada manusia itu dan menurut urutan martabatnya, kepada seluruh pribadi yang sewarna dengannya, yakni, kepada orang-orang yang sampai pada kadar tertentu mengandung warna itu pula
Kemegahan setinggi-tingginya, sesempurna-sempurna
"Yang memiliki kemuliaan paling tinggi saat ini adalah dia yang bernama Musthafa. Dia adalah nabi golongan yang benar dan suci. Darinya mengalir kebenaran dengan deras. Dari wujudnya terpancar aroma kebenaran. Padanya berakhir segala kemuliaan nabi. Imam yang memiliki rupa suci dan perilaku yang suci." (Zia-ul-Haq, hlm. 4)
Imam Mahdi/Masih Mau'ud a.s. selanjutnya mejelaskan:
"Bagiku tidak mungkin meraih nikmat ini seandainya aku tidak mengikuti jalan yang ditempuh majikanku, anutanku, kebanggaan para anbiya, insan yang terbaik, Muhammad Musthafa s.a.w. Apa pun yang kuperoleh, telah diperoleh karena mentaatinya. Aku mengetahui dari
pengalaman pribadi dan berdasar ilmu yang sempurna bahwa siapa pun tidak dapat mencapai kedekatan kepada Tuhan tanpa mentaati nabi ini dan mustahil pula meraih makrifat yang sempurna. Sekarang aku beritahukan pula bahwa sesudah orang mentaati Rasulullah s.a.w.,
dengan sesungguh-sungguhny
sekarang layak memperoleh kecintaan yang semurni-murninya dan sempurna - kecintaan Ilahi. Semua nikmat ini diperoleh sebagai warisan berkat ketaatan kepada Rasulullah s.a.w." (Ruhani Khazain, jld. 22; Haqiqatul Wahyi, hlm. 24-25)
Jadi, cukuplah keterangan dari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sendiri mengenai ketinggian status/martabat Nabi Muhammad s.a.w. yang tidak dapat dilampaui oleh siapapun, termasuk oleh dirinya sendiri.
> Para penganut Ahmadiyah Qadiyan yang:
> 1. Meyakini Ghulam Ahmad itu, adalah Allah yang mencipta langit dan
> 2. Meyakini bahwa setiap orang dapat meningkat ke atas status yang setinggi-tingginya bahkan dapat melampaui Muhammad, Utusan Allah
> yang kedua butir itu diambil dari publikasi Qadiyani, itu lebih hebat dari kriteria kafir dalam S. Al-Maaidah, [5:17]. Maka percayalah bahwa MUI tidaklah gegabah mengeluarkan fatwa sesat bagi Qadianism.
Tulisan Anda sudah terbukti kepalsuan serta kebohongannya seperti yang saya jelaskan di atas.
Agar terus diingat bahwa dusta adalah dosa besar menurut ajaran Islam.
Salaam,
MAS
WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 31 Juli 2005
> [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> http://waii-
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment