Advertising

Friday 22 January 2010

[wanita-muslimah] Bunga Rampai yang menamakan diri Islam Liberal dan Jaringan Islam Liberal.

 

Bunga Rampai yang menamakan diri Islam Liberal dan Jaringan Islam Liberal.
Silakan disimak
Salam
HMNA

Mereka yang nemakan dirinya Islam Liberal beriman kepada sebagian kandungan al-Qur'an dan meragukan kemudian menolak sebagian yang lain. Agar supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiyah mereka menciptakan "jalan baru" dalam menafsirkan al-Qur'an, yang disebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik dan Tafsir Kritis. (visit => http://waii-hmna.blogspot.com/2004/05/623-intelektual-muslim-yang-keranjingan.html)

2. Mereka yang nemakan dirinya Islam Liberal bersamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, yaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil seperti Turki (visit => http://waii-hmna.blogspot.com/2005/04/672-mengapa-ke-turki.html)

3. Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas sehingga gagasannya terkesan
"asbun" dan asal "comot", tidak punya kriteria yang jelas. Lihat saja buku Charless Kurzman, di situ termakrub bahwa Rasyid Ridha yang salafi (revivalis) itupun dimasukkan ke dalam kelompok liberal, begitu pula Muhammad Nasir (tokoh/Ketum Masyumi) dan Yusuf Qardhawi (tokoh alIhwan al-Muslimun), simasukkan pula ke dalam kelompok liberal.

PROF. Dr. Nurcholish Madjid (Cak Nur) merupakan ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Gagasan tentang pluralisme menjadikan Cak Nur intelektual muslim garda depan. pemikiran Cak Nur, kendati memiliki tingkat liberalisasi tinggi, serta didukung penguasaan khazanah Islam klasik dan modern, telah menjadi semacam rezim kebenaran atau hegemoni intelektual bercorak logosentris. Pribadinya cenderung dikultuskan, dan gagasannya "disakralkan".

Pluralisme Cak Nur, tidak memiliki sensitivitas pembebasan bagi kaum buruh, petani miskin di pedesaan, penghuni kampung kumuh, gelandangan, dan "sampah masyarakat" perkotaan lainnya yang rentan ketidakadilan
sekaligus pengambing-hitaman. Konsepsi Cak Nur tentang Islam sebagai agama keadilan, agama kemanusiaan, dan agama peradaban hanya bisa diakses kaum profesional dan eksekutif muda bergelimang duit, namun kerontang spiritual, melalui berbagai kursus filsafat keagamaan yang diselenggarakan Paramadina di hotel-hotel berbintang. Maka kinerja Cak Nur terfokus sebagai pluralisme borjuis.

Meskipun kelahiran JIL (Jaringan Islam Liberal) Maret 2001 nampaknya membawa hal baru bagi sebagian orang, namun sesungguhnya ia bukanlah sama sekali baru. Agenda-agenda JIL sesungguhnya adalah kepanjangan imperialisme Barat atas Dunia Islam yang sudah berlangsung sekitar 2-3 abad terakhir. Hanya saja, bentuknya memang tidak lagi telanjang, tetapi mengatasnamakan Islam. Jadi istilah "Islam Liberal" bukanlah suatu kebetulan, namun sebuah istilah yang dipilih dengan sengaja untuk mengurangi kecurigaan umat Islam dan sekaligus untuk menobatkan diri (sendiri) bahwa "Islam Liberal" adalah bagian dari Islam, seperti halnya jenis-jenis pemahaman Islam lainnya (www.islamlib.com). Sesungguhnya "Islam Liberal" adalah peradaban Barat yang diartikulasikan dengan bahasa dan idiom-idiom keislaman. Islam hanyalah kulit atau kemasan. Namun saripati atau substansinya adalah peradaban atau ideologi Barat, bukan yang lain..

Agenda-agenda dan ide-ide JIL dapat dipahami dalam kerangka kepanjangan imperalisme Barat atas Dunia Islam. Selain itu, ide-ide JIL itu sendiri, dapat dipahami sebagai ide-ide pokok dalam ideologi kapitalisme, yang kemudian dicari-cari pembenarannya dari khazanah Islam.. Mereka yang mencermati dan mengkritisi agenda dan pemikiran JIL, kiranya akan menemukan benang merah antara imperialisme Barat dan agenda JIL. Menurut Luthfi Asy-Syaukanie, bahwa setidaknya ada empat agenda utama Islam Liberal, yaitu agenda politik, agenda toleransi agama, agenda emansipasi wanita, dan agenda kebebasan berekpresi. Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin "diarahkan" oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Perdebatan sistem pemerintahan Islam, kata Luthfi Asy-Syaukanie, dianggap sudah selesai, karena sudah ada para intelektual seperti Ali Abdur Raziq (Mesir), Ahmad Khalafallah (Mesir), Mahmud Taleqani (Iran), dan Nurholish Madjid (Indonesia) yang mengatakan demikian itu.

Pertanyaannya adalah, sejak kapan kaum muslimin menganggap persoalan ini "sudah selesai" ? Apakah sejak Ali Abdur Raziq menulis kitabnya Al-Islam wa Ushul Al-Hukm (1925) yang sesungguhnya adalah karya orientalis Inggris Thomas W. Arnold ? Apakah sejak Khilafah di Turki dihancurkan oleh konspirasi imperalis barat dengan menggunakan Mustapha Kemal ? (lihat Seri 672). Apakah sejak negara-negara imperalis melalui penguasa-penguasa Dunia Islam yang kejam menumpas upaya mewujudkan kembali sistem pemerintahan Islam ? Dan juga, apakah nama-nama intelektual yang disebut Luthfi cukup respresentatif mewakili umat Islam seluruh dunia di sepanjang masa, ataukah mereka justru menyuarakan aspirasi penjajah ?

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment