This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Advertising

Monday, 30 June 2014

[wanita-muslimah] Sindhunata: Melunasi Utang Sejarah

 

Melunasi Utang Sejarah

Oleh: Sindhunata

 

JERMAN dijagokan. Namun, menghadapi Aljazair dalam perdelapan final Piala Dunia Brasil 2014 di Porto Alegre, Senin (30/6) pukul 17.00 waktu setempat atau Selasa (1/7) dini hari WIB, mereka bukannya tidak waswas. Sebab, statistik mencatat, dua kali Jerman bertemu Aljazair, dua kali pula mereka kalah.

Melawan negara mana pun, Jerman nyaris tak pernah berprestasi seburuk itu.

 

Awal Januari 1964, kesebelasan Jerman di bawah pelatih legendaris Sepp Herberger melawat ke Aljazair. Sebelumnya, mereka mampir di Maroko dan mengalahkan kesebelasan tuan rumah, 4-1. Meski hanya laga persahabatan, Herberger memberlakukan disiplin keras: pukul 22.00 para pemain sudah harus ke tempat tidur. Waktu itu, Jerman punya penyerang tengah tangguh, Wolfgang Overath. Mereka yakin dapat dengan mudah mengalahkan Aljazair. Ternyata Jerman dilumat 0-2.

 

Prestasi buruk itu disusul dengan pertemuan keduanya di babak penyisihan Grup B Piala Dunia Spanyol 1982. Jerman datang dengan segudang pemain hebat: tandem penyerang Bayern Muenchen, Paul Breitner dan Karl-Heinz Rummenigge, libero Uli Stielike, gelandang Felix Magath dan Horst Hrubesch.

 

"Kami akan menyarangkan 4 sampai 8 gol," kata kiper Toni Schumacher. Bahkan, pelatih Jupp Derwall pun memandang enteng Aljazair. "Kalau sampai kalah dari Aljazair, saya akan segera naik kereta pertama untuk pulang ke rumah," kata Derwall.

 

Jerman ternyata bermain buruk. Breitner kehilangan ide, seakan pikirannya berada di luar lapangan. Magath, gelandang Hamburg yang brilian, tak menunjukkan kehebatannya. Di luar perkiraan mereka, Aljazair bermain luar biasa.

 

Dalam satu serangan balik tak terduga di menit ke-52, Rabah Madjer membobol gawang Schumacher. Rummenigge menyamakan kedudukan 18 menit kemudian. Namun, di menit ke-88, gawang Jerman kembali dibobol oleh kapten Aljazair, Belloumi.

 

Jerman dipermalukan Aljazair 1-2. "Juara dunia mulut besar," tulis Hamburger Morgenpost mengejek Rummenigge dan kawan-kawannya. "Jerman tidak menunjukkan respek kepada kami. Itu sungguh menyakitkan. Karena itu, kami bangga dengan kemenangan ini," kata Khalef, pelatih Aljazair.

 

Begitulah. Jerman jatuh karena kesombongannya sendiri.

 

Reputasi Jerman runtuh. Celakanya, reputasi yang runtuh itu diperparah dengan ulah mereka yang kian tidak menunjukkan respek kepada Aljazair. Mereka "main mata" dengan Austria dalam pertandingan menentukan di Giyon yang membuat Aljazair tersingkir. Itulah peristiwa memalukan yang dikenal sebagai "skandal Giyon".

 

Aib Giyon itu tak akan terlupakan oleh orang-orang Aljazair. "Kami tidak pernah melupakannya. Giyon. Jerman. Itu selalu ada dalam benak kami. Sepanjang waktu kami membicarakan pertandingan itu. Peristiwa itu sudah lama terjadi, tetapi setiap orang Aljazair tahu apa yang sesungguhnya terjadi," kata pelatih Aljazair Vahid Hallihodzic.

 

Menurut Hallidodzic, ketika melawan Rusia di babak penyisihan, anak-anaknya menunjukkan permainan luar biasa. Saat melawan Jerman nanti, mereka bertekad menunjukkan permainan lebih dari luar biasa. Betapapun Aljazair gembira lolos ke babak 16 besar. Apalagi, mereka bertemu Jerman. "Aljazair-Jerman, betapa semuanya terulang kembali," tulis koran Aljazair, La Gazette du Fennecs.

 

Revanche atau pembalasan selalu ada dan tersimpan dalam sejarah, apalagi dalam sejarah bola. Malah dapat dikatakan sejarah sering "berutang" kepada revanche. Karena skandal Giyon, sejarah bola telah "berutang" pada Aljazair. Maka, "Rubah Padang Gurun", julukan kesebelasan Aljazair, ingin agar utang itu dilunasi kini. Dulu mereka menang atas Jerman, tetapi karena dipermainkan skandal Giyon, mereka jadi terpecundang. Sekarang mereka ingin merenggut kembali kemenangan itu sebagai kemenangan, bukan sebagai keterpecundangan karena sebuah permainan kotor.

 

Hallidodzic meyakinkan anak-anaknya bahwa mereka bisa merebut kemenangan itu. "Ada banyak cinta yang diberikan untuk kesebelasan kami," katanya. "Kami kecil melawan Jerman yang besar. Orang-orang Brasil pasti memihak kami. Sementara itu, hari-hari akhir ini kami mendapat kabar seluruh dunia Arab bersimpati pada kami. Untuk tidak mengecewakan mereka, kami akan bermain sebaik mungkin," ujarnya.

 

Hallidodzic juga tak mau terganggu oleh pertanyaan pers apakah anak-anaknya berpuasa, apakah puasa tidak mengurangi stamina mereka? Bagi Hallidodzic, itu semua adalah persoalan suara hati masing-masing orang. "Kami tidak bicara politik atau agama. Jelas? Ini soal sport. Cukup," kata Hallidodzic.

 

Dengan belajar dari duel Cile-Brasil, Sabtu (28/6), anak-anak Hallidodzic kiranya makin mengasah keyakinan: yang kecil mungkin saja mengalahkan yang besar. "Pemain saya telah memberontak. Memberontak melawan sejarah dan melawan kesebelasan besar dalam Piala Dunia ini. Memang menyakitkan bahwa akhirnya kami harus pulang dengan cara ini," kata pelatih Cile Jorge Sampaoli.

 

Aljazair kiranya juga akan memberontak terhadap sejarah. Sebab, dengan skandal Giyon, sejarah telah memperlakukan mereka dengan tidak adil. Sejarah harus membayar utang pada mereka. Itulah motivasi tambahan yang dikhawatirkan Jerman. "Sungguh suatu skandal jika kami tidak lolos ke delapan besar," kata kiper Jerman, Manuel Neuer, dalam der Tagesspiegel.

 

Tiga puluh dua tahun lalu di Giyon, Aljazair melumat Jerman. Adakah peristiwa Daud mengalahkan Goliat itu akan menjadi kenangan belaka atau mewujud sebagai lunasnya utang sejarah di Porto Alegre? []

 

KOMPAS, 30 Juni 2014

Sindhunata ; Wartawan Senior, Pemimpin Redaksi Majalah 'Basis' Yogyakarta

__._,_.___

Posted by: Kinantaka <kinantaka@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.

.

__,_._,___

[wanita-muslimah] Gus Sholah: Menjaring dan Menyaring Capres

 

Menjaring dan Menyaring Capres

Oleh: Salahuddin Wahid

 

PEMILIHAN presiden langsung pada 2004 adalah pengalaman pertama bagi kita. Maka, kita belajar dari pengalaman negara lain, khususnya Amerika Serikat, yang berpengalaman sekitar 60 kali menyelenggarakan pilpres langsung.

 

Dalam tiga kali pilpres, tampaknya ada perubahan mendasar dalam menjaring dan menyaring calon presiden dan calon wakil presiden. Banyak tokoh ingin jadi capres/cawapres dan berjuang untuk mewujudkan mimpi itu yang datang dari berbagai latar belakang. Ada yang memenuhi syarat, ada yang tidak. Ada yang dikenal masyarakat, ada yang tidak. Harian Kompas pada pertengahan 2003 pernah memuat foto sekian puluh nama itu dalam dua halaman penuh.

 

Pilpres 2004 dan 2009

 

Pada 2004, Partai Golkar menjaring dan menyaring tokoh yang berminat menjadi capres melalui semacam konvensi. Langkah itu bagus dan strategis. Namun, sayang, menurut Nurcholish Madjid alias Cak Nur, konvensi itu tidak menitikberatkan pada visi-misi, tetapi pada gizi sehingga dia mengundurkan diri. Waktu itu survei belum jadi acuan sehingga tidak masuk dalam kriteria yang dinilai. Pemenangnya adalah Wiranto.

 

Pada Pilpres 2004, syarat untuk mengajukan capres amat rendah (3,5 persen) sehingga muncul lima pasangan capres-cawapres. Sepuluh calon tersebut terdiri dari 3 jenderal purnawirawan, 3 ketua umum parpol, 2 tokoh ormas, dan 2 orang lagi pengusaha sukses yang pernah menjadi menteri. Dana sudah menjadi faktor yang menentukan. Pemilihan dilakukan dua putaran. Pemenangnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), jenderal purnawirawan.

 

Dalam Pilpres 2004, ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah menjadi tujuan untuk menjaring dan menyaring capres/cawapres dengan mengharapkan dukungan warga ormas tersebut. Dari lingkungan Muhammadiyah, Amien Rais yang menjadi Ketua Umum DPP PAN menjadi capres dari PAN. Dari NU, ada dua orang yang menjadi cawapres, yaitu Hasyim Muzadi dan Salahuddin Wahid. Ternyata langkah itu tidak efektif. Warga NU lebih memilih SBY daripada Ketua Umum PBNU.

 

Dalam Pilpres 2009, pasangan capres-cawapres harus diajukan oleh (gabungan) partai dengan perolehan minimal 25 persen suara atau 20 persen kursi DPR. Maka, yang maju sebagai capres-cawapres hanya tiga pasangan, yaitu 3 mantan jenderal, 2 ketua umum partai, dan seorang guru besar yang mantan menteri. Dua orang punya latar belakang pengusaha. Tidak ada lagi tokoh ormas yang menjadi calon.

 

Kondisi mutakhir

 

Pada Pilpres 2014, keadaan dan paradigmanya sudah amat berubah. Peran media dan survei, yang tentu butuh dana amat besar, jauh lebih menonjol. Sudah disadari tentang perlunya strategi pemenangan yang butuh ahli pemasaran dan psikologi masyarakat. Prabowo Subianto sudah sejak lama (2-3 tahun) memanfaatkan televisi untuk sosialisasi diri ke masyarakat luas sehingga Partai Gerindra jadi pemenang ketiga Pemilu 2014.

 

Peran pemilik dana makin menonjol. Aburizal Bakrie, yang selama ini lebih dikenal sebagai pengusaha daripada politisi, berhasil jadi Ketua Umum Partai Golkar setelah mengalahkan Surya Paloh yang juga pengusaha. Setelah itu Surya Paloh mendirikan Partai Nasdem, partai baru yang mampu mengalahkan partai-partai lama. Hary Tanoesoedibjo ke Partai Hanura meski akhirnya meninggalkan partai tersebut. Secara mendadak, pengusaha Rusdi Kirana diangkat menjadi Wakil Ketua Umum DPP PKB. Ini berarti peran uang makin besar dalam politik.

 

Dalam memilih capres-cawapres pada Pilpres 2014, peran survei dan upaya rekayasa sosial amat menentukan. Joko Widodo adalah produk rekayasa sosial yang amat berhasil. Perancang strategi sosialisasi Jokowi amat berhasil dalam tugasnya. Mereka pandai memilih tokoh yang akan diorbitkan dan pandai juga dalam mengorbitkan. Mereka mampu mengenali sesuatu dalam diri Jokowi yang akan bisa dieksploitasi untuk menarik pemilih.

 

Prabowo yang sudah mulai sosialisasi sejak 2009 juga memetik jerih payahnya itu dengan menjadi capres karena punya tingkat keterpilihan yang tinggi. Aburizal, yang memaksakan diri untuk menjadi capres dari Partai Golkar sehingga pantas memasang iklan di TV One selama bertahun-tahun, ternyata tidak bisa mencapai tingkat keterpilihan yang memadai. Aburizal pun terpaksa menelan pil pahit: tak bisa menjadi capres atau cawapres. Hal itu memberikan pelajaran bahwa ketersediaan dana yang amat besar dan dukungan partai saja ternyata tidak cukup untuk bisa membuat seorang tokoh menjadi capres/cawapres.

 

Masalah pelanggaran HAM masa lalu masih menjadi sorotan publik, tetapi makin berkurang. Surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira tentang pemberhentian Prabowo dari TNI baru kini diungkap kepada masyarakat. Agum Gumelar dan Fachrul Rozi menjelaskan bahwa TNI tidak memecat Prabowo karena dia adalah menantu Presiden. Tentu itu bukan kesalahan Prabowo. Lebih sulit kita pahami ketika Panglima TNI menyatakan bahwa surat keputusan itu tidak ada di arsip Mabes TNI. Mau tidak mau kita jadi teringat pada Supersemar yang masih misterius.

 

Kecenderungan ke depan

 

Keempat calon yang maju dalam Pilpres 2014 adalah pengusaha. Sejumlah menteri juga punya latar belakang pengusaha. Di masa depan calon berlatar belakang pengusaha akan tetap banyak yang tampil, baik sebagai kepala daerah, menteri, maupun capres/cawapres. Pengusaha dianggap punya kemampuan menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, dan punya dana.

 

Salah satu fenomena baru adalah munculnya kepala daerah jadi capres. Di masa depan kecenderungan ini akan meningkat. Kita melihat cukup banyak kepala daerah yang berhasil mengembangkan daerahnya, misalnya Wali Kota Surabaya dan Bupati Bantaeng. Masih banyak lagi kepala daerah yang menerima penghargaan dari sejumlah lembaga dan media, baik di dalam maupun luar negeri. Sebaiknya bupati/wali kota menjadi gubernur dulu dalam waktu lima tahun baru capres/cawapres.

 

Tokoh militer yang akan menjadi capres di masa depan tentu masih ada, tetapi belum terlihat yang punya kapasitas seperti SBY, Prabowo, dan Wiranto. Jika memang ada jenderal purnawirawan yang berpotensi dan punya niat kuat untuk maju pada 2019, mereka harus berani dan mampu mendirikan partai baru atau mengambil alih partai yang ada seperti yang dilakukan seniornya. Dari segi usia, kecenderungannya yang akan menjadi capres adalah mereka yang lahir pada dasawarsa 1960-an, bahkan awal 1970-an. []

 

KOMPAS, 27 Juni 2014

Salahuddin Wahid ; Pengasuh Pesantren Tebuireng

__._,_.___

Posted by: Kinantaka <kinantaka@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.

.

__,_._,___

Sunday, 29 June 2014

[wanita-muslimah] Shambazy: Pilpres, Piala Dunia, Puasa

 

Pilpres, Piala Dunia, Puasa

Oleh: Budiarto Shambazy

 

MAKIN mendekati 9 Juli, makin terlihat kontras di antara kedua pasang calon presiden-calon wakil presiden, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kekontrasan dua kubu wajar karena ini pertama kali pemilu presiden diikuti dua pasang calon sejak tahun 2004.

 

Pilpres macam ini ibarat pertandingan olahraga, yaitu dua tim langsung berhadapan di final. Terlebih lagi, Pilpres 2014 tak diikuti presiden petahana sehingga menambah sengit kompetisi.

 

Kita sudah mengikuti narasi Pilpres 2014 dan relatif mengenal kedua capres-cawapres. Kita sudah mempelajari visi dan misi mereka serta mengikuti debat-debat mereka.

 

Hampir tiap hari kita dibombardir informasi atau sepak terjang kedua capres-cawapres. Kita membacanya dari media massa arus utama, media sosial, menyaksikannya di televisi, mendengarkan opini dari orang-orang lain, bahkan melihat langsung kampanye mereka.

Apa kesan yang paling menonjol dari pengamatan sepanjang kampanye yang berlangsung sekitar satu bulan itu? Tentu saja kita punya pandangan masing-masing.

 

Namun, jika dibandingkan dengan kampanye Pilpres 2004 dan 2009, sebuah kesan kuat yang didapat adalah betapa negatifnya suasana kampanye kali ini. Penyebabnya adalah fitnah (kampanye hitam) dan kampanye negatif.

 

Di negara-negara Barat, kampanye hitam/negatif telah lama ditinggalkan karena lebih sering terbukti menjadi senjata makan tuan. Apalagi jika kampanye hitam/negatif itu dipandang membahayakan eksistensi bangsa dan negara.

 

Ambil contoh ketika seorang ibu bertanya kepada capres Partai Republik, John McCain, yang sedang pidato kampanye pemilu presiden di Amerika Serikat tahun 2008. "Saya tak percaya Obama, dia orang Arab," kata sang ibu. McCain menyergah, "Tidak, Bu. Ia warga terhormat, kebetulan berbeda pandangan dengan saya. Dia bukan (orang Arab)," tegas McCain.

 

Kita tidak berharap kualitas demokrasi kita sudah sehebat di AS. Namun, kita berharap aparat penyelenggara pilpres/pemerintah bersikap tegas menjatuhkan sanksi terhadap pelaku fitnah.

 

Itu yang belum dilakukan, sementara fitnah telanjur menjalar liar. Terakhir, Joko Widodo, yang sebelumnya difitnah sudah wafat, orang Tiongkok, dan bukan Muslim, ketiban pulung lagi difitnah keturunan komunis.

 

Mungkin sebagian dari kita menganggap masalah pelik ini usai dengan sendirinya setelah 9 Juli. Namun, jika terjadi sikap pembiaran oleh pemerintah, fitnah bakal dijadikan senjata pamungkas pada pemilu-pilpres mendatang.

 

Betapapun, kubu yang merasa kalah populer cenderung akan melakukan segala cara untuk menjatuhkan lawan. Ini berlaku secara universal, yang di AS disebut dengan A Hail Mary Pass, yakni upaya menciptakan gol untuk menyamakan kedudukan, atau bahkan memenangi pertandingan, dalam detik-detik terakhir.

 

Terlepas dari itu, sebuah prinsip memilih capres yang wajib kita pahami adalah mereka bukan malaikat. Seperti kita, tiap capres memiliki kelebihan sekaligus juga kekurangan.

 

Prinsip ini perlu diingatkan lagi karena memilih presiden bukan memilih "ratu adil" atau a knight with shining armour. Kita butuh pemimpin yang mampu mengelola pemerintahan, bukan manusia setengah dewa atau tukang sulap.

 

Lagi pula kita hidup di abad ke-21 yang penuh tantangan "glokal" (global dan lokal), yang cuma bisa diselesaikan yang rasional. Sudah ketinggalan zaman mengandalkan presiden yang cuma mengandalkan pencitraan semata-mata.

 

Dalam tiap pilpres, sebagian dari kita ingin memutus rantai dengan masa lalu (breaking with the past). Namun, sebagian lagi masih terpukau pada kehebatan masa lalu (blast from the past).

 

Sekali lagi, itu selera Anda masing-masing. Oleh karena itu, cermatilah kebiasaan capres yang mengaku agen "perubahan". Ini cuma gertak sambal sekaligus mengecap lawannya sebagai simbol status quo (kemapanan).

 

Sebab, pada akhirnya, sekali lagi, masalah-masalah yang dihadapi bangsa dan negara ini belum tentu dapat diselesaikan secepatnya. Bahwa kedua capres kita di sana-sini menjanjikan "perbaikan" terhadap kondisi saat kini, itu benar.

 

Rasanya kita cukup dipuaskan janji-janji perbaikan itu yang berupaya ditampilkan kedua capres dan cawapres saat tiga kali debat. Capres dan cawapres mana yang berniat memperbaiki nasib kita, silakan Anda nilai.

 

Ada perumpamaan yang mengatakan, "Memiliki ambisi boleh asal jangan ambisius". Apakah pasangan nomor 1 dan 2 berambisi atau ambisius, sekali lagi silakan Anda nilai sendiri.

 

Kalaupun ada yang ambisius, ia dikontrol oleh orang-orang di sekitarnya, DPR, media massa, aktivis, dan tentu rakyat awam. Pemilu 2014 telah membuktikan kontrol tersebut makin kuat dan tak terhindarkan lagi.

 

Efektivitas kontrol dari berbagai penjuru dan kalangan itu hanya bisa dijalankan apabila hasil pilpres ini kredibel. Dan, kredibilitas terbaik akan dicapai jika pilpres diselenggarakan tanpa mobilisasi, intimidasi, serta manipulasi.

 

Kita amat khawatir terhadap ketiga jenis kecurangan itu karena berpotensi menimbulkan konflik fisik yang bisa saja berskala tinggi. Padahal, sejarah pemilu-pilpres kita gemilang karena tak pernah rusuh.

 

Kita bersyukur pada hari-hari ini menjalani sekaligus tiga perjalanan hidup yang amat berharga. Pertama, makin jeli dan pandai memaknai pilpres; kedua, belajar sportif dari Piala Dunia untuk mengakui kekalahan capres pilihan; dan ketiga, menjalani ibadah puasa sembari tak henti berdoa agar presiden terpilih kita amanah. []

 

KOMPAS, 28 Juni 2014

Budiarto Shambazy ; Wartawan Senior Kompas

__._,_.___

Posted by: Kinantaka <kinantaka@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.

.

__,_._,___

[wanita-muslimah] Kang Sobary: Perjuangan Petani Rembang

 

Perjuangan Petani Rembang

Oleh: Mohamad Sobary

 

Ketegangan di pegunungan Kendeng di wilayah Pati tempat kediaman sedulur sikep dan di wilayah perbatasan Rembang-Blora seperti bisul memecah. Petani-petani Blora sudah lama resah. Pembangunan pabrik semen yang direstui pemerintah setempat ditolak para petani yang bakal menjadi korban hidup-hidup yang tak dipikirkan pemerintahnya sendiri.

 

Kawasan pabrik sudah ditentukan secara sepihak oleh pabrik Semen Gresik yang sekarang menjadi Semen Indonesia. Wilayah tempat pabrik beroperasi hanya sekitar setengah kilometer dari desa hunian penduduk. Bunyi bising, polusi suara, tak bisa dibayangkan bagaimana dampaknya bagi ketenangan masyarakat. Polusi udara, debu-debu semen yang beterbangan, menyesakkan nafas penduduknya, tak diragukan bakal menjadi problem mengerikan. Dalam ketegangan terusmenerus pada tahun-tahun terakhir, teror dilakukan. Pihak pabrik dibantu atau minta bantuan– dengan membayar, tentu saja–aparat berwajib.

 

Kabarnya, ada pihak warga desa yang dipengaruhi dan disuruh meneror mayoritas warga desa lain yang menolak kehadiran semen. Pihak yang menjadi kaki tangan pabrik ini dengan sendirinya juga orang bayaran. Dia memang lahir di desa itu, besar dan hidup di desa itu. Tapi, menurut kabar yang disampaikan warga desa yang mengadu ke suatu pesantren di Rembang, orang itu gigih meneror tetangga- tetangganya sendiri. Bukan hanya itu. Orang-orang yang masih ada hubungan saudara dengannya, yang gigih menolak kehadiran pabrik yang bakal menghancurkan lingkungan mereka, juga diteror.

 

Kabarnya, dia selalu membawa golok panjang, sejenis pedang, dan ketika mendatangi sasarannya, termasuk keluarganya sendiri, senjata tajam itu diacung-acungkan untuk menakut-nakuti mereka. Tapi, warga desa yang sudah takut kepada pabrik semen tidak begitu takut pada peneror ini. Boleh jadi dia tak akan tega berbuat lebih jauh. Teror itu kekerasan. Tapi, dia tak bakal berani bertindak lebih keras dari kata-kata. Lain hal dengan pihak polisi yang tampak sigap, bersenjata, dan matanya tajam mengawasi setiap warga desa yang menolak kehadiran pabrik semen tadi.

 

Ada mahasiswa KKN pun kabarnya diselidiki dengan teliti, penuh kecurigaan. Orang desa setempat, orang baik-baik, warga negara yang melakukan kebaikan demi menjaga desa merekasendiri, takutpada polisi itu karena dia aparat resmi. Bagaimana aparat resmi yang seharusnya melindungi warga masyarakat dari berbagai ancaman ternyata tak melakukan tugasnya. Sebaliknya, mengapa dia justru menjadi ancaman bagi masyarakat?

 

Duit memang berkuasa. Ketegangan demi ketegangan itu pecah dua minggu lalu. Jika bisul pecah merupakan tanda bakal datang kesembuhan, ketegangan dengan kekuatankekuatan luar yang memakai simbol-simbol resmi kenegaraan, apa akan jadinya? Kesembuhan akan datang, apa pemaksaan lebih lanjut, dengan kekerasan lebih kejam?

 

Saya hadir di Rembang, di sebuah pesantren tempat diskusi itu berlangsung. Warga masyarakat sudah diberi nasihat agar untuk sementara waktu mereka bersikap tenang. Menolak ya menolak. Itu kewajiban yang tak bisa ditunda. Menolak kehancuran diri sendiri dan lingkungan sekitarnya itu wujud kebajikan langit yang diminta diturunkan ke bumi buat menata kehidupan bumi yang makin ruwet dan makin kejam ini.

 

Penduduk desa itu telah melakukannya. Nasihat itu ditambah lagi: jangan ada tanda-tanda kekerasan dari para petani. Ke mana pun mereka muncul, di sawah, di ladang, apalagi di lokasi bakal pabrik itu didirikan, jangan membawa apa pun yang bisa diartikan bakal melakukan kekerasan. Kalau warga di ladang, usahakan hanya di ladang untuk salat bersama. Semua berbusana putih dan salat di sana sebagai cara kita bertahan agar tak dirusak oleh siapa pun. Langkah itu mulia. Kita hanya salat berjamaah. Kita hanya memohon perlindungan Allah karena polisipolisi yang seharusnya melindungi sudah tak mungkin diharapkan.

 

Hanya tinggal kepada Allah satu-satunya penolong, pelindung, dan pemelihara yang bisa kita harapkan. Pendek kata, tanda-tanda kekerasan, jangan dilawan dengan kekerasan. Ini tak bakal menolong. Sebaliknya, kekerasan hanya akan memperparah kehidupan warga desa. Mereka pun setuju. Malam itu diskusi diakhiri dengan doa untuk kemudian diawali dengan tindakan nyata; hidup jauh dari simbolsimbol kekerasan.

 

Sekali lagi dua minggu lalu ketegangan itu pecah dalam bentuk kekerasan. Media nasional juga menyiarkan kekerasan itu. Ibu-ibu –ya, ibu-ibu– tampak dipukuli aparat berwajib karena mereka juga turut demo, mempertahankan sekeping tanah tempat mereka menumpang hidup selama di dunia fana, yang bagi mereka, tak memberi kekayaan apa pun selain kekayaan rohani selama dizalimi pemerintahnya sendiri. Mereka petani miskin. Mereka perempuan-perempuan mulia. Apakah aparat yang kejam itu tak punya ibu? Kalau mereka punya dan ibu mereka juga sudah setua ibu-ibu yang mereka pukuli, apakah mereka tak merasa seperti memukuli ibu mereka sendiri? Jika di dalam hati kecil mereka ada terbetik perasaan seperti itu, mengapa mereka teruskan/mengapa seorang anak memukuli ibu mereka sendiri?

 

Betapa terkutuk mereka. Atau barangkali mereka sudah disergap mimpi-mimpi buruk sesudah kekejaman terhadap kaum ibu, yang sudah tua itu, sudah mereka lakukan. Mungkin mereka sudah dikutuk oleh perasaan mereka sendiri? Itu kalau mereka punya perasaan. Kalau tidak, siapa yang mengutuk mereka? Warga desa yang tak punya apa-apa selain jiwa yang tulus dan amal baik bagi kehidupan dunia mereka telah dihancurluluhkan oleh aparat keamanan yang membela pabrik semen yang tak bisa berbicara baikbaik dengan warga masyarakat setempat.

 

Para pimpinan pabrik itu orang sekolahan. Sebagian bisa berdoa. Sebagian salat. Sebagian mungkin orang NU. Tapi, bagaimana mencari untung bagi pabriknya sendiri, untung sendiri, mulia sendiri, kaya sendiri, tanpa berbagi dengan penduduk yang tanahnya dirusakbinasakan?

 

Saya tinggal di Jakarta. Tempat saya jauh dari lokasi. Ketika mendengar kekerasan itu berlangsung, saya tak bisa berbuat lain selain menulis esai perlawanan ini dan berdoa. Saya menemani penduduk perbatasan Rembang-Blora yang dianiaya. Saya berdoa untuk mereka.

 

Perlawanan ini untuk mendukung perlawanan mereka dan memperkukuh jiwa mereka bahwa mereka layak ditemani. Orangorang tertindas di mana-mana butuh teman. Para penindas, penguasa pabrik Semen Indonesia, semoga masih bisa mendengar jeritan bangsanya sendiri. Lebih-lebih jeritan ibu-ibu. Apakah para pimpinan yang menyuruh dilakukannya kekerasan itu dulu tidak lahir dari seorang perempuan? Apakah mereka tidak punya ibu dan tak pernah punya ibu? Apakah mereka tak pernah merasakan kasih sayang dan kelembutan ibu mereka? Ibuibu yang dipukuli di ladang itu makhluk sejenis dengan ibuibu mereka sendiri.

 

Kalau aparat keamanan memukuli mereka, kita paham, mungkin orang tak terdidik dan dilatih kekerasan, tak bisa membayangkan bahwa yang mereka pukul itu ibu mereka sendiri. Tapi, kaum terpelajar, yang menjabat direktur, wakil direktur, bagian keuangan, direksi, atau para pejabat lainnya, membiarkan ibu-ibu dipukuli? Apakah jiwa mereka tumpul, setumpul jiwa aparat keamanan yang tak bisa membayangkan bahwa ibu-ibu itu orang tua mereka, ibu-ibu mereka sendiri? Perjuangan petani Rembang menahan datangnya pabrik mahal sekali ongkosnya. Tapi, "sedumuk bathuk, senyari bumi"memang layak dibela. Apa pun dan berapa pun ongkosnya. []

 

KORAN SINDO, 23 Juni 2014

Mohamad Sobary ; Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi

__._,_.___

Posted by: Kinantaka <kinantaka@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.

.

__,_._,___

Saturday, 28 June 2014

[wanita-muslimah] Keluarga

 

140629

 

 

Keluarga.

 

 

Bismi 'l-lahi 'r-rahmani 'r-rahiem.

 

Penyebutan apa yang dikemukakan oleh Rasulullah Muhammad saw: "Rumahku surgaku" (Bayti jannati) sudah menunjukkan bahwa Islam sangat peduli akan keberadaan keluarga sebagai pusat orientasi kebahagiaan. Bahkan mereka yang tak hendak berkeluarga (baca: tak mau menikah) tidak lagi dianggap sebagai "kelompok" (baca: keluarga besar) Rasulullah.

 

"... menikah adalah sunnahku; barang siapa tidak hendak menikah dia bukan lagi dari kelompokku"

 

Walaupun tidak bersifat mutlak pentingnya harta dalam keluarga, upaya mencari harta buat keluarga adalah kegiatan yang bermartabat tinggi. Orang yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarga itu oleh Rasulullah dinyatakan lebih baik ketimbang pergi ke medan perang jihad. Bahkan ada juga yang meriwayatkan bahwa ada dosa yang tak tertebus oleh pahala shalat, puasa, maupun hajji, tetapi tertebus oleh beratnya bekerja mencari nafkah. Keutuhan fungsi dalam rumah tangga sangat diutamakan, sampai-sampai ketika ada seorang pemuda minta izin untuk ikut ke medan perang ditolak oleh Rasulullah karena dia lebih diperlukan untuk merawat orang tuanya.

 

Pentingnya komunikasi dalam keluarga  sebagai sarana "check and recheck" di dalam estafet visi-missi keislaman tercermin ketika Lukman memanggil putra-putranya sebagaimana disebutkan Allah SwT yang tertulis di dalam al-Qur'an (QS 31:12-19).

 

Besarnya peran keluarga dimulai dengan pembentukan keluarga, yang oleh Rasulullah digambarkan bahwa orang yang sudah menikah itu berarti sudah menjalankan separo dari seluruh kewajiban dalam beragama. Suatu keluarga akan berjalan baik jika masing-masing anggota keluarga (suami, isteri, anak-anak, pembantu) tahu peran dan tanggung jawabnya. Seorang suami punya tanggung jawab tertinggi! Beratnya tanggung jawab ini diimbangi dengan peluang besar baginya untuk memperoleh pahala, misalnya bahwa nafkah yang diberikan untuk keperluan keluarga dicatat sebagai shadaqah.  

 

Peran seorang ibu sangatlah penting sehingga oleh Rasulullah digambarkan bahwa ibu adalah "sekolah" (madrasah) pertama bagi seorang anak, yang akan banyak menentukan masa depan si anak; sampai-sampai oleh Rasulullah disebutkan "surga di bawah telapak kaki kaum ibu".

 

Semoga kita mampu membentuk keluarga bahagia, keluarga sakinah, untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

 

Wa 'l-Lahu a'lamu bi 'sh-shawwab.

 

 

 

==============================

 

Assalamu 'alaikum wr. wb.

 

Semoga uraian di atas bermanfaat. Untuk posting lainnya, silakan JOIN di URL http://groups.yahoo.com/group/pelita-hikmah/ atau kirim e-mail ke pelita-hikmah.subscribe@yahoogroups.com.  Jika ingin kajian masalah tertentu silakan hubungi saya.

 

Wassalam,

 

H.R.M. Tauhid-al-Amien,

dr.(UNAIR), MSc. (SEAMEO-UI), DipHPEd.(UNSW), AIF.(UNAIR), AIFO (IAIFI).

e-mail: tauhidhw@gmail.com

 

Jalan Kendangsari Lebar 48 Surabaya    INDONESIA  


__._,_.___

Posted by: tauhidhw@gmail.com
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.

.

__,_._,___

Thursday, 26 June 2014

[wanita-muslimah] Sindhunata: Jerman Lawan Jerman

 

Jerman Lawan Jerman

Oleh: Sindhunata

 

MALAM ini di Recife, Brasil, dunia sepak bola bakal disuguhi duel dua pelatih Jerman, Joachim Loew dan Juergen Klinsmann. Klinsmann adalah pelatih Jerman pada Piala Dunia 2006 dan Loew adalah asistennya saat itu.

Publik bola ingat betapa rukun dan kompak mereka berdua. Keduanya muda, modis, dan trendi. Keduanya sering berangkulan, lebih-lebih ketika mengamati pemain asuhan mereka harus mengeksekusi tendangan yang menegangkan dan menentukan.

 

Sesungguhnya sekarang Klinsmann dan Loew tidak perlu tegang. Dibandingkan Ghana, apalagi Portugal, Amerika Serikat asuhan Klinsmann dan Jerman yang ditangani Loew berada dalam posisi yang sangat aman. Jika mau, cukup dengan bermain seri dalam duel malam ini AS dan Jerman bisa sama-sama melenggang ke babak 16 besar Piala Dunia Brasil 2014 sebagai wakil Grup G.

 

Apakah mereka berdua tidak tergoda untuk bermain mata?

 

Pertanyaan di atas sempat diramaikan oleh kalangan pers Jerman. Alasannya, Jerman tidak sebersih seperti yang dikira orang. Mereka pernah bermain licik dan melanggar "moral bola". Itulah noda yang dikenang sebagai die Schande von Giyon atau aib dari Giyon.

 

Waktu itu, di Giyon terjadi penentuan dalam babak penyisihan Grup B Piala Dunia 1982. Aljazair sudah menekuk Jerman, 2-1, kalah dari Austria, 0-2, dan menang atas Cile, 3-2. Bagi Aljazair, babak berikutnya sudah di ambang mata. Jerman harus menang atas Austria, sedangkan Austria tidak boleh kalah lebih dari 2 gol. Jika skenario ini berjalan, Jerman dan Austria akan lolos dengan mengusir Aljazair pulang secara mengenaskan.

 

Disengaja atau tidak, ternyata skenario itu sungguh terbaca di lapangan. Pada menit ke-11, gelandang Jerman, Horst Hrubesch, berhasil menyarangkan gol ke gawang Austria. Penonton berharap pertandingan akan berjalan seru. Ternyata dalam 80 menit tersisa tidak kelihatan bahwa, baik Jerman maupun Austria, berniat bermain bola. Mereka hanya main-main. Jelas mereka hanya ingin mempertahankan skor 0-1 untuk kemenangan Jerman sampai akhir pertandingan.

 

Stadion Giyon menjadi gelanggang caci maki. Penonton bersuit-suit, jengkel. Suporter Aljazair gemas dan geram. Mereka mengacung-acungkan lembaran mata uang seakan hendak mengatakan, Jerman dan Austria adalah "koruptor bola". Komentator stasiun televisi Jerman, ARD, Eberhard Stanjek, menyebut laga itu sebagai aib. Koleganya dari televisi Austria, Robert Seeger, menganjurkan sebaiknya penonton di rumah mematikan saja televisi mereka.

 

Media-media di luar Jerman dan Austria mengecam dengan kasar aksi bola yang tidak terpuji itu. De Telegraaf dari Belanda mencaci peristiwa Giyon itu sebagai "sepak bola porno yang menjijikkan". La Gazzetta dello Sport dari Italia mengejeknya sebagai "sebuah lelucon yang menyakitkan". Dan, koran Perancis, Liberation, mencela sambil mengingatkan bahaya dari "amoral bola" itu, "Jika orang-orang Aljazair menuduh itu rasialisme, tuduhan mereka tidaklah keliru."

 

Akankah "aib dari Giyon" tersebut terulang di Recife? "Tidak mungkin!" bantah Klinsmann dengan tegas.

 

Saat peristiwa Giyon terjadi, Klinsmann baru berusia 17 tahun. Dia mengatakan sama sekali tidak punya urusan dengan peristiwa Giyon. Karena itu, tak mungkin dia dan Loew bersepakat untuk membuat "pakta tidak saling menyerang". "Kami datang ke Recife hanya dengan satu tujuan, yakni mengalahkan Jerman," kata mantan pelatih Jerman itu, seperti dikutip Suddeutsche Zeitung, kemarin.

 

Kekuatan moral

 

Joachim Loew, mantan asisten Klinsmann yang kini pelatih Jerman, juga terang-terangan menyatakan tidak mau mengalah. Bagi Loew, kemenangan atas AS adalah mutlak. Sebab, kemenangan itu bisa menguatkan moral untuk pertandingan selanjutnya.

 

"Apa yang ada di kepala kami akan memengaruhi kelakuan kami," kata Loew. Karena itu, Loew menjaga agar jangan sampai keraguan ataupun kekhawatiran hinggap di kepala anak-anak asuhannya.

 

Bola adalah bagian dari kultur. Maka, mengalahkan AS lewat bola juga akan menambah superioritas kultur Jerman terhadap AS. Sebab, menurut pengarang buku Planet Germany, Eric T Hansen, Jerman mempunyai kompleks rasa minder terhadap AS. Menurut Hansen, penulis satir AS yang lama hidup di Jerman, kompleks itu berhubungan dengan dihancurkannya Jerman oleh tentara Sekutu dalam Perang Dunia II.

 

Koloni AS

 

Sejak saat itu, Jerman merasa menjadi koloni AS dan orang-orang Jerman merasa AS telah menghancurkan kultur mereka. "Semua yang jelek datang dari AS," begitu orang Jerman meratapi nasibnya.

 

Apabila kompleks itu dibiarkan, orang-orang Jerman bisa menderita psychose. Karena itu, kata Hansen, orang Jerman harus memupuk kesadaran diri dan merasa dirinya sebagai bangsa yang sederajat dengan AS.

 

"Mereka harus berhenti meratap dan berani berkata, 'selesai dengan Amerika'," tulis Hansen dalam Zeit online menjelang pertemuan Jerman dan AS di Recife nanti.

 

"Selesai dengan Amerika," itulah tekad Loew dengan sepak bolanya. Memang dengan bola Jerman juga bisa mengangkat harga dirinya terhadap AS. Oleh karena itu, kata seri tidak ada dalam benak mereka.

 

Sementara itu, kata Klinsmann, "Giyon adalah bagian sejarah Jerman, bukan sejarah AS. Kami adalah sahabat, tetapi kali ini persoalannya bukanlah persahabatan. Kali ini adalah urusan pertandingan untuk menang." Menjelang duel Jerman-AS nanti, Klinsmann harus menjadi "orang Jerman yang memusuhi Jerman".

 

Menjelang Piala Dunia 2014, Klinsmann telah meminta Berti Vogts, yang juga mantan pelatih Jerman, untuk membantunya. Menurut Vogts, Klinsmann sebenarnya sudah tahu kelemahan-kelemahan Jerman. "Klinsmann sebenarnya tidak membutuhkan saya untuk mengetahui rahasia kesebelasan Jerman. Ia mengenal mereka dengan lebih baik," kata Vogts.

 

Klinsmann amat paham relung-relung kesebelasan Jerman. Mungkin itulah yang akan membuat anak-anak asuhan Loew tidak bakal terlalu mudah mengalahkan anak-anak Klinsmann di Recife nanti. []

 

KOMPAS, 26 Juni 2014

Sindhunata ; Wartawan, Pemimpin Redaksi Majalah 'Basis' Yogyakarta

__._,_.___

Posted by: Kinantaka <kinantaka@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.

.

__,_._,___