Advertising

Saturday 12 March 2011

[wanita-muslimah] Surat Terbuka Della untuk Pak Marzuki Alie dan Salam dari Bapak Marzuki Alie Khusus Buat Pekerja Rumah Tangga di Hong Kong

 

Milisers yang baik,

Dibawah ini adalah lampiran 'surat terbuka' dari salah satu penulis kolumnis
kompasiana.com bernama Della Anna. Surat terbuka ini saya dapat dari
kompasiana.com, yang isinya merespons pernyataan anggota DPR - PD bernama
Marzuki Alies (MA) sebagai pernyataan spektakuler dan bersifat "kontrofersial",
dalam hal 'Ketenagakerjaan' sebagai tenaga asing sektor rumah tangga di Luar
negeri.

Juga, saya lampirkaan beberapa komentar atas "surat terbuka" tsb dan karya
tulisan dari salah satu TKI-HK bernama Ani Ramadhanie, yang pula dalam
tulisannya merespons sikap politik dan pernyataan MA - sang anggota DPR tapi
pula cukup aktip menulis di kompasiana.com

"Surat Terbuka" dari Della Anna dan tulisan Ani Ramadhanie dibawah ini adalah
dari sekian banyak reaksi yang ada di kompasiana.com, berawal pada reaksi
pemberitaan di situs Detik.com, 26 februari 2011, berjudul: Marzuki Alie: "TKW
PRT buat Citra Indonesia Buruk."
Info selanjutnya silahkan click:
http://us.detiknews.com/read/2011/02/26/135623/1579983/10/marzuki-alie-tkw-prt-buat-citra-indonesia-buruk

Info lainnya, silahkan click:
ID Marzuki Ali bisa click:http://id.wikipedia.org/wiki/Marzuki_Alie
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/02/27/jangan-sampai-wartawan-detikcom-versus-kompasianers-seputar-pemberitaan-modis-bersama-marzuki-alie/

Mudah2an postingan ini bermanfaat bagi mereka yang peduli dan menghargai jasa
besar kaum pekerja PRT di luar negeri sebagai salah satu penyumbang devisa
terpenting buat Indonesia, ini mengingat lebih dari 60% devisa Indonesia sekitar
6,6 miliar dollar AS tahun 2010 berasal dari sekitar 700 ribu TKW-PRT. Selain
itu, bagi TKI yang akan berangkat masih pula dikenakan pungutan 15 dollar AS
per orang.

Salam Sejahtera

MiRa - Moderator milis sastra-pembebasan

***

Surat Terbuka Della untuk Pak Marzuki AlieOPINI | 02 March 2011 | 18:11
________________________________

Kepada Yth,

Pak Marzuki Alie ditempat.-

Pak Marzuki yang budiman, sebelum saya memulai surat saya ini. Saya harapkan
kiranya pak Marzuki ada dalam situasi sehat wal' afiat dan juga lancar dalam
tugas-tugas, amin.

Sayang sekali yaa pak saya tidak bisa mengikuti acara MODIS dengan Kompas dan
Kompasiana serta teman-teman Kompasioners lainnya pada tanggal 26 februari 2011
yang lalu. Sebab kalau saya bisa datang, wah alangkah senangnya bisa
bercengkerama meramaikan suasana. Dan sekaligus bertemu dengan pak Marzuki Alie.
Surat ini saya sengaja tulis secara terbuka saja untuk pak Marzuki Alie yang
budiman ditempat. Sehingga isinya akan transparan bagi kita semua selaku
penghuni Kompasiana. Sebab saya pikir topik surat saya berkenaan dengan suatu
masalah yang ada kaitannya dengan tugas pak Marzuki Alie sebagai wakil rakyat
pada lembaga pemerintahan.

Pak Marzuki benar, bahwa untuk mengikuti kemauan 237juta jiwa rakyat Indonesia
itu sangat impossible, sebab itu alangkah baiknya semua keinginan tersaring
dalam perwakilan-perwakilan rakyat. Baik didaerah dan pusat. Nah, kebetulan
sekali nih pak Marzuki. Oleh karena pak Marzuki Alie kini sudah menjadi bagian
dari Netizen Kompasiana maka saya melihat jalur ini adalah jalan yang tepat
untuk saya pergunakan menyampaikan ide dan pendapat juga bercengkerama dengan
bapak dalam bentuk tulisan yang terbuka. Saya pergunakan sebagai wahana
penyampaian aspirasi rakyat media Netizen.

Della langsung saja yaa pak to the point pada topik permasalahan.

Terkejut Della membaca sebuah pemberitaan Marzuki Alie : TKW PRT Buat Citra
Indonesia Buruk , sebab menurut pemikiran saya dengan menghentikan pengiriman
TKW terutama untuk bagian PRT bukanlah solusi. Kita tidak menuju kepada
substansi yang sebenarnya yang merupakan permasalahan mengapa tenaga kerja kita
terutama PRT sangat rendah mutunya. Menurut Della substansi sebenarnya yang
harus menjadi inti perhatian kita dari beberapakali tragedi yang terjadi
sebenarnya "bukan" terletak pada tenaga kerja. Melainkan kepada birokrasi yang
mengelola pengiriman TKW ke luar negeri. Inilah dilema atau katakan pokok yang
harus kita tinjau secara akurat. Sebab menurut saya kita harus konsekwen untuk
menetapkan apakah TKW/PRT ini memang benar-benar tidak bermutu, sementara kita
tidak pernah serius mengatasi permasalahan intern dalam birokrasi PJTKI/Penyalur
Jasa TKI. Sudah bukan merupakan rahasia umum lagi kalau PJTKI dalam prakteknya
sering menyimpang. Baik secara finansial/adminsitratif dan juga secara hukum.

Pak Marzuki yang budiman, kalau kita sudah bisa membereskan kepurukan dalam
tubuh PJTKI dan meluruskan penyimpangan yang dilakukan oleh oknum-oknum pada
Departemen Tenaga Kerja, maka niscaya pak kita bisa menyelamatkan TKW kita
khususnya mereka yang berkecimpung dalam pekerjaan sebagai PRT. Saya pernah
mengupas tentang masalah ini bahwa usaha Menakertrans untuk memperbaiki kondisi
TKW dengan memperbaiki kontrak kerja TKW, meneliti peta rumah majikan, jumlah
pengguna dan berapa besar hasil pendapatan majikan. Bukan merupakan rencana yang
tepat Menakertrans mengatasi dilema selama ini pada TKW kita. Usaha
Menakertrans menurut saya sangat tidak transparan. Oleh karena bukan segi itu
yang harus diperbaiki, tetapi lebih kearah segi "si-pemberi kerja" dalam hal ini
pihak PJTKI sebagai pihak pertama, dan baru setelah itu pihak kedua sebagai
pemberi kerja -majikan. Namun, majikan bisa kita seleksi sejak dari mula oleh
pihak PJTKI, karena memang kewajiban pihak pemberi pekerjaan untuk menawarkan
paket kerja kepada para tenaga kerja.

Ohh yaa pak Marzuki, satu hal yang harus kita ingat. Pemasukkan pendapatan
sebagai pendapatan devisa luar negeri dalam sektor jasa adalah yang sangat
penting untuk APBN kita bukan. Nah, bisa kita bayangkan kalau pendapatan dari
sektor jasa ini akhirnya dihapuskan atau ditiadakan. Kecuali memang pihak
pemerintah sudah siap 100% untuk mempersiapkan lapangan kerja baru bagi para TKW
sektor PRT. Juga kita tidak boleh lengah bahwasanya tingkat pengangguran
dinegara kita masih menempati peringkat yang sangat tinggi, baik ditingkat
daerah dan pusat. Hal ini disebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia "belum"
bisa disesuaikan dengan kondisi pendidikan - skill dari para pencari pekerja
yang notabene masih sekitar 60 - 75% dari golongan menengah - bawah.

Jadi pak Marzuki Alie yang budiman ditempat. Penghentian sementara TKW sektor
PRT adalah tidak tepat pak. Saya kira Menakertrans kita itu harus lebih luas
lagi wawasan beliau dalam menimbang sebuah masalah berkaitan dengan pemasukkan
sumber pendapatan negara. Dan demikian beliau harus pula menguasai lapangan
perekonomian kita. Kalau Menakertrans hanya melihat dalam satu sisi saja, bahwa
ekspor tenaga kerja dalam bidang atau sektor jasa PRT adalah hal yang memalukan
dan membawa segi buruk bagi citra bangsa dan negara Indonesia tanpa melakukan
perbaikan birokrasi pada PJTKI dan Departemen Tenaga Kerja, wah pak Marzuki,
saya sendiri menilai Menakerstrans tidak menguasai bidangnya dengan baik. Bukan
dengan cara itu kita memecahkan sebuah problema bangsa. Justru kita pertama-tama
harus menilik tatanan birokrasi yang secara tekhnis merupakan pos pertama
seorang TKI lolos dalam proses pengiriman ke luar negeri.

Ini adalah pemikiran saya dalam memberi reaksi pernyataan pak Marzuki Alie pada
sebuah pemberitaan. Della tidak mengatakan bahwa yang pak Marzuki Alie
sampaikan didepan para hadirin MODIS itu salah, sebab Della sendiri tidak hadir
kok. Tetapi apa yang Della baca pada pemberitaan detiksNews, kiranya bisa
dilihat sebagai bagaimana usaha kita menyelamatkan satu sektor dalam bidang
jasa sebagai sumber pendapatan negara yang paling penting. Manusia para TKW
hanya bertujuan mencari pekerjaan untuk mengatasi situasi dan kondisi ekonomi
keluarga dan dirinya. Dan hal ini tentunya logis kalau dilakukan dengan berbagai
cara termasuk cara ilegal. Nah, bagaimana kita sebagai pemerintah
mengantisipasi cara-cara ilegal ini yaitu dengan menata birokrasi penerima
tenaga kerja dengan baik. Membersihkan mereka dari KKN dan
penyimpangan-penyimpangan yang memang tidak mudah, karena moral dan mental.
Tetapi dengan mengorbankan masa depan pencari kerja TKW dalam bidang jasa sektor
PRT adalah tidak tepat sama sekali bila kita mendadak menghentikannya, tanpa
melihat permasalahn secara terkait.

Meningkatnya kebutuhan hidup, situasi perekonomian dan ditunjang lagi dengan
masalah kependudukan lainnya adalah masalah bangsa dan negara. Sebab itu sebagai
lembaga pemerintah kita memang dituntut lebih supel dan ekonomis serta
konduktif. Semuanya untuk kesejahteraan rakyat kita sendiri.

Demikianlah surat terbuka Della untuk pak Marzuki Alie yang budiman, tidak ada
kata yang paling tepat bila saya menyampaikan, terimakasih banyak untuk bapak
atas perhatiannya. Della berdoa agar pak Marzuki ditengah-tengah kesibukan
tugas-tugas selaku ketua DPR RI diberikan oleh Allah SWT kesehatan, kekuatan dan
juga ketabahan, amin.

Salam hormat,
@Della Anna
-da02032011venlo-

***
Komentar berdasarkan tanggal:

Indra
2 March 2011 18:30:27

Sepakat @mbak della. TKI dan TKW penyumbang devisa yg cukup besar. Yg perlu
dibenahi dari pihak penyelenggara dalam hal ini PJTKI dan agen agen tenaga kerja
lainnya. Perlunya juga rekonsolidasi antara pihak penyelenggara dengan negara
tujuan berikut majikan. Perlunya pula pengarahan dan kontrol yg ketat pada agen
agen tenaga kerja, untuk selanjutnya dapat mengeksport tenaga kerja yg lebih
terdidik dan lebih terampil. Jaminan hukum terhadap para TKI juga perlu
dimaksimalkan agar tidak ada lagi TKI yg diperlakukan kurang pantas. Salam

#

Della Anna
3 March 2011 00:15:38
0

Terimakasih banyak temanku @Indra

Benar teman, justru yg harus dibenahi adalah penyelenggara penyalur tenaga
kerja=PJTKI.

Tidak salah seseorang mencari pekerjaan sebagai PRT meskipun dia minim
pengetahuan. Keadaan ekonomilah yg memaksa seseorg menjalani ini semua. Nah,
kalau PJTKI sejak dari semula sdh menyeleksi dgn benar, tdk menerima begitu saja
dan melakukan test. Pasti lah tdkakan terjadi pelecehan dan tragedi.

Selama ini PJTKI itu kan hanya memeras tenaga kerja, mereka tdk melihat hal2
lain sebagai persyaratan dan keamanan, mereka hanya melihat uang.

Biarpun TKW /PRT di STOP, tapi kalau birokrasi PJTKI makin marak saja KKN nya,
maka percuma deh.

Kasihan sekali mereka ini saudara2 kita, yg ingin mencari makan dan bekerja.
Terdampar di negeri org utk kembali sulit, apalagi mendptkan pekerjaan,
sementara itu uang mereka sdh habis samasekali. Apakah pemerintah care?
Sepertinmya tidak. Hanya menyudutkan saja.

Terimakasih banyak @Indra, salam selalu
#

Della Anna
3 March 2011 15:46:36

Uraian teman @Presley, benar.

Heran kan kalau pemerintah mudah saja mengambil jalan tengah menyetop
"sementara" pengiriman TKI-PRT. Di stop sementara atau selamanya seharusnya
pemerintah sdh bisa melihat bahwa policy ini membawa kerugian yg sangat besar
dalam pendapatan pemasukan devisa dari LN

Sepertinya Menakertrans itu berbicara se-enaknya dia, tdk pernah berpikir
panjang, of memang para pejabat kita sekarang seperti itu. Wah payah deh.
Pantasan saja KKN nya gak pernah habis2 nya, pantasan saja cara kerja mereka
amburadul. Sayang sekali

Ini baru masalah TKI mereka sudah seperti itu, bagaimana lagi kalau masalahnya
kita akan diserang perang dari negara lain!, panik gak karuan2 mungkin.

Terimakasih teman @Presley, salam hangat selalu

#

Ninalevi Levi
3 March 2011 00:48:13

Sekarang ini memang rasanya kurang tepat sekaligus menstop TKW, walaupun jika
bisa memilih saya setuju stop TKW. Sebenarnya pak MA benar TKW memalukan
Indonesia, dimana pria di Indonesia, sampai para wanitanya harus banting tulang
ke negara lain, untuk pria hal yang memalukan, hidupnya tergantung dari keringat
wanita,akhirnya pria-pria Indonesia harganya juga rendah masih bagus ternyata
walaupun sedikit masih ada pak MA yang berpikir secara pria.Jika ada TKW yang
niatnya untuk merubah saya setuju untuk sedikit waktu bukan untuk sampai
berkali-kali atau puluhan tahun terpisah dari keluarga, sebenarnya jika belum
rumah tangga tanpa meninggalkan anak dan suami masih bisa di katakan cukup baik
walaupun tetap wanita adalah wanita, dimana lebih tinggi memiliki resikonya,jika
itu seorang ibu walaupun tujuan untuk membantu rumah tangga namun perlu diingat
tujuan perkawinan itu sendiri, apakah hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup
dengan uang, suami yang berjauhan dengan istrinya ,anak-anak yang besar tanpa
kasih sayang ibu dan kehadiran ibu di ganti dengan uang, itu bukan hal yang baik
untuk generasi mendatang. wanita adalah ibu dari kehidupan, ibu yang memasak
dengan tangannya akan mendoakan anaknya sukses dan sehat, sebagai istri
menyiapkan makanan suami dengan rasa cinta dan doa akan kesuksesan suami dan
keluarganya, hal yang tak bisa di gantikan dengan uang. Jika TKI itu pergi
dengan keluarganya satu hal namun jika sendiri bukan hal terbaik, terutama bagi
yang berkeluarga,jika masih single satu hal , untuk menjadi TKI/TKW tentunya
dengan target merubah kehidupan,merubah kehidupan bukan merubah rumah dari
sederhana jadi cukup mewah, mempunyai kendaraan, ataulainnya yang sifatnya
sementara dimana tak akan pernah puas, tiap tahun ada dan berganti model, hasil
TKI ini menjadi modal untuk masa depan, contohnya TKI yang menjadi dosen, TKI
yang membuka usaha ,TKI yang bisa mengelolah pertanian tradisional menjadi
bertehnologi. Untuk saya perkataan Pak MA kali ini harusnya menyetil semua pihak
yang namanya pria Indonesia, dimana pria di Indonesia tak bisa melindungi dan
memberi kehidupan bagi wanita Indonesia,sampai sebagian besar TKW harus bekerja
di luar Indonesia, dimana secara resiko termasuk tinggi.Hal umum pria mencari
nafkah kemana-mana untuk anak dan istri, di negara majupun sama tak ada wanita
yang memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga kecuali jika memang single parent,
yang ada wanita membantu suami, padahal cukup banyak TKW prt ini yang memenuhi
seluruh kebutuhan rumah tangganya, dan suami ikut serta menghabiskan penghasilan
istri dari hasil TKW prt di luar Indonesia, masih baik jika hasil TKW prt ini
untuk pendidikkan anak-anak ataupun membeli lahan pertanian,buka usaha,dll
sehingga istrinya tak perlu TKW lagi, kenyataan di lapangan lebih besar yang
sebenarnya hasil TKW ini habis begitu saja, hanya untuk konsumtif.

#

Della Anna
3 March 2011 16:03:02
0

Uaraian yang bagus sekali dari teman @Ninalevi-levi,

Memang dear, kalau kita menganalisa permasalahan TK kita, maka banyak sekali
benang2 yg semrawut kesana sini, semua saling berkaitan bahkan ruwet.

Seyogyanya memang demikian, seorang ibu- sebaiknya mengurus rumah tangga atau
tidak meninggalkan keluarganya sejauh ini, boleh bekerja tetapi tdk keluar dari
lingkaran keluarga sejauh ini.

Tetapi itulah dear @Nina, masalah kependudukan di NKRI ini demikian complecated.
Kesejahteraan sosial dalam kehidupan masyarakat utk gol. menengah dan bawah
demikian merosot tajam dan memilukan. Kita jangan melihat kehidupan mewah para
selebritis dan mereka dengan pendpt. tinggi. Sebab bagaimanapun tingkat
kemiskinan di negeri ini masih menduduki rangking no. 1

Inilah kendala. Kalau sampai seorang wanita apalagi ibu dari anak2 meninggalkan
rumah dan suami + anak2nya bekerja dijauh tempat, itu berarti ALARM, bahwa
pendapatan utk menghidupi keluarga tdk mencukupi.

Lalu kita bertanya loh kemana tuh para suami mereka? malas sekali !.

Ternyata para suami dari gol. menengah bawah ini pun mengalami masalah yg sama,
tingkat pendidikan mereka tdk memenuhi persyaratan dari pekerjaan yg mereka
ingin kerjakan. Jadilah pengangguran dalam situasi sdh bekeluarga. Mau jadi
pembantu ? akh laki2 jadi pembantu rumah tangga. Untuk mau mencakul disawah saja
mereka tidak diterima. jadi tukang pukul di toko2 mungkin diterima, atau ngojek
atau lain2nya. Tetapi tetap saja pendpt tdk mencukupi. Semua harga sembako
mahal. apalagi biaya pendidikan. Slogan bahwa biaya pendidikan itu GRATIS
hanyalah BULSHIT dari pemerintah. Bagaimanapun anak2 didik harus membeli buku2.

Akhirnya diambil komitment, biarlah istri mengalah mencari nafkah dan suami
mengawasi anak2 dan mencari nafkah sebisanya disekitar rumah.

Yg menjadi masalah kita juga adalah banyak TKW-PRT yang asalnya dari pekerja
PROSTITUSI, karena ingin mendapatkan gaji yg cukup besar daripada dia praktek
didaerahnya, akhirnya mereka menjalankan hal ini. Hal hasil beginilah. Lari dari
majikan dan meneruskan kembali pekerjaan PROSTITUSI dinegara lain.

Banyak cerita tentang hal ini, Juga mengapa PRT yg di ekspor itu kok tdk
mengerti pekerjaan dsb.

Saya kira segi2 tekhnis seperti;

- bahasa
- pengalaman menggunakan barang2 elektronik yg canggih atau barang2 modern,
masih kurang.

Akhirnya terjadi kesalah pahaman antara pihak majikan dan pekerja. Maka tak
heran kalau TKW-PRT semua babak belur tubuhnya.

Saya heran, mengapa majikan di Arab Saudi tega menyiksa TKW-PRT dari Indonesia
sampai demikian, tetapi kepada TKW-PRT dari Malaysia, dari Philipina TIDAK !

Nah, inilah yg harus kita telaah.
Satu hal yg jelas orang2 Philipina dan Malaysia itu bisa berbahasa Inggeris, nah
PRT kita ?

Jadi saya kira Menakertrans, harus melihat kendala yg sangat berkaitan satu dgn
lain ini dgn cermat, terutama menata sistim di PJTKI dan Depnaker. Sebab
disanalah sebenarnya oknum2 yg sering meloloskan TKW yg tidak berkualitas.

Senang bercengkerama dengan teman @Ninalevi, salam hangat selalu dan banyak
terimakasih yaa @Nina

Della Anna
3 March 2011 15:46:36

Uraian teman @Presley, benar.

Heran kan kalau pemerintah mudah saja mengambil jalan tengah menyetop
"sementara" pengiriman TKI-PRT. Di stop sementara atau selamanya seharusnya
pemerintah sdh bisa melihat bahwa policy ini membawa kerugian yg sangat besar
dalam pendapatan pemasukan devisa dari LN

Sepertinya Menakertrans itu berbicara se-enaknya dia, tdk pernah berpikir
panjang, of memang para pejabat kita sekarang seperti itu. Wah payah deh.
Pantasan saja KKN nya gak pernah habis2 nya, pantasan saja cara kerja mereka
amburadul. Sayang sekali

Ini baru masalah TKI mereka sudah seperti itu, bagaimana lagi kalau masalahnya
kita akan diserang perang dari negara lain!, panik gak karuan2 mungkin.

Terimakasih teman @Presley, salam hangat selalu

#

Ninalevi Levi
3 March 2011 00:48:13
1

Sekarang ini memang rasanya kurang tepat sekaligus menstop TKW, walaupun jika
bisa memilih saya setuju stop TKW. Sebenarnya pak MA benar TKW memalukan
Indonesia, dimana pria di Indonesia, sampai para wanitanya harus banting tulang
ke negara lain, untuk pria hal yang memalukan, hidupnya tergantung dari keringat
wanita,akhirnya pria-pria Indonesia harganya juga rendah masih bagus ternyata
walaupun sedikit masih ada pak MA yang berpikir secara pria.Jika ada TKW yang
niatnya untuk merubah saya setuju untuk sedikit waktu bukan untuk sampai
berkali-kali atau puluhan tahun terpisah dari keluarga, sebenarnya jika belum
rumah tangga tanpa meninggalkan anak dan suami masih bisa di katakan cukup baik
walaupun tetap wanita adalah wanita, dimana lebih tinggi memiliki resikonya,jika
itu seorang ibu walaupun tujuan untuk membantu rumah tangga namun perlu diingat
tujuan perkawinan itu sendiri, apakah hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidup
dengan uang, suami yang berjauhan dengan istrinya ,anak-anak yang besar tanpa
kasih sayang ibu dan kehadiran ibu di ganti dengan uang, itu bukan hal yang baik
untuk generasi mendatang. wanita adalah ibu dari kehidupan, ibu yang memasak
dengan tangannya akan mendoakan anaknya sukses dan sehat, sebagai istri
menyiapkan makanan suami dengan rasa cinta dan doa akan kesuksesan suami dan
keluarganya, hal yang tak bisa di gantikan dengan uang. Jika TKI itu pergi
dengan keluarganya satu hal namun jika sendiri bukan hal terbaik, terutama bagi
yang berkeluarga,jika masih single satu hal , untuk menjadi TKI/TKW tentunya
dengan target merubah kehidupan,merubah kehidupan bukan merubah rumah dari
sederhana jadi cukup mewah, mempunyai kendaraan, ataulainnya yang sifatnya
sementara dimana tak akan pernah puas, tiap tahun ada dan berganti model, hasil
TKI ini menjadi modal untuk masa depan, contohnya TKI yang menjadi dosen, TKI
yang membuka usaha ,TKI yang bisa mengelolah pertanian tradisional menjadi
bertehnologi. Untuk saya perkataan Pak MA kali ini harusnya menyetil semua pihak
yang namanya pria Indonesia, dimana pria di Indonesia tak bisa melindungi dan
memberi kehidupan bagi wanita Indonesia,sampai sebagian besar TKW harus bekerja
di luar Indonesia, dimana secara resiko termasuk tinggi.Hal umum pria mencari
nafkah kemana-mana untuk anak dan istri, di negara majupun sama tak ada wanita
yang memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga kecuali jika memang single parent,
yang ada wanita membantu suami, padahal cukup banyak TKW prt ini yang memenuhi
seluruh kebutuhan rumah tangganya, dan suami ikut serta menghabiskan penghasilan
istri dari hasil TKW prt di luar Indonesia, masih baik jika hasil TKW prt ini
untuk pendidikkan anak-anak ataupun membeli lahan pertanian,buka usaha,dll
sehingga istrinya tak perlu TKW lagi, kenyataan di lapangan lebih besar yang
sebenarnya hasil TKW ini habis begitu saja, hanya untuk konsumtif.

#pektakuler dan bersifat "kontrofersial" dari , dalam hal 'Ketenagakerjaan'
sebagai tenaga asing sektor rumah tangga di Luar negeri.

Della Anna
3 March 2011 16:03:02
0

Uaraian yang bagus sekali dari teman @Ninalevi-levi,

Memang dear, kalau kita menganalisa permasalahan TK kita, maka banyak sekali
benang2 yg semrawut kesana sini, semua saling berkaitan bahkan ruwet.

Seyogyanya memang demikian, seorang ibu- sebaiknya mengurus rumah tangga atau
tidak meninggalkan keluarganya sejauh ini, boleh bekerja tetapi tdk keluar dari
lingkaran keluarga sejauh ini.

Tetapi itulah dear @Nina, masalah kependudukan di NKRI ini demikian complecated.
Kesejahteraan sosial dalam kehidupan masyarakat utk gol. menengah dan bawah
demikian merosot tajam dan memilukan. Kita jangan melihat kehidupan mewah para
selebritis dan mereka dengan pendpt. tinggi. Sebab bagaimanapun tingkat
kemiskinan di negeri ini masih menduduki rangking no. 1

Inilah kendala. Kalau sampai seorang wanita apalagi ibu dari anak2 meninggalkan
rumah dan suami + anak2nya bekerja dijauh tempat, itu berarti ALARM, bahwa
pendapatan utk menghidupi keluarga tdk mencukupi.

Lalu kita bertanya loh kemana tuh para suami mereka? malas sekali !.

Ternyata para suami dari gol. menengah bawah ini pun mengalami masalah yg sama,
tingkat pendidikan mereka tdk memenuhi persyaratan dari pekerjaan yg mereka
ingin kerjakan. Jadilah pengangguran dalam situasi sdh bekeluarga. Mau jadi
pembantu ? akh laki2 jadi pembantu rumah tangga. Untuk mau mencakul disawah saja
mereka tidak diterima. jadi tukang pukul di toko2 mungkin diterima, atau ngojek
atau lain2nya. Tetapi tetap saja pendpt tdk mencukupi. Semua harga sembako
mahal. apalagi biaya pendidikan. Slogan bahwa biaya pendidikan itu GRATIS
hanyalah BULSHIT dari pemerintah. Bagaimanapun anak2 didik harus membeli buku2.

Akhirnya diambil komitment, biarlah istri mengalah mencari nafkah dan suami
mengawasi anak2 dan mencari nafkah sebisanya disekitar rumah.

Yg menjadi masalah kita juga adalah banyak TKW-PRT yang asalnya dari pekerja
PROSTITUSI, karena ingin mendapatkan gaji yg cukup besar daripada dia praktek
didaerahnya, akhirnya mereka menjalankan hal ini. Hal hasil beginilah. Lari dari
majikan dan meneruskan kembali pekerjaan PROSTITUSI dinegara lain.

Banyak cerita tentang hal ini, Juga mengapa PRT yg di ekspor itu kok tdk
mengerti pekerjaan dsb.

Saya kira segi2 tekhnis seperti;

- bahasa
- pengalaman menggunakan barang2 elektronik yg canggih atau barang2 modern,
masih kurang.

Akhirnya terjadi kesalah pahaman antara pihak majikan dan pekerja. Maka tak
heran kalau TKW-PRT semua babak belur tubuhnya.

Saya heran, mengapa majikan di Arab Saudi tega menyiksa TKW-PRT dari Indonesia
sampai demikian, tetapi kepada TKW-PRT dari Malaysia, dari Philipina TIDAK !

Nah, inilah yg harus kita telaah.
Satu hal yg jelas orang2 Philipina dan Malaysia itu bisa berbahasa Inggeris,
nah PRT kita ?

Jadi saya kira Menakertrans, harus melihat kendala yg sangat berkaitan satu dgn
lain ini dgn cermat, terutama menata sistim di PJTKI dan Depnaker. Sebab
disanalah sebenarnya oknum2 yg sering meloloskan TKW yg tidak berkualitas.

Senang bercengkerama dengan teman @Ninalevi, salam hangat selalu dan banyak
terimakasih yaa @Nina

***
http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/02/salam-dari-bapak-marzuki-alie-khusus-buat-pekerja-rumah-tangga-di-hong-kong/

Sosbud
Ani Ramadhanie Hati seperti gelombang air laut, pasang surut kadang terbawa
arus...

Salam dari Bapak Marzuki Alie Khusus Buat Pekerja Rumah Tangga di Hong KongREP |
02 March 2011 | 00:43

________________________________


googledotcom
Mungkin tulisan ini sudah tergolong basi, tetapi di tengah rutinitas saya yang
sangat padat, saya hanya ingin berbagi. Sungguh sesak rasa di dada saya ketika
malam Minggu kemaren saya baca di Detik.com yang menurunkan berita bahwa menurut
Bpk. Marzuki Alie, Pekerja Rumah Tangga- Tenaga Kerja Wanita membuat citra
Indonesia buruk di luar negeri. Emosi saya langsung memuncak sedangkan air mata
jatuh tak tertahankan lagi ketika ada beberapa kalimat yang mengucur deras dan
terkesan "vulgar" dalam bagaimana menyampaikannya. Siapa yang tidak tahu dengan
Bpk. Marzuki Alie? Selain seorang petinggi Negara, tentu saya tahunya beliau
adalah seorang Kompasianer yang sempat "Naik Daun" gara-gara artikel yang
ditulis oleh seorang Kompasianer juga sempat heboh dan terbaca lebih dari 30.000
pembaca di Kompasiana. Beberapa kali saya ulangi untuk membaca berita tersebut,
tetapi dada saya seakan semakin sesak saja. Kecewa. Itulah reaksi saya ketika
itu. Bagaimana mungkin seorang petinggi negara kok ngomongnya sembrono seperti
itu? Dan tentu, peristiwa " Tulisan Heboh" yang juga membawa Marzuki Alie
menjadi seorang Kompasianer juga mengekor di kepala saya. Kalau dulu saja
sembrono bilang seperti itu, kenapa sekarang tidak mungkin?

Tidak tahan rasanya, malam itu saya langsung kirim inbox via Facebook ke- Babeh
(helmibudiprasetio) yang Sabtu siang juga mengikuti acara modis bersama
kompasiana. Setelah saya bertanya ini-itu, akhirnya saya mendapatkan jawaban
dari apa yang pengen saya tahu. Tetapi rasa ingin tahu saya belum puas sampai di
situ. Akhirnya saya telfon seorang sahabat kompasianer yang juga sama mengikuti
acara Modis bareng Kompasiana, Om Dian Kelana. Setelah saya tanyakan langsung
kepada Om Dian, sebenarnya apa yang diperbincangkan oleh Bpk . Marzuki Alie pada
saat acara sedang berlangsung? Dan setelahnya, saya mendapatkan jawaban yang
bisa membuat hati untuk menurunkan emosi yang sempat memuncak. Tidak dipungkiri
karena saya adalah seorang TKW.

Menjamurnya dunia tekhnologi, apalagi penggunaan internet yang digunakan oleh
para TKW di Hong Kong, membuat kabar dari share link ke link, inbox ke inbox,
dari group-group tertutup yang dibuat khusus oleh beberapa kawan organisasi di
Hong Kong semakin heboh saja. Berbagai opini, persepsepsi bahkan kecaman sempat
mewarnainya.

Hingga pada Minggu pagi, saya melihat seorang sahabat POSTING sebuah status di
Facebooknya, yang intinya mengakbarkan klarifikasi langsung yang baru saja
disampaikan langsung oleh Bpk.Marzuki Alie khusus kepada para TKW di Hong Kong.
Yang juga berlanjut oleh perbincangan yang dirangkum menjadi note di bawah ini:

Assalamu'alaikum wr.wb.

Kawan semua.

Sungguh tiada menduga, pagi ini, pk. 9.00 Waktu HK, ada telepon masuk dari Mbak
Wulan, kru RRI Pusat. Beliau bermaksud menyambungkan saya dengan Bpk. Marzuki
Ali, Ketua DPR RI yang sudah on air dengan Mbak Anis Hidayah, Direktur Migrant
Care, atas rekomendasi Bpk. Bambang S.Soedjadi.

Intinya, siaran langsung ini adalah upaya klarifikasi dari banyak pihak,
termasuk Bpk. Marzuki Ali sendiri, terkait berita panas yang bersumber dari
pernyataan beliau. Tentu semua sudah tahu, kan?

Terus terang, waktu baca di Kompas, dan media- online lainnya, rasanya seperti
tersengat medan listrik. Tapi begitu baca statement-statement dari banyak teman
lain, saya nggak seperti biasanya menggebu-gebu untuk menanggapi. Kawan-kawan
lain sudah mewakili apa yang saya rasakan.

Dari pembicaraan tak lebih dari lima menit tadi, saya sempat mengungkapkan
ketidaknyamanan saya sedikit, karena saya yakin, Mbak Anis sudah sangat mewakili
kami.

Kalau bapaknya saja tidak tahu cara bagaimana menjunjung kehormatan anak-anaknya
di mata dunia, lalu bagaimana bangsa lain akan menghormati kita, begitu saya
menyampaikan. Saya juga meminta agar Pak Marzuki dan pejabat-pejabat lainnya
menyelami kondisi BMI sebelum mengeluarkan pernyataan atau sejenisnya.

"Buruknya skill dan kondisi pekerja migran Indonesia, ada sebabnya, Pak. Ada
akibat tentu ada sebabnya. Dan Itu yang harus Bapak pahami," kira-kira begitu
tadi saya ngomongnya. Langsung dijawab Pak Marzuki, selama ini beliau juga
selalu mengikuti kabar para TKI LN termasuk yang di Hong Kong yang suka
nge-dance dan sebagainya. Beliau memuji kondisi BMI Hong Kong yang lebih maju
dari yang di negara penempatan lainnya. Menanggapi koment beliau itu, saya
sampaikan bahwa kita bisa begini karena ada dukungan, jaminan perlindungan
hukum dari pemerintah Hong Kong.

Saya masih akan meneruskan bahwa kondisi bagus pekeja rumah tangga di Hong Kong
bukan hasil usaha pemerintah Indonesia. Malah kebijakan pemerintah kita
menyalahi/ bertentangan dengan aturan hukum Hong Kong. Biaya penempatan,
pelanggran majikan, agen dan PJTKI yang dibiarkan, atau malah didukung. Dan
banyak sekali yang ingin saya sampaikan.

Tapi karena waktu sudah habis, terpaksa hal itu hanya sampai di tenggorokan.

Dalam kesempatan itu, berulang kali Pak Marzuki mengharapkan, apa yang
dikatakannya dalam acara yang disaksikan oleh banyak orang itu, jangan
dipelintir sepotong-potong, karena akan menimbulkan salah paham.

Beliau juga menegaskan, sama sekali tidak bermaksud melecehkan pekerja rumah
tangga migran Indonesia.

Salam beliau untuk pekerja rumah tangga Indonesia di Hong Kong.

Salam

Susie Utomo ( Ketua FLP-HK 2010-2011)

Lebih jauh dalam menanggapi hal ini, saya pribadi tidak ingin membahas
perseteruan antara Detik.com dengan Bpk.Marzuki Alie. Ataupun klarifikasi
langsung Bpk.Marzuki Alie yang ditujukan kepada TKW DI Hong Kong. Tetapi, saya
hanya ingin menyampaikan uneg-uneg di hati ( daripada di simpan dan jadi
bisulan hehe :) )

Pergi jauh dari rumah, sanak keluarga dan tanpa ditanyapun, menjadi TKW adalah
bukan menjadi sebuah keinginan untuk kami. Jika memang disuruh memilih, sudah
tentu kami akan memilih untuk tetap tinggal di tanah air tanpa harus mengungsi
di sebuah peraduan yang asing bagi kami. Tetapi apakah kami akan diam saja
melihat anak-anak kami butuh makan? Sedangkan penciptaan lapangan kerja di tanah
air masih sangat terbatas? Apakah kami akan duduk diam saja di rumah ketika
anak-anak kami membutuhkan Sekolah? Sedangkan biaya Sekolah saja mahalnya
melambung sampai langit ke-tujuh.

jika solusinya adalah penghentian pengiriman tenaga kerja, maka harus dipikirkan
pula untuk penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan stabilitas
ekonomi yang lebih kondusif sehingga para calon TKW itu berpikir ulang untuk
berangkat ke luar negeri. Jika pengiriman tenaga profesional yang lebih
diutamakan, maka mau tidak mau, peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia
harus diperbaiki. Gimana mau jadi tenaga profesional, lha wong mau sekolah saja
mahalnya minta ampun?

Masalah TKW adalah masalah yang sangat rumit. Dan mungkin kalau saya boleh
membandingkan, rumitnya sama saja dengan pembongkaran kasus-kasus korupsi tanah
air yang sampai sekarang masih sangat sulit untuk dimusnahkan. Atau memang
sengaja tidak akan dimusnahkan? Perlu adanya niat, keseriusan, serta kesatuan
misi dari Pemerintah pusat untuk mencari solusinya, bukan hanya gensinya Pak?

Catatan sederhana dari sebuah kekecewaan dan harapan

Ani-Tsuen Wan

HK02032011

http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

1 comments:

assalamualaikum wr,wb AKI… saya Siti Di Arab Saudi
mengucapkan banyak2 terima kasih kepada AKI
JEYAPATI
atas nomor togelnya yang kemarin AKI berikan yaitu
"3137" alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI
dan berkat bantuan AKI AKI
JEYAPATI saya bisa melunasi
semua hutan2 orang tua saya yang ada di BANK BRI
dan bukan hanya itu AKI alhamdulillah sekarang saya
sudah bisa bermodal sedikit untuk mencukupi kebutuhan
keluarga saya sehari2.itu semua berkat bantuan AKI
AKI
JEYAPATI sekali lagi makasih banyak yah AKI…
yang ingin merubah nasib seperti saya hubungi AKI
JEYAPATI di nomor 0852-4228-0055 dijamin
100% tembus atau silahkan buktikan sendiri KLIK TOGEL 2D 3D 4D 6D DISINI

Post a Comment