Seperti Ayam Mati di Lumbung Padi
Oleh : Komaruddin Hidayat
Ini kisah singkat yang menarik untuk direnungkan.
Ada dua pemuda sedang duduk santai di tepi pantai. Keduanya menikmati indahnya
lautan yang membiru diterpa cahaya matahari sore menjelang petang. Mereka tak
habis-habisnya memuji keagungan dan kebesaran Allah. Mereka memuji laut yang
luas dan warnanya yang biru berkilauan, serta kandungan mutiaranya yang
termasyhur dan selalu dicari manusia, bahkan juga menjadi kebanggaan
permaisuri raja. Mahasuci Allah yang telah menciptakan alam semesta ini!
Kekaguman, ketakjuban, dan pujian dua pemuda tentang lautan tadi rupanya
didengar dua ekor ikan yang sedang berenang ke tepi pantai. Salah seekor di
antara mereka berkata, "Wah, ternyata manusia memuji-muji pantai dan lautan.
Mengapa kita tidak turut melihat, seperti apa indahnya lautan yang
dipuji-puji manusia." Ikan lainnya menyahut, "Ya, kata manusia tadi lautan juga
memiliki mutiara yang sangat indah dan mahal harganya, bahkan jadi kebanggaan
permaisuri raja." Kedua ekor ikan tadi pun sepakat untuk meneruskan perjalanan
dengan tujuan ingin menemukan dan menikmati indahnya dan luasnya lautan.
Demikianlah! Dua ekor ikan tadi terus saja berenang bermil-mil untuk menemukan
lautan yang telah dipuji-puji manusia. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu,
dari bulan ke bulan, bahkan tahunan, dua ekor ikan tadi merasa tidak menemukan
lautan sehingga akhirnya mati.
Cerita dua ekor ikan yang mencari lautan tadi menjadi renungan dan pelajaran
berharga bagi kita. Mungkinkah nasib kita seperti ikan tadi? Mereka sesungguhnya
sudah di dalam pelukan lautan yang begitu luas, indah, dan nyaman, namun keduanya
tidak mampu merasakan dan melihatnya.
Begitu indah dan kayanya nusantara ini, tetapi kita tidak bisa mensyukuri.
Tidak mampu menatap dengan hati jernih, pikiran cerdas dan tangan terampil, sehingga
rakyatnya jatuh miskin, para politisi dan pemimpinnya saling bersaing berebut kuasa dan
harta, dan secara perlahan namun pasti negara semakin miskin seiring dengan kematian
nurani dan akal sehat.
Tidak sekedar kemiskinan materi dan moralitas, jangan-jangan kita juga akan mengalami
krisis spiritual yang menjadi ruh kehidupan itu sendiri. Seperti halnya ikan dan lautan;
manusia hidup dalam jagat raya yang demikian luas dan penuh pesona serta selalu
menyediakan apa yang kita butuhkan. Masihkah kita bertanya adakah dan di manakah Tuhan
sebagaimana ikan akhirnya mati tanpa menemukan lautan? Akankah kita terus 'berenang'
seperti ikan yang mencari lautan, lalu mati tanpa menemukan lautan yang kita cari?
Jangan sampai kemiskinan harta, moral, intelektual, dan spiritual melanda para pemimpin kita
khususnya, agar nasib kita tidak seperti ayam mati di lumbung padi, atau semut di tumpukan gula,
atau bagaikan ikan yang tidak sanggup menatap indahnya dan luasnya lautan.
Semoga di bulan Ramadan Allah membukakan hati dan pikiran kita untuk merenung dan mensyukuri
anugerah-Nya berupa alam Indonesia yang indah dan kaya raya ini. - [lm-08/11]
[Diringkas dari "Seperti Ayam Mati di Lumbung Padi"
Oleh : Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]
----------------------------------------------------------
l.meilany
030811/03ramadhan1432h
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment