Feodalisme Ikut Suburkan Korupsi
- Tuesday, 28 May 2013 07:09
- Written by Bowo
JAKARTA – Budaya feodalisme yang terus menerus dipelihara oleh elite partai politik menimbulkan sikap apatisme, pesimisme, dan sinisme masyarakat terhadap parpol. Karena itu sifat feodalisme yang terus berkembang di tubuh parpol tersebut harus dilawan dengan strategi kebudayaan sebagaimana dulu yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Demikian antara lain pendapat Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y. Tohari dalam diskusi Pilar Negara bertajuk 'Mengatasi Apatisme Publik kepada Parpol'bersama peneliti CSIS, J. Kristiadi, dan pakar hukum tata negara Irman Putra Sidin di Gedung MPR RI, Senin (27/5).
Menurut Hajriyanto, memerangi sifat feodalisme di tubuh parpol itu, para kader sebaiknya berlajar ke PKI yang jelas-jelas mampu membongkar sifat feodal, kokoh, gigih dan punya militansi yang tinggi.
"Mereka kokoh dalam pendirian. Buktinya saat sidang-sidang mahkamah militer pasca Gerakan 30 September, mereka yang menjadi terdakwa tetap tidak goyah pendiriannya terhadap ideologinya. Mereka gigih dan militan," ujar politisi Golkar ini.
Untuk Indonesia yang lebih baik, kata Hajryanto, jalan satu-satunya adalah menghancurkan feodalisme yang menghambat kemajuan berdemokrasi. Sejak reformasi, ekspektasi publik sangat besar kepada parpol. Ketika ekspektasi itu tidak sesuai harapan, maka apatisme publik kepada parpol makin menguat.
"Nah, mental feodalis selain melanggengkan kekuasaan tapi juga menyuburkan praktik korupsi. Karena itu, feodalisme harus dihancurkan melalui strategi kebudayaan. Parpol harus mengambil langkah dan kerja-kerja nyata dengan mengembangkan budaya demokrasi dan egaliter," kata Hajriyanto lagi.
Pengamat politik senior J. Kristiadi mengatakan, banyak tokoh parpol tidak punya paradigma atau pemikiran besar dalam membangun negara. Maraknya praktik korupsi dan penyimpangan moral para elite parpol mempertegas bahwa para elite politik telah kehilangan paradigma. "Tak adanya keteladanan dan paradigma di kalangan elite membuat rakyat makin apatis, pesimis dan sinis terhadap partai politik," ujar Kristiadi.
Kristiadi mengatakan, apatisme publik kepada parpol terlihat dari tingkat partisipasi publik dalam pemilu maupun pilkada yang terus menurun. Suara rakyat yang golput justru lebih besar dibanding jumlah perolehan suara dari pemenang dalam pilkada. "Ini persoalan serius. Sikap apatis rakyat sudah di level stadium empat. Masalah ini harus direspon oleh elite parpol jika tidak ingin kehilangan kepercayaan publik," kata Kristiadi.
Dia menambahkan, selain tidak memiliki paradigma, feodalisme dalam parpol juga menjadi akar apatisme publik. Oleh karena itu, feodalisme di tubuh partai politik harus dilawan.
Sedangkan Irman Putra Sidin menjelaskan, hanya Indonesia yang secara eksplisit mengatur keberadaan parpol dalam konstitusinya. Artinya kewenangan partai politik sangat besar dalam menentukan jabatan politik mulai presiden sampai kepala daerah. "Parpol menjadi instrumen satu-satunya untuk melahirkan pemimpin bangsa," katanya.
Namun sayang sekali, menurut Irman, parpol yang seharusnya menjadi pengawas kinerja pemerintah, justru mendukung seluruh kebijakan eksekutif. Parpol harusnya jangan terlalu jauh masuk dalam pemerintah. Parpol itu kan untuk rakyat dan harus mengawasi pemerintah, tetapi kenyataannya parpol tidak semudah itu.
"Jadi harapan saya pasca Pemilu 2014 sebaiknya parpol yang tokohnya menjadi kepala negara harus mengikhlaskan untuk rakyat, dan siap untuk dikritisi meski dari partainya sendiri. Misalnya Golkar kalau 2014 calonnya terpilih sebagai presiden, maka sepatutnya mereka mewakafkan tokohnya dan menjauhkan partai dari pemerintahan," pungkas Irman. (ind)
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment