140610
Silaturrahim perlu dijaga keutuhannya.
Bismi ‘l-lahi ‘r-rahmani ‘r-rahiem.
Suasana akhir-akhir ini dapat menimbulkan banyak masalah dari yang kecil maupun yang besar, yang “sederhana” maupun yang rumit, yang samar maupun yang jelas. Salah satunya adalah munculnya kebencian ataupun yang menuju ke sana, semisal putusnya silaturrahim karena adanya perbedaan entah besar ataupun kecil, dengan munculnya sikap “tidak menghendaki” ataupun sampai memutus silaturrahim, walaupun mungkin baru bernadzar. Dalam bentuk sederhananya hal ini mungkin hanya berupa rasa “tidak senang”, mungkin menjadi tidak hendak berjumpa, memalingkan muka, berghibah dari cacat yang dilihatnya, memfitnah dengan sesuatu yang tidak benar, berseteru, ataupun bersumpah untuk selamanya akan menjauhinya. Padahal Allah SwT maupun RasulNya Muhammad SaW banyak sekali mengingatkan terkait dengan hal ini.
“.. DAN BERTAKWALAH KEPADA ALLAH YANG DENGAN (MEMPERGUNAKAN) NAMANYA KAMU SALING MEMINTA SATU SAMA LAIN, DAN (PELIHARALAH) HUBUNGAN SILATURRAHIM. SESUNGGUHNYA ALLAH SELALU MENJAGA DAN MENGAWASI KAMU.” (Surah an-Nisa' [4] ayat 1)
“ADAKAH ORANG YANG MENGETAHUI BAHWASANYA APA YANG DITURUNKAN KEPADAMU DARI TUHANMU ITU SAMA BENAR DENGAN ORANG YANG BUTA? HANYALAH ORANG YANG BERAKAL SAJA YANG DAPAT MENGAMBIL PELAJARAN(19), (YAITU) ORANG-ORANG YANG MEMENUHI JANJI ALLAH DAN TIDAK MERUSAK PERJANJIAN (20), DAN ORANG-ORANG YANG MENGHUBUNGKAN APA-APA (SILATURRAHIM)YANG ALLAH PERINTAHKAN SUPAYA DIHUBUNGKAN, DAN MEREKA TAKUT KEPADA TUHANNYA DAN TAKUT KEPADA HISAB YANG BURUK.” (Surah ar-Ra'd [13] ayat 19-21).
Peringatan Rasulullah: “Tidak dihalalkan bagi seorang unntuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, yang keduanya bertemu lalu yang satu memalingkan mukanya dan yang satunya juga memalingkan mukanya. Sebaik-baik mereka adalah yang memulai dengan salam” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim, dari Abu Ayub al-Anshary)
Seharusnyalah mukmin satu dengan mukmin lainnya saling cinta mencintai, menyatu dalam satu kesatuan seiman seibarat anggota tubuh yang satu, tidak justru menjadi seteru ataupun musuh. Jika perseteruan dan permusuhan yang terjdadi, maka kesatuan ummat terkoyak, kelemahanlah yang akan muncul. Oleh karena itulan Rasulullah benar-benar berpesan agar tidak terjadi putusnya persaudaraan. Sampai-sampai Rasulullah juga mengingatkan bahwa tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan silaturahim.
Perseteruan pada hakikatnya adalah gejolak amarah, yang tidak jarang tidak mudah memadamkannya. Namun waktu tiga hari oleh Rasulullah diangap cukup untuk meredamnya, jika digunakan dengan benar, yaitu dikembalikan ke bagaimana Allah dan RasulNya mengajari. Dengan kesempatan yang diberikan Allah lewat Rasulnya itu, maka di saat-saat pertama seharusnya akan terjadi saling mawas diri, merenungkan siapa yang salah. Kemudian akan muncullah kesabarannya kalau masing-masing ingat akan pesan Allah dalam menghadapi orang:
“JADILAH ENGKAU PEMAAF DAN SURUHLAH ORANG MENGERJAKAN YANG MAKRUF, SERTA BERPALINGLAH DARI PADA ORANG-ORANG YANG BODOH.” (Surah al-A'raf [7] ayat 199)
Selanjutnya untuk yang mulai berseteru itu diharapkan muncul kemauan untuk saling memaafkan. Di sinilah Rasulullah menyebutkan bahwa yang terbaik dari mereka adalah yang memulai menyapa, memberi salam. Ia berhak mendapat pahala sebagai orang yang lebih dulu punya inisiatif untuk berbaikan, menarik diri dari kesesatan. Jika sapaan itu tidak disambut, maka dosa perseteruan itu semuanya dialihkan Allah kepada yang tidak mau menyambut itu!
Jika karena kebenciannya seseorang kemudian sampai bernadzar atau bersumpah untuk memutuskan silaturahim, maka jika nantinya dia melanggar sikapnya itu dia harus membayar kafarah sumpah, walaupun yang dinadzarkan itu hal yang terlarang. Bayangkan jika seseorang harus menunaikan sumpah atau nadzarnya yang “salah”, yang berarti semisal harus memerdekakan 40 budak yang menjadi nadzarnya. Sejarah mencatat akibat lanjut dari “perseteruan” antara ummu ‘l-mukminin ‘Aisyah r.a. dengan keponakannya, Ibnu Az-Zubair. Berawal dari dia menolak pemberian ‘Aisyah bahkan bernadzar untuk meninggalkan beliau. Beliau menganggap hal ini sebagai penghinaan besar, karena beliau adalah satu-satunya bibinya yang masih hidup, dan beliau adalah pengasuhnya sejak kecil, maka beliau bernadzar untuk membebaskan 40 budak kalau Ibnu Zubair mau berbaik kembali. Jauh kemudian hari, ketika ada dua orang shahabat yang berhasil menyadarkan Ibnu Zubair dan ternyata ‘Aisyah menerimanya, beliau demikian menyesalnya; menangisi kekeliruan nadzarnya karena di akhirnya nyatanya beliau tak mampu menunaikan nadzarnya karena ketika Rasulullah wafat memang tidak meninggalkan harta ataupun budak.
Mudah-mudahan kita tidak sampai separah gambaran di awal di atas itu, agar ummat Islam tetap dapat menyatu untuk membangun bangsa dengan keunggulan mutu.
Wa ‘l-Lahu a'lamu bi ‘sh-shawwab.
==============================
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Semoga uraian di atas bermanfaat. Untuk menerima posting lainnya, silakan JOIN di URL http://groups.yahoo.com/group/pelita-hikmah/ atau kirim e-mail ke pelita-hikmah.subscribe@yahoogroups.com. Jika ingin kajian masalah tertentu silakan hubungi saya.
Wassalam,
H.R.M. Tauhid-al-Amien, dr.(UNAIR), MSc. (SEAMEO-UI), DipHPEd. (UNSW), AIF., AIFO.
e-mail: tauhidhw@gmail.com
Jalan Kendangsari Lebar 48 Surabaya INDONESIA 60292
Posted by: Rasyid-Mohammad Tauhid-al-Amien <tauhidhw@gmail.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment