Advertising

Sunday 25 April 2010

Re: [wanita-muslimah] Tragedi Berdarah Tanjung Priok dari Prospektive lain...apa hikmahnya?

 

PERISTIWA TANJUNG PRIOK
Jun 29, '07 10:51 PM
for everyone
Kronologi Peristiwa Tanjung Priok
Versi Abdul Qadir Djaelani

Abdul Qadir Djaelani adalah salah seorang ulama yang dituduh oleh aparat keamanan sebagai salah seorang dalang peristiwa Tanjung Priok. Karenanya, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat Tanjung Priok, sedikit banyak ia mengetahui kronologi peristiwa Tanjung Priok. Berikut adalah petikan kesaksian Abdul Qadir Djaelani terhadap peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984, yang tertulis dalam eksepsi pembelaannya berjudul "Musuh-musuh Islam Melakukan Ofensif terhadap Umat Islam Indonesia".

Sabtu, 8 September 1984

Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala as-Sa'adah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya berupa undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang.

Ahad, 9 September 1984

Peristiwa hari Sabtu (8 September 1984) di Mushala as-Sa'adah menjadi pembicaran masyarakat tanpa ada usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan penyelesaan kepada jamaah kaum muslimin.

Senin, 10 September 1984

Beberapa anggota jamaah Mushala as-Sa'adah berpapasan dengan salah seorang petugas Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut yang akhirnya dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang kebetulan lewat. Usul mereka supaya semua pihak minta penengahan ketua RW, diterima.

Sementara usaha penegahan sedang.berlangsung, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya dengan permasalahan itu, membakar sepeda motor petugas Koramil itu. Kodim, yang diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera melakukan penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk Ketua Mushala as-Sa'adah.

Selasa, 11 September 1984

Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan empat orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir Biki ini tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan Posko 66, dialah orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi penengah jika ada masalah antara penguasa (militer) dan masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata sia-sia.

Rabu, 12 September 1984

Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan Sindang Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Sa'adah, terus berlangsung juga. Penceramahnya tidak termasuk Amir Biki, yang memang bukan mubalig dan memang tidak pernah mau naik mimbar. Akan tetapi, dengan latar belakang rangkaian kejadian di hari-hari sebelumnya, jemaah pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan memberi petunjuk. Pada kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain, "Mari kita buktikan solidaritas islamiyah. Kita meminta teman kita yang ditahan di Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita protes pekerjaan oknum-oknum ABRI yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak membela kebenaran meskipun kita menanggung risiko. Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita harus memprotesnya." Selanjutnya, Amir Biki berkata, "Kita tidak boleh merusak apa pun! Kalau adayang merusak di tengah-tengah perjalanan, berarti itu bukan golongan kita (yang dimaksud bukan dan jamaah kita)." Pada waktu berangkat jamaah pengajian dibagi dua: sebagian menuju Polres dan sebagian menuju Kodim.

Setelah sampai di depan Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan. Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak, "Mundur-mundur!" Teriakan "mundur-mundur" itu disambut oleh jamaah dengan pekik, "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Saat itu militer mundur dua langkah, lalu memuntahkan senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil menjerit histeris; beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi syuhada. Malahan ada anggota militer yang berteriak, "Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!" Lebih sadis lagi, mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih bergerak maka ditembak lagi sampai mati.

Tidak lama kemudian datanglah dua buah mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan. Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui oleh mobil truk tersebut. Jeritan dan bunyi tulang yang patah dan remuk digilas mobil truk besar terdengarjelas oleh para jamaah umat Islam yang tiarap di got-got/selokan-selokan di sisi jalan.

Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam truk, bagaikan melempar karung goni saja. Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh mayat-mayat atau orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung goni.

Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya and di sisinya, sampai bersih.

Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh Amir Biki. Kira-kirajarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki. Begitu jaraknya kira-kira 7 meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong dengan peluru yang keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan jamaah itu jatuh tersungkur menggelepar-gelepar. Melihat kejadian itu, jamaah pengajian yang menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan diri, tetapi disambut oleh tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh tersungkur menjadi syahid. Menurut ingatan saudara Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu dilemparkan ke dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40 mayat berada di dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot Subroto (dahulu RSPAD).

Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat itu langsung dibawa ke kamar mayat, termasuk di dalamnya saudara Yusron. Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan mayat-mayat itu di kamar mayat, saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong. Petugas rumah sakit datang dan mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke tempat lain.

Sebenarnya peristiwa pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi apabila PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau berusaha untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini sering sesumbar kepada media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu kejadian sedini dan seawal mungkin. Ini karena pada tanggal 11 September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan Kolonel Polisi Ritonga, Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan bahwa jamaah pengajian di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang rekannya yang ditahan, disebabkan membakar motor petugas. Bahkan, menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya, di saat saya ditangkap tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12 September 1984, kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor Satgas Intel Jaya.

Sumber: Buku Tanjung Priok Berdarah, Tanggungjawab Siapa: Kumpulan Fakta dan Data, Yogyakarta: Gema Insani Press.

***

AM Fatwa: Amir Biki Ditembak Aparat
Thursday, 05 February 2004 06:29 Nasional

Menurut Wakil Ketua DPR-RI, AM. Fatwa, kematian tokoh Priok Amir Biki ternyata karena luka tembakan aparat keamanan dalam peristiwa berdarah Tanjung Priok, 12 September 1984 Hidayatullah.com--Pernyataan ini disampaikan Wakil Ketua DPR RI, AM Fatwa saat menjadi saksi dalam persidangan HAM berat Tanjung Priok di Pengadilan Jakarta Pusat, kemarin.

Persidangan tersebut dipimpin Ketua Majelis Hakim Ad Hoc Citut Sutiarso dengan terdakwa Mayjen (purn) Rudolf Adolf Butar-Butar, mantan Dandim 0502/Jakarta Pusat.

Menjawab pertanyaan anggota majelis hakim ad hoc lainnya mengenai penyebab tewasnya Amir Biki, Fatwa mengatakan, Amir Biki tewas akibat tertembak timah panas. "Namun, waktu itu saya hanya melihat banyak bekas darah di tubuh Amir Biki. Karena jenazah almarhum Amir Biki sudah terbungkus kain. Saya tidak melihat secara langsung adanya bekas tembakan," kata Fatwa seperti dikutip koran Media Indonesia.

Fatwa menambahkan, jenazah almarhum Amir Biki saat itu tidak dimandikan karena atas keyakinan para ulama bahwa kematian almarhum sebagai mati syahid. "Jadi bekas darah itu terlihat jelas. Saya melihatnya saat pemakaman almarhum, karena saya hadir di lokasi dan memberi sambutan," tegas Fatwa.

Lebih lanjut, Fatwa mengatakan, berita tertembaknya Amir Biki hingga tewas diperolehnya dari ibunda Amir Biki dan masyarakat, serta orang-orang yang menyaksikan tertembaknya Amir Biki. "Kalau soal kematian almarhum, saya diberi tahu melalui telepon oleh adik kandung Amir Biki, yaitu Faisal Biki yang mengatakan bahwa kakakanya telah tiada," kata Fatwa.

Ketika ditanya majelis hakim bagaimana dirinya bisa mengetahui meledaknya peristiwa Tanjung Priok, Fatwa dengan tegas menjelaskan, mengetahui hal itu dari telepon. "Setelah itu, saya menelepon Pak Ali Sadikin untuk memberi tahu peristiwa Tanjung Priok. Waktu itu saya sebagai Sekretaris Petisi 50, yang sering membahas permasalahan aktual seperti masalah politik."

Somasi

Usai sidang, Fatwa menyatakan siap jika disomasi oleh pihak yang proislah (rujuk) para korban Tanjung Priok. Rencana somasi itu mencuat ke permukaan setelah Fatwa menjadi saksi dalam persidangan HAM Tanjung Priok dengan terdakwa Pranowo, pekan lalu. Saat itu Fatwa mengatakan bahwa islah yang terjadi antara korban Tanjung Priok dengan pihak TNI merupakan rekayasa.

Menurut Fatwa, dirinya siap melayani somasi dari pihak keluarga korban apabila mereka tidak puas dengan pernyataannya. "Silakan, saya siap kok melayaninya," jelasnya.

Fatwa menjelaskan, dirinya tidak melayani secara pribadi atau orang per orang dari korban kasus Tanjung Priok. Karena Peristiwa Tanjung Priok ini tidak bisa dilihat secara lokal tapi harus secara nasional. "Posisi saya sekarang berada untuk mewakili rakyat, tentu saja ada beberapa korban Tanjung Priok yang masih berkomunikasi dengan saya tetapi tidak semuanya," katanya.

Mengenai keterlibatan terdakwa Rudolf Adolf Butar-Butar dalam peristiwa Tanjung Priok, menurut Fatwa, Butar-Butar harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut. "Butar-Butar harus bertanggung jawab karena dia sebagai komandan yang memerintahkan anak buahnya untuk menyerang massa."

