Advertising

Monday, 1 November 2010

berdiskusilah dengan hikmah dan maw'idzotul hasanah Bls: Pengertian wahyu secara etimologis <= Re: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara

 

Bung Mu'iz,

Esensi dari ajaran Islam yang saya pelajari adalah, bahwa turunnya wahyu adalah hak prerogatif Allah. Kenabian serta diturunkannya nabi/rasul Allah adalah hak prerogatif Allah. Diterima atau tidaknya keimanan/keyakinan adalah hak prerogatif Allah. Islam atau tidaknya seseorang adalah hak prerogatif Allah yang menentukan. Manusia tidak bisa mengatur hak prerogatif Allah tersebut.

Nah, dalam diskusi soal wahyu itulah yang ingin saya tanyakan, kok bisa HMNA dan Anda mengatakan wahyu ("wahyu verbal/lisan") tidak turun lagi?

Salam,
MAS

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Abdul Muiz <muizof@...> wrote:
>
> Kalau diskusinya model begini ya tidak usah diteruskan, karena diskusi itu jadi menarik apabila ada rasa empathy antara kedua belah pihak. Judgement dengan kesimpulan subyektif (boleh jadi karena ada aksi dan reaksi dan merasa obyektif) akan berakhir dengan caci mencaci, substansi berubah menjadi penyerangan pribadi. Lakum dinukum wa li yadin.
>  
> Pertanyaan, "kok bisa manusia mengatur Allah" tidak perlu dilontarkan, karena kalau manusia mengatur Allah, maka Allah akan kehilangan kuasa-Nya, pada gilirannya sampai pada kesimpulan naif atau absurd manusialah yang seharusnya layak lebih berkuasa dari pada Allah. Allah tidak lagi sanggup berbicara secara verbal (lisan), lha lantas bagaimana "lisan" Allah itu berkehendak ? katanya mukhalafatu lil hawadits ? laysa kamtslihi ? capek deh.
>  
> Yang nyastra dikit deh, kalau soal bahasa sastra banyak gurunya di WM ini, Be happy
>
> --- Pada Sen, 1/11/10, ma_suryawan <ma_suryawan@...> menulis:
>
>
> Dari: ma_suryawan <ma_suryawan@...>
> Judul: Pengertian wahyu secara etimologis <= Re: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara
> Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Tanggal: Senin, 1 November, 2010, 3:34 PM
>
>
>  
>
>
>
> Hadits Qudsi termasuk wahyu verbal atau non verbal?
>
> Jika ajaran dalam agama Anda mengajarkan wahyu verbal tidak lagi diturunkan oleh Allah setelah Nabi SAW, apakah kemudian Allah tidak bisa lagi bicara kepada hamba-Nya secara verbal (lisan)?
>
> Lho kok bisa ya Anda ngatur Allah bagaimana Dia harus berbicara kepada hamba pilihan-Nya ...
>
> Salam,
> MAS
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrahman@> wrote:
> >
> > Pengertian wahyu secara etimologis
> > Secara etimologis, "wahyu" terbagi dua:
> >
> > 1. Wahyu verbal hanya diturunkan kepada para nabi,"FabasaLlahun nabiyyyina mubasysyiriyna wamundziriyna wa anzala ma'ahumul kitaba bilhaqqi liyahkum bainan naasi piymakh talafuw fiyhi" (Maka Allah membangkitkan nabi-nabi untuk penggembira dan penggentar dan menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran untuk (menetapkan keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan) (Qs. Al-Baqarah [2]:213). Jadi menurut ayat ini barulah perlu dan cukup tentang kriteria seorang Nabi ialah mendapat wahyu verbal berupa Kitab sebagai rujukan untuk menetapkan keputusan hukum (yahkum). Wahyu verbal ini tidak lagi diturunkan Allah setelah Nabi Muhammad SAW. Ini tidak berarti sifat Allah yang Mutakallim sudah berhenti, karena manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang cerdas, ada malaikat dan ada pula makhluk yang cerdas di makrokosmos (jagat raya), "wa lahu aslama man fis samawati wal ardhi" (dan Islamlah barang siapa
> yang ada di langit (makrokosmos) dan di bumi (mikrokosmos) (Qs Ali 'Imraan [3]:83). Dikatakan makhluk cerdas karena dinyatakan dengan man (siapa) bukan ma (apa) untuk benda-benda ciptaan Allah yang tidak cerdas.
> >
> > 2. Wahyu non-verbal terdiri atas empat:
> >
> > 2.1. Bermakna "isyarat" (al-isyârah). Makna ini dijelaskan oleh Allah SWT., "Fakharaja 'ala qawmihi mina'l-mihrabi fa awha ilayhim an sabbihuhu bukratan wa 'asyiyyan" (Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang) (Qs. Maryam [19]: 11). Makna "wahyu" di sini adalah isyarat kepada kisah nabi Zakariya.
> >
> > 2.2. Bermakna "ilham secara fitrah" (al-ilham al-fithriy). Makna "wahyu" ini dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya, "Wa awha rabbuka ila al-nahli anittahidziy mina'l-jibali buyutan wa mina's-syajari wa mimma ya'risyun. Tsumma kuliy min kulli al-tsamarat faslukiy subula rabbiki dzululan yakruju min buthuniha syarabun mukhtalifun alwanuhu fihi syifa'un
> > linnasi inna fi dzalika la'ayatan liqawmin yatafakkarun" (Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.) (Qs. Al-Nahl [16]: 68-69). Jadi, arti "pewahyuan" (al-iha') di sini adalah "al-ilham al-fithriy", petunjuk (al-hidayah) , arahan (al-tawjih) bagi lebah untuk menempuh sebab-sebab dalam mempertahankan eksistensinya, melakukan kerjanya lewat fitrahnya dan instingnya yang sangat menakjubkan.
> >
> > 2.3. "Ilham Tuhan" (al-Ilham al-Ilahiy). Artinya, apa yang disematkan oleh Allah ta'ala ke dalam hati hamba-hamba- Nya yang terpilih, yang berkaitan dengan jalan-jalan kebaikan, arah kebaikan, dan cara berbuat kebaikan. Hal ini dijelaskan oleh-Nya, "W awhayna ila ummi Musa an ardhi'hi fa idza khifti 'alayhi fa'alqihi fi'l-yammi wa la takhafiy wa la tahzaniy
> > inna raaduhu ilayki wa ja'iluhu mina'l-mursalin" (Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul) (Qs. Al-Qashash [28]: 7).
> >
> > 2.4. Bisikan (al-waswasah) . Artinya, apa yang dimasukkan oleh setan ke dalam jiwa dan menipu manusia dari kebenaran (al-haqq) dan kebaikan (al-khayr). Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT., "Kadzalika ja'alna likulli nabiyyin 'aduwwan syayatina'l-insi wa'l-jinni yuhiy ba'dhuhum ila ba'dhin zukhrufa'l-qawli ghururan wa law sya'a rabbuka ma fa'aluhu fadzarhum wa ma yaftarun. Wa litashgha ilayhi af'idatu'l-ladzina la yu'minuna bi'l-Akhirati wa liyardhawhu wa liyaqtarifu ma hum muqtarifun" (Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan) (Qs. Al-An'am [6]: 112). Jadi, setan adalah makhluk pembangkang dan tiran (al-mutamarrid al-thagiyah) :
> apakah jenisnya dari jin atau manusia. Kedua-duanya menghalang-halangi setiap seruan kebenaran: menanamkan "keraguan" (syubhat), mengobarkan fitnah dan menghalangi jalan kebenaran.
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: "Abdul Muiz" <muizof@>
> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> > Sent: Monday, November 01, 2010 00:31
> > Subject: Bls: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara
> >
> >
> > wahyu verbal ya dapat ditemukan di suhuf-suhuf, taurat, zabur, injil dan qur'an. Yang non verbal itu ya bertebaran di alam semesta dan isyarah-isyarah, insting (intuisi) dsb, makanya lebah saja diberikan wahyu.
> >
> > Salam
> > Abdul Mu'iz
> >
> > --- Pada Ming, 31/10/10, ma_suryawan <ma_suryawan@> menulis:
> >
> >
> > Dari: ma_suryawan <ma_suryawan@>
> > Judul: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara
> > Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Tanggal: Minggu, 31 Oktober, 2010, 11:26 PM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Bung Mu'iz,
> >
> > Menurut Anda, Tuhan tidak akan pernah berhenti dengan wahyu non verbal-Nya. Apakah wahyu verbal-Nya sudah berhenti?
> >
> > Apa yang dimaksud dg wahyu non verbal dan verbal? Siapa yang membuat klasifikasi ini?
> >
> > Salam,
> > MAS
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>
>
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment