Advertising

Sunday 17 January 2010

Re: [wanita-muslimah] Bias Makna Fundamentalisme

kalau pembakaran gereja dan tempat ibadah lainnya di malaysia di sebabkan
fundamentalisme yang mana ya ?

apa karena amerika ? :))

2010/1/18 H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>

>
>
> Fyi
> Sekadar refreshing ttg fundamentalisme.
> Dari file lama
> Salam
> HMNA
>
> ----- Original Message -----
> From: A Fatih Syuhud
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> ;
> sabili@yahoogroups.com <sabili%40yahoogroups.com> ;
> assunnah@yahoogroups.com <assunnah%40yahoogroups.com>
> Sent: Monday, October 10, 2005 02:17
> Subject: [Sabili] Bias Makna Fundamentalisme
>
> Sumber:
> http://opini-pelita.blogspot.com/2005/09/bias-makna-fundamentalisme.html
>
> Bias Makna Fundamentalisme
>
> Harian Pelita, 23 September 2005
>
> Bias Makna Fundamentalisme
> Oleh A Fatih Syuhud
>
> Secara historik, istilah "fundamentalisme"
> diatribusikan pada sekte Protestan yang menganggap
> Injil bersifat absolut dan sempurna dalam arti literal
> dan, dengan demikiran, mempertanyakan satu kata yang
> ada dalam Injil dianggap dosa besar dan tak terampuni.
> Dalam konteks ini, Kamus Oxford mendefinisikan
> fundamentalisme sebagai "pemeliharaan secara ketat
> atas kepercayaan agama tradisional seperti
> kesempurnaan Injil dan penerimaan literal ajaran yang
> terkandung di dalamnya sebagai fundamental dalam
> pandangan Kristen Protestan". Julukan ini, walaupun
> dimaksudkan untuk menggarisbawahi ketaatan absolut
> kaum Protestan atas ajaran Injil, tidaklah dipakai
> untuk melecehkan.
>
> Konsep asal fundamentalisme itu sekarang menjadi
> bagian masa lalu. Selama lebih dari dua setengah
> dekade, interpretasi baru dari istilah ini menjadi
> populer. Fundamentalisme menjadi sinonim dengan
> ekstremisme dan radikalisme yang berakar dari
> intoleransi agama. Persepsi ini jelas tidak tepat dan
> menyesatkan karena fundamentalisme tidak dapat
> disejajarkan dengan esktrimisme dan radikalisme. Yang
> pertama bermakna ketaatan penuh pada ajaran-ajaran
> dasar agama yang dilakukan oleh para penganut taat
> suatu agama, sebaliknya makna kedua ditolak oleh
> seluruh penganut agama yang benar.
>
> Interpretasi fundamentalisme menjadi kontroversial
> karena ia jarang dipakai secara imparsial, objektif
> dan rasional. Aplikasi makna fundamentalisme esensinya
> berdasarkan pada apa yang dipahami dan dinyatakan oleh
> beberapa kelompok tingkat tinggi dari kalangan
> politisi, akademisi dan media. Di tengah terjadinya
> Islamofobia dan histeria antimuslim yang terjadi di
> sejumlah negara Barat, khususnya di AS, Israel dan
> Inggris, saat ini istilah fundamentalisme digunakan
> secara subjektif, selektif dan bias untuk melecehkan
> dan menjatuhkan Islam dan menggambarkannya sebagai
> ancaman pada peradaban Barat.
>
> Propaganda anti-Islam "fundamentalis" dan "militan"
> semakin meningkat sejak revolusi Iran pada 1979.
> Sejumlah pemimpin Barat dan akademisi serta kelompok
> media berpengaruh dengan penuh semangat berpartisipasi
> dalam usaha ini. Seperti yang dikatakan Presiden AS
> Richard Nixon, "Fundamentalisme Islam telah mengganti
> komunisme sebagai instrumen pokok perubahan dengan
> cara kekerasan."
>
> Nixon juga mengatakan, "Ideologi komunis menjanjikan
> modernisasi cepat, sedangkan ideologi revolusi Islam
> adalah reaksi atas modernisasi. Komunisme berjanji
> untuk mempercepat putaran jam sejarah ke depan, sedang
> Islam fundamentalis hendak membalik sejarah ke masa
> lalu". Implikasi implisit ucapan Nixon ini adalah
> bahwa "fundamentalisme Islam" memiliki potensi sebagai
> ancaman lebih besar daripada komunisme.Dalam buku
> "Satanic Verses", Salman Rushdie berpendapat bahwa
> "Islam"-lah yang bertanggung jawab dalam
> "mempromosikan kebencian pada peradaban modern".
>
> Samuel P Huntington, dalam "The Clash of
> Civilisation", mengingatkan dunia Barat atas berbagai
> ancaman yang berasal dari Islam. Dalam "Todays New
> Fascists", Francis Fukuyama mengungkapkan
> kekuatirannya atas bangkitnya "Islam-Fasis" baru.
> Ungkapan Fukuyama ini merupakan kelanjutan dari
> kekuatirannya atas munculnya "Islam radikal" yang
> dibahas mendetail dalam bukunya "The End of History
> and the Last Man". Namun demikian, tidak ada yang
> dapat menandingi V S Naipaul, pemenang Nobel, dalam
> menyerang Islam. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata
> sarkasmenya, seperti "Terlukanya peradaban India
> merupakan hasil kerja Islam" (dalam bukunya A Wounded
> Civilization), "Muslim non-Arab adalah pemeluk tidak
> otentik.." (dalam Among the Believers), dan "Islam itu
> menjijikkan" (dalam Beyond Belief)
>
> Berbagai macam penghinaan terhadap Islam, baik dengan
> kekerasan maupun nonkekerasan, mencapai proporsi yang
> mengkhawatirkan pasca-serangan teroris pada gedung WTC
> dan Pentagon pada 11 September 2001. Berbagai usaha
> direkayasa untuk menghubungkan Islam dengan terorisme
> telah menyulut ketegangan komunal di sejumlah negara
> Barat, khususnya AS. Banyak yang dilecehkan dan
> diperlakukan tidak manusiawi hanya karena memakai nama
> Muslim dan memelihara jenggot dan mengenakan jilbab.
> Di atas semua itu, invasi pimpinan AS ke Afghanistan
> dan Irak plus peningkatan serangan Israel pada rakyat
> Palestina semakin mempersulit masalah dan semakin
> menjauhkan diri dari skenario kerukunan global
> antaragama.
>
> Banyak kalangan yang anti "fundamentalisme Islam" di
> satu sisi mengklaim dirinya komitmen pada demokrasi.
> Akan tetapi, pada waktu yang sama mereka tidak
> segan-segan menyerukan untuk melakukan segala cara
> dalam memberantas fenomena "Islam fundamentalis",
> termasuk dalam hal ini, dengan cara kekerasan yang
> jelas-jelas tidak demokratik. Ann Coulter, umpamanya,
> menyerukan: "Kita hendaknya menginvasi negara-negara
> mereka (Muslim), membunuh pemimpin mereka dan
> mengkonversi mereka dalam pelukan Kristiani"; Rich
> Lowry menyerukan AS supaya "mengebom Mekkah". Senada
> dengan seruan kedua kolumnis konservatif AS ini,
> berbagai tulisan Salman Rushdi yang menentang Islam,
> Nabi Muhammad dan umat Islam dipandang sebagai bentuk
> kebebasan berekspresi, tetapi berbagai kritikan pada
> buku kontroversialnya "Satanic Verses" (Ayat-ayat
> Setan) dianggap sebagai manifestasi dari fanatisisme.
> Tidakkah wajar dan logis kalau kita anggap bahwa sikap
> semacam itu sebagai contoh konkrit standar ganda dan
> hipokrisi?
>
> Harus diakui, kelompok radikal dan militan di antara
> pemeluk Islam itu ada. Dalam tubuh agama lain juga
> terdapat elemen-elemen ekstrim semacam itu. Akan
> tetapi, secara faktual mereka, kalangan ekstrimis di
> berbagai agama ini, adalah bagian kecil dari populasi
> dunia dan secara bulat ditolak keberadaannya oleh
> bangsa-bangsa pecinta damai dan penegak keadilan,
> termasuk oleh negara-negara Islam.
>
> Seluruh negara-negara dunia, dengan pengecualian
> Afghanistan di bawah rezim Taliban, mengecam serangan
> teroris 11/9/01 di Amerika dan 7/7/05 di London.
> Bahkan Abdullah Awad, kakak kandung Osamah bin Laden,
> mengecam serangan itu sebagai "pelanggaran mendasar
> pada prinsip-prinsip utama Islam." Apalagi, sejak itu
> seluruh negara Muslim meningkatkan usaha mereka untuk
> memerangi dan mencegah terorisme. Dengan adanya
> fakta-fakta tak terbantahkan ini, apakah menghubungkan
> Islam dengan fundamentalisme dan terorisme masih
> relevan?
>
> Sayangnya, istilah fundamentalisme dan terorisme
> secara eksklusif selalu diidentikkan dengan Islam
> tanpa memandang realitas di lapangan. Apakah ini
> berarti bahwa tidak ada individu atau kelompok dalam
> agama Kristen, Yahudi, Hindu dan non-Muslim lain yang
> lebih berhak menyandang "gelar" itu? Tidakkah
> menghakimi Islam dengan hanya berdasarkan kebijakan
> opresif Taliban di Afghanistan dan tindakan brutal Al
> Qaidah itu bagaikan menghakimi Kristen dengan aksi
> barbar Adolf Hitler di Jerman, Benito Mussolini di
> Italia dan Slobodan Milosovic di Bosnia?
>
> Karena tindakan ekstrimisme yang dilakukan Ariel
> Sharon tidak membuat umat Yahudi disebut sebagai
> "Zionis fundamentalis ", maka sudah logis kiranya
> kalau tindakan radikal Mullah Umar dan Usamah bin
> Ladin tidak menjadikan 1.3 milyar Muslim sebagai
> "Islam fundamentalis". Begitu juga, apabila jaringan
> radikal Islam semacam Al Qaidah atau kelompok
> pemberontak di Filipina seperti Abu Sayyaf disebut
> sebagai "teroris Islam", maka julukan yang sama
> hendaknya dilekatkan pada tindakan terorisme yang
> dilakukan oleh Timothy McVeigh di Amerika dan kultus
> Aum Shimrikoy di Jepang.
>
> Di era sekarang di mana dunia dipenuhi dengan berbagai
> problem dan konflik ini, sangat dibutuhkan adanya
> berbagai usaha maksimum untuk mempromosikan perdamaian
> dan keamanan. Namun demikian, hal ini akan tetap
> menjadi mimpi sampai perpecahan agama dapat
> dijembatani dan harmoni antaragama terbentuk.
> Menyudutkan satu agama tidak akan membuat bertambahnya
> prestise dan keamanan agama lain. Begitu juga,
> fenomena patologis seperti fanatisme, kebencian,
> irasionalitas, ketakutan yang berakar dari
> ketidakpedulian dan pikiran picik, hanya akan
> memperlebar polarisasi agama.
>
> Idealnya, isu sulit seperti ekstremisme dan terorisme
> hendaknya didekati dengan pikiran terbuka dan tanpa
> bias agama. Diperlukan juga memperhatikan akar
> penyebab, bukan hanya gejala dari fenomena tersebut.
> Karena, tidak ada negara atau sekelompok negara,
> bagaimanapun kuatnya, dapat memerangi dan
> menyelesaikan tantangan ini secara efektif sendirian.
> Dengan demikian, tidak ada alternatif dalam mengatasi
> hal ini kecuali dengan kerja sama global.[]
>
> * Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik
> Agra University, India
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>

--
salam,
Ari


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

0 comments:

Post a Comment