Misteri

Kasus Tanjung Priok hingga kini terus menjadi misteri. Sejumlah saksi mengatakan, peristiwa yang sangat melukai perasaan umat Islam itu telah diduga menimbulkan sedikitnya 400 korban nyawa. Meski oleh aparat hanya diakui sekitar 53 orang.

Kepada detik.com Mayor (Purn) Lasmana Ibrahim, memberikan kesaksian, malam itu, Pangkobkabtib di bawah pimpinan Pangab yang saat itu dipimpin LB Moerdani dan Pangdam Jaya di bawah Try Sutrisno harus mendatangkan truk-truk militer dan sipil serta mobil UPK (Unit Pemadam Kebakaran) untuk membersihakan TKP (Tempat Kejadian Peristiwa) akibat ceceran darah korban. mi/cha)

***

Fyi, di [R@ntau-Net] dullatip pakai nama Taufik Malin(g)
Gayung bersambut, kata berjawab. Mulai sekarang, saya bersikap keras, beginilah cara saya menyambut gayung, menjawab kata si pungo findamentalist dullatip taufik malin(g) yang antek American Zionism, yang suka menjual nama Allah sambil mencerca memaki-maki para ulama.
HMNA

----- Original Message -----
From: "abdul" <latifabdul777@yahoo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Sunday, April 25, 2010 07:28
Subject: [wanita-muslimah] Tragedi Berdarah Tanjung Priok dari Prospektive lain...apa hikmahnya?

Sangat menyedihkan sekali terjadi pertumpahan darah tentara pemerintah dan rakyat tanjung Periok yang pada waktu itu di pimpin oleh seorang ulama2 yang berhaluan Keras..fundamentalis fanatik.

Seperti saya jeladskan dimana ada golongan2 islam fundamentalis disana terjadi ==kekerasan ===dan kemiskinan==
#############################################################################
HMNA:
Ou la la, vervelende vent, alle joden, dullatip taufik malin(g) fundamentalist JIL antek / budak state terrorist American Zionism, yang doyan jual Nama Allah, berdirilah di depan cermin, pandang baik-baik sosok yang waang saksikan, di situ terpampang tampang the real koppig fundamenalist yang yang tulisannya hasil dorongan SETAN dan tidak pernah kembali kejalan yg lurus, yaitu fundamentalist pungo dullatip yang infidel MERUSAK ISLAM DARI DALAM, musang berbulu ayam, menentang Allah, menganggap hukum Allah, yaitu sanksi cambukan itu primitif dan jahiliyah: Pezina perempuan dan pezina laki-laki setiap orang dari keduanya mendapatkan dera seratus cambukan (QS 24:2). dul-dullatip taufik malin(g) tukang fitnah, dul-dullatip jabrut lebih keji / kejam dari seorang pembunuh.

duldullatip taufik malin(g) jabrut ! Itu berawal dari Proyek LB Moerdani yang diajukan kepada Soehato saat itu adalah menciptakan stimulus dan prakondisi atas segera diberlakukannya asas tunggal Pancasila yang banyak mendapatkan tantangan dan penolakan dari kalangan tokoh Islam.

Pancingan dan pematangan oleh intelejen (BAKIN, BAIS, dan BIA) maupun penguasa teritori militer terang-terangan menyulut kemarahan ummat melalui sikap kurang ajar dan tak terpuji aparat teritori (angota Babinsa Koramil) yang mengguyurkan air comberan dan sengaja masuk ke dalam Mushalla tanpa melepas sepatu laras kotornya, di samping mengumbar kalimat jorok dan menantang ummat Islam, yang mengakibatkan dibakarnya motor aparat teritori tersebut.

Itulah yang berlanjut memicu terjadinya drama pembantaian ummat Islam di Tanjung Priok pada 12 September 1984, yang diawali dengan penangkapan beberapa jama'ah mushalla, berlanjut dengan munculnya reaksi tokoh-tokoh PTDI (Perguruan Tinggi Dakwah Islam) kemudian disusul Amir Biki tokoh masyarakat Priok menggelar tabligh akbar yang panas, namun itulah yang diinginkan oleh rezim militer pada saat itu.

Semangat dan pekik takbir ummat Islam berdemo menuntut pembebasan anggota jama'ah mushalla yang ditahan aparat. Namun mereka dihadapi dengan peluru tajam pasukan tempur dan kekuatan penuh rezim militer, langsung di bawah komando Pangdam Jaya Try Soetrisno dan Pangab LB Moerdani. Momentum ini dimanfaatkan untuk menciduk dan memenjarakan banyak aktivis Islam melalui penyusupan informan dalam rangka inventarisasi jaringan aktivis Islam seluruh Indonesia.

#########################################################################

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment