Polisi (Film) India
Oleh: Fuad Rumi
Besok, Sabtu 27 November akan diadakan seminar nasional di hotel Clarion tentang kepolisian. Temanya, Menuju Polri yang Profesional dan Dipercaya Masyarakat. Pembicaranya adalah Prof Dr Achmad Ali, SH MH, Irjen Pol Dr Drs Untung S Radjab, SH, dan Prof Dr Hermawan Sulistiyo.
Karena saya ditugasi jadi moderator, lalu terinspirasi membuat pengantar lewat kolom ini, yang ringan-ringan saja.
Saya ingat film India. India seringkali membuat film yang menggambarkan adanya oknum polisi negerinya yang selalu melindungi penjahat dan korup. Sosok itu dikenal sebagai Tuan Takur, pengusaha kaya, dengan berbagai macam bisnis ilegal, berwatak jahat dan bengis, selalu memperalat polisi untuk melindungi kejahatannya.
Tidak ada polisi yang berani menangkapnya karena Tuan Takur telah menguasai kalangan petinggi kepolisian. Kalau ada yang coba macam-macam malah polisinya yang terdepak kehilangan jabatan.
Sebagaimana biasanya film India, kita pun disuguhi cerita panjang, berliku-liku dan bertele-tele tentang orang-orang kecil yang tertindas, tanahnya dirampas oleh pengusaha model Tuan Takur yang dibekingi seabrek tukang pukul dan juga polisi.
Maka institusi kepolisian dalam film India itu, digambarkan sebagai institusi yang di dalamnya bercokol oknum-oknum polisi korup, bermoral rendah, berkolaborasi dengan pengusaha hitam untuk melindungi kejahatannya.
Dengan ulah demikian, maka citra polisi menjadi jatuh di mata masyarakat. Masyarakat lalu menunjukkan kepatuhan kepada polisi bukan karena sadar hukum, tapi karena takut. Diam-diam mereka menyumpah-serapahi polisinya sendiri.
Tapi menonton film India ada kiatnya agar tidak tegang. Bayangkan saja endingnya, pasti melegakan. Film India selalu happy ending. Tuan Takur dan polisi pembekingnya, boleh saja membuat kita sakit hati sepanjang dua pertiga film.
Tapi menjelang ending, muncul sosok Inspektur Vijay. Inspektur Vijay digambarkan sebagai sosok perwira muda polisi, yang handsome, gagah, jagoan, teguh dalam prinsip, tidak mempan disuap dan pantang mundur menghadapi kejahatan.
Inspektur Vijay-lah yang kemudian menggulung kejahatan Tuan Takur sekaligus membongkar borok dalam institusinya sendiri dengan adanya oknum polisi korup dan bermoral buruk. Itulah salah-satu cara publik India membuat kritik sosial, termasuk di dalamnya kritik terhadap polisinya sendiri.
Digambarkan bahwa kepolisian sebagai institusi penegak hukum memang tidak luput dari bercokolnya oknum-oknum korup. Bahkan jumlahnya bisa sedemikian banyak sehingga membuat masyarakat membuat stigma, bahwa polisi tidak bisa dipercaya.
Tapi film India tidak ingin stigma itu melekat dalam skeptisisme masyarakat terhadap polisinya. Maka dihadirkanlah inspektur Vijay. Artinya, tidak semua polisi bermoral buruk. Begitu juga, pada akhirnya kebatilan juga akan bisa ditumpas. Tubuh institusi kepolisian bisa disterilkan kembali.
Lalu, bagaimana pula kritik model Indonesia terhadap polisinya sendiri? Kita tidak perlu latah bikin film seperti film India itu. Kritik kita mungkin cukup model joke, seperti joke almarhum Gus Dur. Kata beliau, di Indonesia ini hanya dua polisi yang jujur, yaitu polisi tidur dan patung polisi he. he. he..
http://aktiviti.fajar.co.id/read/110582/78/polisi-film-india
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment