Advertising

Tuesday, 2 October 2012

[wanita-muslimah] Kami Terus Mengamin-Aminkan, Tetapi Tidak Menangis

 

Senin, 9 Februari

Saya melakukan shalat shubuh dengan bertayamum, dan seusai shalat keluar untuk mencari toilet. Walaupun sudah mendengar sebelumnya, saya agak terkejut juga melihat di luar tenda banyak pepohonan yang cukup rimbun, yang kemudian saya ketahui bahwa penanaman pohon-pohon tersebut dilakukan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia atas saran Presiden Pertama RI Bung Karno.

Ketika melewati Pos Kesehatan dokter Iva menyapa, apakah saya perlunya dengannya, saya jawab bahwa saya akan ke toilet. Di depan tolet permamen yang baru dibangun 1) banyak jemaah pada antri. Apa boleh buat, bersabar dalam menunggu giliran adalah suatu hal yang sewaktu-waktu tidak terhindarkan selama berada di Tanah Suci.

Selesai sarapan pagi dengan nasi boks dan buah yang disediakan Panitia Haji, kami keluar berkeliling dengan beberapa teman, dan setelah berada di luar kami mengetahui bahwa kemah kloter kami berada di dekat batas Arafah. Kami lalu berfoto-foto di dekat tiang papan besar yang menyatakan bahwa kawasan itu merupakan batas Arafah.

Kur dan saya sempat berfoto berdua di atas onta yang sedang jongkok. Saya tidak diperboleh berfoto ketika onta sedang berdiri oleh ‘Mat Kodak’ lokal merangkap pemilik onta, karena tidak dapat mengangkangkan kaki karena sedang berpakaian ihram. “Berbahaya”, kan? Walhasil hanya Kur saja yang sempat “mejeng” di atas onta yang sedang berdiri, yang untuk satu kali jepretan,  kami harus merelakan living cost kami berkurang 20 riyal.

Puas berkeliling-keliling kami kembali masuk tenda menunggu saat berwukuf setelah matahari tergelincir. Sebelum waktu dzuhur kami menyantap nasi boks yang disediakan oleh maktab.

Tidak lama setelah selesai shalat dzuhur yang diqasar dan dijamak dengan ashar, ustadz kami berdiri dan dengan menggunakan megafon yang dipegang oleh seorang jemaah, beliau mulai menyampaikan khutbah Arafah. Seperti biasa, pak Ustadz tidak lupa menyapa kami sebagai “tamu-tamu Allah”. Beliau berkhotbah selama lebih kurang 20 menit, yang isinya antara lain mengulangi keutamaan ibadah haji.

Selesai, berkhutbah beliau lalu memimpin kami berdoa, yang seperti biasa, lalu kami aminkan. Beliau terus membaca doa dalam Bahasa Arab, dan tentunya terus pula kami amin-aminkan. Lalu terdengar suara beliau agak parau, dan terlihat mata beliau mulai basah. Kami terus mengamin-aminkan, tetapi tidak menangis karena mungkin hanya sedikit di antara kami yang paham arti do’a dalam Bahasa Arab yang dibaca pak Ustadz.

Di dalam hati saya berharap agar pak Ustadz segera mengakhiri do’a beliau yang cukup panjang itu, karena saya ingin bermunajah, mengadu dan berdo’a sendiri langsung kepada Allah di tempat di mana Ia membuka hijab,  tempat di mana do’a lebih diijabah, pengaduan lebih diperhatikan, munajah lebih didengar dan pengampunan lebih disegerakan.

Tetapi harapan tinggal harapan. Begitu selesai membaca do’a, beliau meminta kami bersujud syukur, dan berdoa buat kedua orang tua, yang langsung kami lakukan. Tetapi mungkin karena terlalu mendadak, kebanyakan jemaah sepertinya tidak siap; hanya terdengar satu suara perempuan yang menangis.

Saya sendiri sudah tidak ingat apa yang saya baca ketika sujud syukur tersebut.

Setelah selesai sujud syukur, saya kembali ingin bermunajah dan berdo’a sendiri langsung kepada  Allah SWT. Tetapi apa hendak dikata, tiba-tiba pak Ustadz berbicara melalui megafon dengan suara terharu atau diterharu-terharukan: “Ini lah yang dapat diberikan Yayasan, dan Yayasan mohon maaf atas kekurangan-kekurangan pelayanan kepada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu.” Lalu sembari mengutip hadis Nabi “Al-hajju Arafah” beliau mengatakan: “Hari ini Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sudah menjadi haji,” dan kemudian mengajak semua jemaah untuk berdiri, dan saling mengucapkan selamat.  Semua jemaah lalu berdiri dan membentuk barisan, lalu berjalan melingkar sembari bersalam-salaman dan saling menempelkan pipi. Dengan gontai saya pun ikut berdiri mengikuti jemaah yang di depan saya.

“Al-hajju Arafah,” lalu kami sudah “ditahbiskan” menjadi haji?

Hampir tidak percaya saya kepada apa yang saya dengar dan saya lihat.

Memang melempar tiga jumrah hanya merupakan wajib haji, yang bisa diwakilkan atau ditinggalkan dengan membayar dam. Tetapi thawaf ifadlah dan sa’i haji, bukankah juga merupakan rukun haji, yang kalau tidak dikerjakan, maka haji seseorang tidak sah, dan harus mengulanginya kembali tahun berikutnya?

Ataukah saya yang salah persepsi?

Hal lain yang sangat mengganggu perasaan saya, ialah ucapan pak Ustadz yang “mentahbiskan” kami “sudah menjadi haji”, karena beliau, atau siapapun tidak dalam posisi seperti itu. Bahkan saya tidak pernah menemukan hadis yang meriwayatkan Rasulullah SAW mengucapkan hal semacam itu kepada para sahabatnya ketika beliau berhaji.

Sejujurnya, saat itu adalah saat yang paling mengcewakan saya selama berada di Tanah Suci.

Tetapi saya tidak mau larut dalam perasaan kecewa. Ingat bahwa Kekuasaan, Kasih Sayang dan Kemurahan Allah SWT mengatasi tempat, ruang dan waktu, dan setiap peristiwa ada hikmah yang tidak diketahui saat itu, mendorong saya untuk  segera berjuang melawan kekecewaan, lalu mulai berdoa, bermunajah, mengadu dan mohon pengampunan kepada Allah SWT dengan khusuk, dan air mata sayapun mulai berlinang.

Perasaan khusuk semakin mengental,  ketika saya kembali mendengar suara talbiyah dari tenda sebelah yang dilantunkan dengan lembut, khusuk dan syahdu. Lantunan talbiyah kemudian mereka lanjutkan dengan pembacaan surah-surah pendek seperti Surat Al-Ihklas dan lain-lain.  Mereka baru terdengar berhenti melantunkan Kalam Illahi menjelang waktu maghrib.

Seusai shalat maghrib yang diqasar dan dijamak dengan isya dan makan malam, kami mulai berkemas dan bersiap-siap keluar menunggu bus-bus yang akan membawa kami untuk mabit (bermalam) serta mencari kerikil di Muzdalifah malam ini, dan sehabis shubuh meneruskan perjalanan ke Mina guna melakukan pelontaran jumrah Aqabah pada hari pertama 2).

Kur termasuk yang pertama keluar dari tenda sembari menarik roda bagasi berisi handbag saya dan handbagnya sendiri. Saya tadinya hendak melarangnya karena khawatir udara di luar yang dingin akan menyebabkan dia sakit. Tetapi saya tahu Kur yang punya kemauan keras tidak akan kembali ke dalam tenda karena dia sudah siap. Karena itu saya putuskan untuk diam saja.

Secara barangsur akhirnya kami semua bergerak meninggalkan tenda dan dengan berbaris berjalan ke halte bus khusus bagi  penjemputan jemaah di blok tersebut. Merasa capek setelah hampir satu jam berdiri menunggu, sementara bus-bus yang akan menjemput kloter kami belum juga muncul. rombongan kami memutuskan untuk beristirahat di dua buah tenda kosong di dekat halte yang penghuninya sudah berangkat duluan.

Setelah cukup kesal menunggu, bus-bus yang ditugaskan menjemput baru datang lewat tengah malam. Seperti biasa, rombongan kami mendapat dua bus. Hanya kali ini bus yang akan mengangkut kelompok pak Ketua Kafilah berada di depan, sedangkan bus yang memuat kelompok kami yang dipimpin pak Ustadz berada di belakang.

Pengemudi mulai menghidupkan mesin kembali menandakan kedua bus akan segera berangkat, dan kami melihat  pak Ketua Kafilah dan pak Ustadz bersiap-siap naik ke atas bus masing-masing.

Ketika itu jarum jam menunjukkan pukul satu lewat tengah malam.

----------------               

1)         Sebelumnya perkemahan di Arafah hanya  dilengkapi dengan  toilet darurat/sementara yang tidak dilengkapi keran air sehingga jemaah harus membawa gayung atau botol-botol air kemasan, yang tidak jarang ditinggal begitu saja oleh jemaah setelah selesai melaksanakan keperluannya, sehingga menumpuk di sana.

2)         Sebagian kecil jemaah ada yang langsung ke Makkah terlebih dahulu guna melakukan Shalat Iedul Adha di Masjidil Haram, melaksanakan thawaf ifadlah dan sa’i, bertahallul awal, kemudian baru ke Mina untuk melempar Jumrah.

 

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment