Itulah sepak terjang ZIONISME dalam diri World Bank dan OMF sebagai satu kaki tangannya ...
Menghalalkan segala cara
Kesombonan persis seperti Syaithan dan jahat sekali
Manusia yang non Yahudi pokoknya akan dianggap seperti hewan saja .. apalagi Indonesia negaramayoritas Islam yang sangat ditakuti akan slamnya ..
Dan dipasanglah Sri Mulyani sebagai jaringan yang memporak porandakan keuangan Indonesia meski banyak para intelektual kita tak ada yang tahu ...
Sri Mulyani diperiksa KPK ? Gampang masuk aja World Bank sebagai bentuk arogansi Zionis itu sendiri ..tak peduli lagi diperiksa Polisi atau KPK ... bahkan SBY tiba2 koq ... ???? Walllahu a'laam ..
--- On Fri, 9/7/10, Mira Wijaya Kusuma <la_luta@yahoo.com> wrote:
From: Mira Wijaya Kusuma <la_luta@yahoo.com>
Subject: [wanita-muslimah] Re.: Kwik Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)
To: "sastra pembebasan" <sastra-pembebasan@yahoogroups.com>, "Wahana News" <wahana-news@yahoogroups.com>, "mediacare" <mediacare@yahoogroups.com>
Date: Friday, 9 July, 2010, 7:04 PM
From: "B.DORPI P.02" <bdorpip@indosat.net.id>
Date: Fri, 9 Jul 2010 09:13:53 +0700To: !B.DORPI
P.<bdorpi@indopetroleum.com>Subject: Re.: Kwik
Kian Gie - Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi
Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)
http://www.koraninternet.com/webv2/lihatartikel/lihat.php?pilih=lihat&id=19531
Senin, 21 Juni
10
Sri Mulyani Indrawati
(SMI),
Berkeley Mafia,
Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF Dan World Bank (WB)
Kwik Kian
Gie
Mundurnya Sri
Mulyani
Indrawati (SMI) sebagai Menteri
Keuangan RI
menimbulkan kehebohan dan banyak pertanyaan tentang penyebab yang
sebenarnya.
Ada yang
mengatakan bahwa perpindahannya pada pekerjaan yang baru di World Bank
(WB)
adalah hal yang membanggakan. Tetapi ada yang berpendapat, bahkan
berkeyakinan
tidak wajar, terutama kalau dikaitkan dengan skandal Bank Century
(Century).
Saya termasuk yang berpendapat, bahkan yakin sangat tidak wajar.
Alasan-alasan saya sebagai berikut.
Beberapa ungkapan dan
pernyataan
dalam berbagai pidato perpisahannya mengandung teka-teki dan mengundang
banyak
pertanyaan, yaitu : "Jangan ada pemimpin yang mengorbankan anak
buahnya."
"Saya
tidak bisa didikte". "Saya menang". "Saya tidak minggat, saya akan
kembali". Dalam pidato serah terimanya kepada Menkeu yang baru SMI
menangis
tidak wajar, berkali-kali dan sangat-sangat sedih. Lucu, menyatakan
menang kok
menangis sampai seperti itu. Juga sangat tidak wajar adanya sikap yang
demikian
fanatiknya dari staf Departemen Keuangan dengan ungkapan belasungkawa,
seolah-olah SMI sudah meninggal.
SMI sedang diperiksa oleh KPK
sebagai
tindak lanjut dari penyelidikan tentang skandal Century. Dalam proses
yang
sedang berjalan, Bank Dunia menawarkan jabatan dengan dimulainya efektif
pada
tanggal 1 Juni 2010. Bank Dunia yang selalu mengajarkan good governance
dan
supremasi hukum ternyata sama sekali tidak mempedulikan adanya proses
hukum yang
sedang berlangsung terhadap diri SMI.
Menurut Jakarta Post, yang
memberitakan melalui siaran pers tentang pengangkatan SMI sebagai
managing
director di WB adalah WB sendiri. Setelah itu, melalui wawancara barulah
SMI
mengakui bahwa berita itu benar. Itu terjadi pada tanggal 4 Mei 2010.
Juru bicara Presiden memberi pernyataan bahwa Presiden SBY akan
memberi
konferensi pers setelah memperoleh ketegasan dari Presiden WB Robert
Zoelick.
Namun sehari kemudian diberitakan bahwa SBY telah menerima surat dari
Presiden
WB pada tanggal 25 April 2010. Mengapa SBY merasa perlu berpura-pura
seperti
ini?
Dalam konferensi persnya, SBY memuji SMI sebagai salah
seorang
menteri terbaiknya yang disertai dengan rincian prestasi dan
capaian-capaiannya.
Tetapi justru dengan bangga melepaskan SMI supaya tidak melanjutkan
baktinya
kepada bangsa Indonesia.
SMI diberi waktu 72 jam untuk
memberikan
jawabannya menerima atau menolak tawaran WB. Tetapi SMI tidak
membutuhkan waktu
itu, karena dalam 24 jam langsung saja memberikan jawaban bahwa dirinya
menerima
tawaran itu.
Dan antara penerimaan tawaran dan efektifnya dia
berfungsi
di WB hanya 25 hari. Seorang sopir saja membutuhkan waktu transisi yang
lebih
lama untuk majikannya perorangan. Tetapi SMI dan SBY merasa tidak
apa-apa kalau
jangka waktu tersebut hanyalah 25 hari.
Mustahil bahwa WB yang
mempunyai
kantor perwakilan di Indonesia tidak mengetahui dan tidak mengikuti
bekerjanya
Pansus Century di DPR. Mustahil juga bahwa kantor perwakilan WB di
Jakarta dan
kantor pusatnya tidak mengetahui isi dari Laporan BPK. Dengan sendirinya
juga
mustahil bahwa WB tidak mengetahui bahwa sampai dibuktikan sebaliknya,
SMI
memang belum bersalah, tetapi jelas bermasalah yang masih dalam proses
penyelesaian dan kejelasan oleh KPK.
Tetapi WB yang di seluruh
dunia
mengumandangkan dan mengajarkan Good Governance dan jagoan dalam
menegakkan
supremasi hukum melakukan penginjak-injakan proses hukum yang sedang
berjalan di
KPK.
Ketika itu, tindakan WB jelas melecehkan dan bahkan
menganggap
keseluruhan proses yang telah berjalan di Pansus Century DPR RI sebagai
tidak
ada atau hanya dagelan saja. Maka sangatlah menyedihkan bahwa sikap yang
demikian oleh WB didukung oleh
Presiden RI, sedangkan SMI bersikap
tidak
akan ada siapapun di Indonesia yang bisa menyentuhnya selama WB ada di
belakangnya.
Ketika berita itu meledak, banyak orang termasuk
saya
sendiri yang bertanya-tanya, apakah pengangkatannya ini tidak akan
menimbulkan
gejolak. Ternyata sama sekali tidak. Dalam waktu 10 hari sudah tidak ada
lagi
yang berbicara dengan nada kritis. Sebaliknya, banyak sekali yang
berbicara
dengan nada memuji.
Yang lebih mengejutkan lagi ialah praktis
tidak ada
elit politik Indonesia yang marah kepada WB. Sebaliknya, dalam
konferensi
persnya Presiden RI SBY merasa berterima kasih kepada WB yang telah
memberikan
penghargaan kepada Indonesia, karena telah sudi memungut SMI menduduki
jabatan
yang terhormat di WB sebagai Managing Director.
Ada suara dari
DPR,
terutama dari Faisal Akbar (Hanura) yang menyerukan agar SMI dicekal
sebelum
pemeriksaannya oleh KPK tuntas dengan kesimpulan bahwa SMI memang bersih
dalam
kebijakannya bailout Century. Namun pernyataan yang sangat logis ini
tidak
bergaung. Respons dari KPK justru mengatakan bahwa pemeriksaan dapat
dilanjutkan
di Washington, DC. Langsung saja muncul reaksi yang mengatakan bahwa
pemeriksaan
semacam ini akan sangat mahal, karena jaraknya yang jauh, dan juga akan
terkendala oleh tersedianya dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Saya
sendiri tidak
dapat membayangkan bahwa WB akan mengizinkan adanya seorang managing
director--nya diperiksa oleh KPK di markas WB di Washington, DC.
Tadinya
saya berpikir bahwa kalau dilakukan, pemeriksaan seorang managing
director oleh
KPK di Washington, DC pasti akan menarik perhatian pers internasional.
Ternyata
salah. Kenyataan adanya pengangkatan seorang MD WB yang bermasalah sama
sekali
tidak menarik perhatian pers internasional, terutama pers AS. Masih
segar dalam
ingatan kita betapa hebohnya reaksi pers internasional ketika Paul
Wlfowitz
terlibat skandal, sehingga memaksanya mengundurkan diri. Apa artinya?
Begitu
hebatkah SMI, atau begitu remehnya bangsa Indonesia di mata pers
internasional,
sehingga peristiwa Century yang sedang berlangsung dianggap tidak ada?
Episode paling akhir dari hijrahnya SMI ke WB adalah penampilan
SMI
dalam pertemuan-pertemuan perpisahan. Pidatonya yang mendapat tepuk
tangan
sambil berdiri (standing ovation) dari orang-orang seperti Gunawan
Mohammad,
Marsilam Simanjuntak, Wimar Witoelar mengundang renungan apa gerangan
yang ada
di belakang ucapannya yang hanya sepotong tanpa penjelasan lanjutannya
itu?
Yaitu : "Saya menang", "Jangan lagi ada pemimpin yang tidak melindungi
atau
mengorbankan anak buahnya." "I will come back" yang sangat mirip
dengan ucapan Mac Arthur : " I shall return". Akankah SMI membentuk
semacam
pemerintahan in exile yang akan kembali menjadi
Presiden RI ?
Sudah ada yang menyuarakan bahwa SMI-lah yang paling cocok untuk menjadi
Presiden
RI di tahun 2014.
Di satu pihak
demikian gagah beraninya sikap yang ditunjukkan oleh SMI dalam beberapa
pidatonya, tetapi beliau menangis berkali-kali dengan wajah yang
sangat-sangat
sedih ketika berpidato dalam acara serah terima jabatan kepada Menteri
Keuangan
yang baru. Ada
apa ? Sedihkah ? Menurut SMI sendiri tidak, dia menangis karena merasa
"plong",
merasa lega. Bukankah orang menangis karena sedih atau karena terharu ?
Kalau
lega, apalagi "plong" biasanya bersorak sorai.
Apa pula yang
menyebabkan
Presiden SBY menghapus pengangkatan Anggito Abimanyu sebagai Wakil
Menteri
Keuangan tanpa yang bersangkutan diberitahu sebelumnya. Anggito
mengetahuinya
dari media massa
seperti kita semua. Maka demi harga diri profesional, dia mengundurkan
diri,
membuang semua karir cemerlang yang dijalaninya. Demikian kejam,
manipulatif,
raja tega, main diktator, ataukah ada kekuatan besar, ada big stream
that
President SBY can not resist ?
METAFORSA
BERKELEY MAFIA MENJADI ORGANISASI TANPA BENTUK
(OTB)
Fenomena adanya sekelompok ekonom yang
dikenal
dengan sebutan Berkeley Mafia sudah kita ketahui. Aliran pikiran yang
dihayati
oleh kelompok ini juga sudah kita kenali. Komitmennya membela rakyat
Indonesia ataukah membela
kepentingan-kepentingan yang diwakili oleh 3 lembaga keuangan
internasional
(Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan IMF) juga sudah diketahui oleh
masyarakat
luas.
Pembentukan kelompok yang terkenal dengan nama Berkeley
Mafia
sudah dimulai sejak lama. Namanya menjadi terkenal dalam Konferensi
Jenewa di
bulan November 1967 yang akan diuraikan lebih lanjut pada bagian akhir
tulisan
ini. Awalnya kelompok ini adalah para ekonom dari FE UI yang
disekolahkan di
Universitas Berkeley untuk meraih gelar Ph.D. Tetapi lambat laun menjadi
sebuah
Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) yang sangat kompak dan kokoh ideologinya.
Ideologinya mentabukan campur tangan pemerintah dalam kehidupan ekonomi.
Afiliasinya dengan kekuatan asing yang diwakili oleh Bank Dunia, Bank
Pembangunan Asia dan IMF, sehingga sangat sering memenangkan kehendak
mereka
yang merugikan bangsanya sendiri. Lambat laun para anggotanya meluas
dari siapa
saja yang sepaham. Banyak ekonom yang tidak pernah belajar di
Universitas
Berkeley , bahkan
tidak pernah belajar di UI menjadi anggota. Mereka membentuk
keturunan-keturunannya.
Anggotanya ditambah dengan para sarjana
ilmu
politik dari Ohio State University dengan Prof. Bill Liddle sebagai
tokohnya,
karena dia merasa dirinya "Indonesianist" dan diterima oleh
murid-muridnya
sebagai akhli tentang Indonesia. Paham dan ideologi yang dihayatinya
sama.
Kemudian diperkuat dengan orang-orang yang merasa dirinya paling
pandai
di
Indonesia , sedangkan rakyatnya masih
bodoh. Sikapnya seperti para pemimpin dan kader Partai Sosialis
Indonesia (PSI)
dahulu, yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir. Kecenderungannya memandang
rendah dan
sinis terhadap bangsanya sendiri, dengan sikap yang selalu tidak mau
menjawab
kritikan terhadap dirinya, melainkan disikapi dengan senyum yang khas,
bagaikan
dewa yang sedang tersenyum sinis. Sikap ini terkenal dengan sikap
"senyum
dewata". Dengan senyum dewata banyak masalah sulit yang sedang
menggantung
memang menjadi lenyap.
Dengan demikian sebutan Berkeley Mafia
sebaiknya diganti dengan
Organisasi Tanpa Bentuk (OTB).
Ilustratif tentang adanya OTB ini
adalah
pidato Dorodjatun Kuntjorojakti yang pertama kali dalam forum CGI
sebagai Menko
Perekonomian dalam kabinet Megawati. Kepada sidang CGI diberikan
gambaran
tentang perekonomian Indonesia. Setelah itu dikatakan olehnya bahwa dia
mengetahui kondisi perekonomian Indonesia dengan cepat karena dia selalu
asistennya Prof. Ali Wardhana dan dekat dengan Prof. Widjojo Nitisastro.
Selanjutnya dikatakan bahwa "dirinya bukan anggota partai politik.
Tetapi kalau
toh harus menyebut organisasinya, sebut saja Partai UI Depok". Setengah
bercanda, setengah bangga, secara tersirat Dorodjatun mengakui bahwa OTB
memang
ada, pandai, profesional dan berkuasa.
KAITAN Sri Mulyani Idrawati (SMI), PERAN
KELOMPOK
"BERKELEY MAFIA" DAN PENGANGKATANNYA SEBAGAI MANAGING DIRECTOR DI BANK
DUNIA.
Jauh sebelum SMI menjadi "orang",
Berkeley Mafia
sudah lahir dan sangat instrumental buat kekuatan asing. SMI adalah
salah satu
kader yang berkembang menjadi "Don".
Marilah kita telusuri
sejarahnya.
Pencuatan Berkeley Mafia yang pertama kali dan fenomenal terjadi di
Jenewa di
bulan November 1967, ketika mereka mendukung atau lebih tepat
"mengendalikan"
pimpinan delegasi RI, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik.
Tentang
hal ini akan saya kemukakan pada bagian akhir tulisan ini dengan
mengutip John
Pilger, Jeffrey Winters dan Bradley Simpson yang akan diuraikan pada
bagian
akhir tulisan ini. Kita fokus terlebih dahulu pada jejak dan track
record SMI.
JEJAK SMI DAN TRACK
RECORD-NYA
SEBAGAI KADER OTB YANG SANGAT GIGIH DAN MILITAN
SMI
adalah orang yang sejak awal sudah disiapkan sebagai kader yang militan
dari
OTB. Seperti yang lain-lainnya, karir dimulai dari FE-UI. Karirnya yang
menonjol
tidak sebagai dosen, tetapi sebagai Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi
dan
Masyarakat UI (LPEM UI). Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa FE UI
dan
Departemen Keuangan adalah pusat pengkaderan OTB.
Ketika sudah
terlihat
jelas bahwa PDI-P akan menang dalam pemilu tahun 1999, dan Ketua Umumnya
Megawati diperkirakan pasti akan menjadi Presiden, Kongres-nya di Bali
menarik
perhatian dari seluruh dunia. Saya terkejut melihat beberapa ekonom
terkenal
dari OTB hadir dalam pembukaan Kongres PDI-P di Bali tahun 1998 yang
diselenggarakan di stadion. Mereka mendapat tempat khusus di stadion
berlangsungnya pidato pembukaan oleh Megawati, yaitu duduk di kursi di
bawah
panggung. Tidak berdiri di depan panggung bersama-sama dengan massa yang
mendengarkan pidato Ketua Umum PDI-P. Kalau tidak salah, SMI ada di
antaranya.
Buat saya sangat mengherankan karena Berkeley Mafia adalah
arsitek
pembangunan ekonomi di era Soeharto yang dengan sendirinya bersikap
berseberangan dan sangat melecehkan serta memandang rendah PDI-P.
Mengapa mereka
sekarang hadir dalam Kongres PDI-P ? Ternyata mereka dibawa oleh orang
yang
ketika itu sangat dekat dengan Megawati. Mereka diperkenalkan kepada
Megawati
sebagai calon-calon menteri dalam Kabinet Mega nantinya.
Dari
sini
sangatlah jelas bahwa buat OTB, yang penting memegang kekuasaan ekonomi
tanpa
peduli siapa Presidennya dan tanpa peduli apa ideologi Presidennya.
Mereka
mempunyai organisasi sendiri yang saya sebut OTB tadi dengan kekuatan
dan
pengaruh yang sangat besar. Sepanjang 32 tahun rezim Soeharto, mereka
selalu
memegang tampuk kekuasaan ekonomi.
Ketika pak Harto mengundurkan
diri
dan digantikan oleh Habibie, walaupun sudah tidak 100% lagi, kekuasaan
ekonomi
ada di tangan para menteri OTB.
Sejak pak Harto berkuasa sampai
dengan
Megawati, dua Don dari OTB, Widjojo Nitisastro dan Ali Wardhana selalu
secara
resmi penasihat Presiden atas dasar Keputusan Presiden.
Habibie
digantikan oleh Gus Dur sebagai Presiden. Dalam kabinet Gus Dur tidak
ada
satupun menteri dari OTB. Menko EKUIN dipegang oleh Kwik Kian Gie (KKG),
Menteri
Keuangannya Bambang Sudibyo, Menteri Perdagangan dan Industri Jusuf
Kalla. Tiga
orang ini jelas tidak ada sangkut pautnya dengan OTB dan sama sekali
tidak dapat
dipengaruhi oleh OTB.
Dalam waktu singkat Gus Dur ditekan oleh
kekuatan
internasional dan kekuatan para pengusaha besar di dalam negeri untuk
memecat
KKG. Karena sudah lama bersahabat, Gus Dur menceritakannya terus terang
kepada
KKG, sambil mengatakan bahwa beliau telah mencapai kompromi dibentuk
Dewan
Ekonomi Nasional (DEN) dengan Emil Salim sebagai Ketua dan SMI sebagai
sekretarisnya. Di dalamnya ada beberapa anggota yang hanya berfungsi
sebagai
embel-embel. Mereka tidak pernah aktif kecuali SMI dan Emil Salim. DEN
berhak
menghadiri setiap rapat koordinasi oleh Menko EKUIN. Sebelum dan setelah
KKG
menjabat Menko EKUIN DEN tidak pernah ada. Jadi DEN memang khusus
diciptakan
untuk menjaga, mengawasi dan memata-matai KKG supaya jangan neko-neko
terhadap
OTB dan kepentingan World Bank, Bank Pembangunan Asia dan IMF.
Dalam
rapat koordinasi yang pertama KKG mengatakan kepada para menteri yang
ada dalam
koordinasinya bahwa kita sedang berhadapan dengan IMF yang mengawasi
dengan
ketat pelaksanaan Letter of Intent (LoI). Banyak dari butir-butir dalam
LoI yang
merugikan bangsa Indonesia, antara lain, bea masuk untuk impor beras dan
gula
harus nol persen, sedangkan ketika itu produksi dalam negeri melimpah.
Maka KKG
mengatakan supaya para menteri bersikap membela kepentingan bangsa
Indonesia,
kalau perlu menelikung, menghambat atau menyiasati LoI yang merugikan
bangsa
kita. Kalau mereka menghadapi persoalan KKG sebagai Menko EKUIN akan
bertanggung
jawab.
Beberapa hari kemudian Emil Salim mendatangi KKG menegur
dengan
keras bahwa KKG tidak boleh bersikap seperti itu. KKG harus taat
melaksanakan
semua butir yang ada di dalam LoI, karena KKG sendirilah sebagai Menko
EKUIN
yang menandatangani LoI.
Beberapa hari lagi setelah itu, Bambang
Sudibyo
(Menkeu), KKG dan Emil Salim dipanggil oleh Gus Dur. Gus Dur
mempersilakan Emil
Salim mengkuliahi KKG dan Bambang Sudibyo yang isinya tiada lain adalah
butir-butir dari LoI.
Mungkin dirasakan tidak mempan, sidang
kabinet
diselenggarakan secara khusus yang agendanya tunggal, yaitu membahas
LoI. Kepada
setiap menteri diberikan selembar formulir yang isinya butir-butir LoI
yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing menteri yang bersangkutan, dan
kemudian
harus ditandatangani. Menteri-menteri menggerutu diperlakukan seperti
anak SD.
Dalam sidang kabinet itu, Mensesneg Bondan Gunawan membacakan
uraiannya
tentang butir-butir LoI yang mutlak harus dilaksanakan oleh setiap
menteri,
lengkap dengan slides. SMI hadir dalam sidang kabinet itu. Seusai
membacakannya,
Bondan sambil berkeringat menggerutu kepada KKG sambil mengatakan
"diamput"
bahwa dirinya tidak mengerti ekonomi kok disuruh memaparkan hal-hal
seperti itu.
Ketika KKG menanyakannya siapa yang membuatnya, dijawab singkat : SMI.
Sebagai Menko EKUIN KKG ex officio menjabat Ketua KKSK yang
memimpin dan
memutuskan tentang rekapitalisasi bank-bank seperti yang tercantum dalam
LoI.
Dalam rapat tentang rekap BNI sebesar Rp. 60 trilyun, LoI mengatakan
bahwa rekap
dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama sebesar Rp. 30 trilyun, seluruh
Direksi
diganti dan
dipantau apakah bekerja dengan baik menurut ukuran IMF.
Kalau
ya, maka Rekap. kedua sebesar Rp. 30 trilyun dilakukan. Darmin Nasution
yang
ketika itu Direktur di Kementerian Keuangan hadir mewakili Depkeu. Dia
mengusulkan supaya Rekap. dilakukan sekaligus saja sebesar Rp. 60
trilyun, agar
pemerintah tidak perlu dua kali minta izin/melaporkan kepada DPR. SMI
yang hadir
protes, mengatakan bahwa dalam LoI tercantum Rekap. dalam dua tahap. KKG
merasa
usulan Darmin Nasution masuk akal. Maka diputuskan olehnya bahwa Rekap.
dilakukan sekaligus. Terlihat SMI sibuk dengan HP-nya.
Seusai
rapat,
begitu KKG tiba di ruang kerjanya dari ruang rapat, telpon berdering
dari John
Dordsworth, Kepala Perwakilan IMF di Jakarta yang marah-marah karena KKG
memutuskan tentang Rekap. BNI yang bertentangan dengan ketentuan LoI.
Begitu
telpon diletakkan telpon berdering lagi dari Bambang Sudibyo yang
menceriterakan
bahwa dirinya baru dimarah-marahi oleh Mark Baird, Kepala Perwaklian
Bank Dunia
di Jakarta tentang hal yang sama. Sangat jelas tugas SMI ternyata
melaporkan
segala sesuatu yang dilakukan oleh Pemerintah dan dianggap menyimpang
dari yang
dikehendaki oleh IMF, walaupun yang dikehendaki oleh IMF merugikan
bangsa
Indonesia.
Peristwa selanjutnya adalah ketika KKSK harus merekap
Bank
Danamon. Bank Danamon diwakili oleh Dirutnya, seorang Amerika bernama
Milan
Schuster dan Direkturnya puteranya Ali Wardhana, Mahendra Wardhana.
Mereka
mengemukakan bahwa Bank Danamon menderita kerugian setiap bulannya dan
CAR-nya
juga di bawah 8%. KKG bertitik tolak dari jumlah kerugian setiap
bulannya. Untuk
menutup kerugian ini, surat utang pemerintah yang bernama Obligasi
Rekapitalisasi Perbankan (OR) yang harus diinjeksikan haruslah Rp. X
yang
harus memberikan pendapatan bunga sebesar kerugian Bank Danamon. Maka
keluarlah
angka Rp. 18 trilyun. Dengan pendapatan bunga sebesar 1% sebulan dari OR
yang
Rp. 18 trilyun, kerugian Bank Danamon akan tertutup, atau Bank Danamon
tidak
akan bleeding lagi. SMI langsung protes mengatakan bahwa menginjeksi OR
sebesar
Rp. 18 trilyun berarti menjadikan CAR-nya sebesar 36%, sedangkan LoI
memerintahkan merekap bank-bank sampai CAR-nya menjadi 8% saja. KKG
tidak
peduli, karena yang hendak dicapai adalah supaya Bank berhenti merugi.
Kalau
rekap dilakukan dengan jumlah yang hanya cukup untuk menjadikan CAR 8%
saja,
pendapatan bunganya akan jauh lebih kecil daripada kerugiannya, sehingga
rekapitalisasi tidak akan menghentikan kerugian-nya (masih tetap
bleeding).
Kebijakan KKG yang menyimpang dari LoI, tetapi jelas-jelas lebih
logis
ini ternyata dilaporkan kepada IMF oleh SMI. Saya mengetahui tentang hal
ini,
karena ketika melakukan kunjungan kehormatan pada Menteri Keuangan Larry
Summers
di kantornya di Washington, DC, saya diterima oleh Larry Summers sendiri
sebagai
Menteri Keuangan, didampingi oleh Timothy Geithner selalu Deputy-nya
plus
beberapa pejabat tinggi lainnya yang memarahi KKG bahwa KKG selalu
menelikung
LoI-nya IMF. Ketika saya tanyakan tentang apa konkretnya sebagai contoh,
dia
menceriterakan persis seperti yang dikatakan oleh SMI dalam rapat KKSK.
Selaku Menko EKUIN KKG harus memimpin delegasi RI ke Paris Club
untuk
berunding tentang penjadwalan kembali pembayaran hutang yang sudah jatuh
tempo,
karena Pemerintah tidak mampu membayarnya. KKG diundang ke Departemen
Keuangan
guna menerima penjelasan-penjelasan tentang jalannya perundingan, dan
juga
diberikan arahan-arahan oleh 3 perusahaan konsultan asing yang terkenal
dengan
nama "Troika". Saya lupa nama dari masing-masing perusahaan konsultan
tersebut.
Dikatakan juga bahwa KKG beserta delegasinya (Dono Iskandar dari BI dan
Jusuf
Anwar dari Depkeu) harus siap bahwa lamanya perundingan 24 jam non stop
tanpa
dapat tidur, yaitu dari jam 10.00 pagi sampai jam 10.00 pagi keesokan
harinya.
KKG mengatakan bahwa dia tidak mau mengikuti skenario yang
seperti itu.
KKG minta kepada para petinggi Depkeu yang hadir agar mempersiapkan
gambaran
menyeluruh tentang posisi hutang luar negeri RI. KKG akan mengatakan
bahwa
jumlah hutang yang demikian besarnya adalah kesalahan negara-negara
pemberi
hutang juga, yang sejak tahun 1967 menggerojok hutang kepada Indonesia
melalui
IGGI/CGI. Setelah mengucapkan pidato singkat ini KKG akan tidur, dan
mempersilakan mereka berunding sesukanya. Apa yang merekaputuskan akan
dipenuhi
oleh KKG kalau dianggap reasoanble dan fair, tetapi kalau dianggap tidak
fair
akan ditolak dan KKG akan segera terbang kembali ke Indonesia sambil
mengatakan
akan berani menghadapi resiko apapun.
Beberapa hari kemudian
Marsilam
Simanjuntak (Mensesneg) menelpon KKG memberitahukan bahwa Presiden Gus
Dur telah
menerbitkan Keputusan Presiden yang membentuk Tim Asistensi pada Menko
EKUIN
yang harus mengawal (baca mengawasi dan mengendalikan) Menko EKUIN
selama
perundingan Paris Club. Ketuanya Widjojo Nitisastro dan Sekretarisnya
SMI.
Memang selama perundingan Widjojo N. dan SMI mengapit KKG dan Bambang
Sudibyo
selama 24 jam, supaya mereka menjaga bahwa KKG benar-benar menanggapi
pasal demi
pasal dari para anggota Paris Club.
Ketika Megawati menjabat
Presiden,
diberitakan di Kompas bahwa SMI akan menjabat sebagai anggota Board of
Directors
IMF di Washington mewakili
Indonesia . KKG menanyakan hal itu
kepada Mega. Beliau terkejut sambil mengatakan : "kok enak saja,
kan harus dengan
persetujuan saya?", sambil mengatakan juga bahwa beliau tidak pernah
mengetahuinya dan tidak pernah menandatangani Keppres untuk itu. Beberapa hari
kemudian diberitakan lagi di Kompas bahwa SMI sudah akan
efektif menjabat per tanggal tertentu. KKG menanyakan hal itu lagi
kepada
Megawati, dan dijawab bahwa Keppresnya memang sudah ditandatangani
dengan alasan
"…daripada, daripada …."
Konon kabarnya, sebelum susunan Kabinet
Indonesia Bersatu (KIB) I terbentuk, SBY didatangi oleh Dubes AS Ralph
Boyce dan
Kepala Perwakilan Bank Dunia di Jakarta Andrew Steer. Mereka mengatakan
bahwa
kendali ekonomi hendaknya diberikan kepada SMI, Boediono dan Mari
Pangestu.
Boediono menolak yang bisa dipahami. Seusai sidang kabinet Megawati
terakhir
Boediono berpamitan dengan rekan-rekan menterinya. Dia mengatakan bahwa
salah
satu dari kita bisa saja diminta lagi oleh SBY untuk duduk dalam
kabinetnya.
Tetapi dia (Boediono) tidak akan mau duduk dalam pemerintahan. Dia sudah
fed up
dan akan kembali ke kampus saja. Saya termasuk yang diberitahu tentang
hal ini.
Maka saya tidak heran mendengar bahwa Boediono menolak tawaran SBY untuk
duduk
dalam KIB-nya. Namun ketika SBY tidak tahan tekanan publik, beliau
mengumumkan
akan melakukan reshuffle kabinet. Saya mendengar bahwa Boediono sedang
"digarap"
habis-habisan untuk mau menjadi Menko Perekonomian, dan terjadilah itu.
Ini saya
gambarkan betapa mutlak pengaruh kekuatan internasional dalam
mengendalikan
kebijakan ekonomi Indonesia. Lebih hebat lagi, Jakarta Post tanggal 25
Mei 2009
memberitakan bahwa ketika Boediono ditanya, faktor apa yang mendorongnya
mau
menerima pencalonan dirinya sebagai Wakil Presiden dijawab olehnya :
"because of
a big stream that I can not resist", yang berarti karena arus (kekuatan)
besar
yang tidak dapat ditahannya. Saya merasa perlu menceriterakan ini karena
hubungannya antara SMI dan Boediono yang sama-sama anggota senior OTB
dan
sama-sama disodorkan kepada SBY agar mereka dan Mari Pangestu memegang
kekuasaan
ekonomi di Indonesia. Kenyataan-kenyataan ini jelas relevan dalam
menjelaskan
mengapa pengangkatan SMI sebagai managing director WB yang sangat tidak
wajar
dan menghina bangsa Indonesia itu berjalan demikian mulusnya.
Di
tengah-tengah menjalankan tugas sebagai Menkeu yang dalam proses
pemeriksaan
oleh KPK sebagai tindak lanjut dari hasil kerja Pansus DPR tentang Bank
Century,
SMI mengumumkan pengunduran dirinya untuk menjabat sebagai managing
director di
WB mulai tanggal 1 Juni 2010, seperti yang kita ketahui bersama.
Saya
mempunyai pengalaman yang menyangkut SMI dan Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta.
Ceriteranya sebagai berikut: hibah dari Uni Eropa kepada Indonesia
menurut
investigasi WB dikorup. Karena pelaksananya Bappenas, maka saya
"diperiksa" oleh Kejaksaan
Tinggi DKI Jakarta. Yang dipermasalahkan bukan KKG mengkorup, tetapi
mengapa KKG
membayar kembali hibah yang dituntut oleh WB sebesar USD 500 juta
sedangkan yang
dikorup hanyalah sekitar USD 30.000. Mengembalikan hibah seluruhnya
sebesar USD
500 juta dianggap merugikan keuangan negara. Tetapi ketika salah paham,
bahwa
justru KKG yang berkelahi tidak mau membayar dan SMI yang sebagai
Menteri
Keuangan yang membayarnya, SMI-nya tidak diapa-apakan. KKG juga tidak
diapa-apakan, tetapi sempat diperiksa. Berkaitan dengan ini ada hal
sejenis yang
terpublikasikan secara luas. Indonesia menerima hutang dari WB sebesar
USD 4,7
juta untuk membangun proyek infra struktur. Menurut WB lagi sebagian
dikorup,
dan karena itu minta supaya seluruh hutang yang USD 4,7 juta
dikembalikan. Tidak
jelas dikembalikan atau tidak. Rasanya dikembalikan dan tidak ada
konsekwensinya, walaupun dianggap merugikan dan mengacaukan perencanaan
keuangan
negara. Saya kemukakan ini karena ada kecenderungan segala sesuatunya
akan kebal
hukum apabila WB ada di belakangnya. Jelas ini merupakan faktor yang
bisa
menjelaskan mengapa pengangkatan SMI oleh WB langsung saja mematikan
urusannya
dengan KPK tentang Century yang sebelumnya demikian gegap gempitanya.
SMI, BERKELY MAFIA,
KEKUATAN
ASING DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
Kekuatan asing
yang
boleh dikatakan menentukan semua kebijakan ekonomi dan keuangan
Indonesia
diwakili oleh tiga lembaga keuangan internasional, yaitu Bank Dunia,
Bank
Pembangunan Asia dan IMF.
Ketika KKG sebagai Menko EKUIN pertama
kali
harus mengucapkan pidato di depan CGI dalam pembukaan rapat tahunannya,
kepada
KKG disodorkan naskah pidato oleh staf yang jelas anggota OTB. Isinya
sama
sekali tidak disetujui oleh KKG, dan dia minta kepada staf yang
bersangkutan
supaya diubah dengan arahan dari KKG. Dia menolak sambil mengatakan
bahwa sudah
menjadi tradisi sejak dahulu kala bahwa pidato pembukaan IGGI/CGI oleh
Ketua
Delegasi RI haruslah dibuat oleh WB melalui staf Menko EKUIN. Akhirnya
saya
membuatnya sendiri yang isinya sesuai dengan hati nurani dan keyakinan
saya,
yang ternyata isinya mengejutkan pimpinan sidang, Wakil Presiden WB Dr.
Kasum.
Pidato yang saya ucapkan mengandung tiga inti. Yang pertama,
kalau
Indonesia tidak mampu membayar cicilan pokok utang beserta bunga yang
jatuh
tempo, negara-negara IGGI/CGI ikut bersalah, karena barang siapa memberi
utang
harus mengevaluasi apakah yang diberi utang akan mampu membayar cicilan
utang
pokoknya beserta bunganya tepat waktu. Kalau ternyata tidak bisa,
negara-negara
pemberi utang harus ikut bertanggung jawab dalam bentuk hair cut. Bukan
hanya
penundaan pembayaran cicilan utang pokoknya saja, yang sifatnya
menggeser beban
di kemudian hari, sedangkan bunganya membengkak. Kedua, KKG protes
penggunaan
istilah "negara donor", dan minta supaya istilah yang sudah dibakukan
oleh WB
bersama-sama dengan para ekonom OTB itu diganti dengan istilah "negara
kreditur"
atau "negara pemberi utang". Ketiga, KKG juga protes digunakannya
istilah "aid"
atau bantuan, dan minta diganti dengan "loan" atau kredit. Kesemuanya
tidak
dihiraukan. Belakangan saya mendengar dari Dr. Satish Mishra yang khusus
diperbantukan pada Indonesia oleh PBB selama krisis. Dia memberitahukan
kepada
saya bahwa walaupun segala sesuatu yang saya katakan masuk akal, para
ekonom OTB
sendiri bersama-sama dengan WB, Bamk Pembangunan Asia dan IMF
menyikapinya
dengan "let him talk". Biarlah dia bicara, tidak akan ada dampaknya sama
sekali.
SEJARAH PENGUASAAN
EKONOMI
INDONESIA OLEH KEKUATAN ASING DAN KELOMPOK BERKELEY MAFIA
Mari sekarang kita telaah bagaimana beberapa akhli dan pengamat
asing
melihat peran kekuatan asing dan kelompok Berkeley Mafia dalam
perekonomian
Indonesia sejak tahun 1967.
Saya kutip apa yang ditulis oleh
John Pilger dalam bukunya yang berjudul "The New Rulers of the World."
Saya
terjemahkan seakurat mungkin ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :
"Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya 'hadiah
terbesar',
hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori
konferensi
istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambil alihan
Indonesia .
Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling
berkuasa di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa
korporasi Barat diwakili : perusahaan-perusahaan minyak dan bank,
General
Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American
Tobacco,
American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper
Corporation, US
Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh
Rockefeller
disebut "ekonoom-ekonoom
Indonesia yang top".
"Di
Jenewa, Tim Sultan terkenal dengan sebutan 'the Berkeley Mafia', karena
beberapa
di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat
untuk
belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai
peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan
yang
hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya,
Sultan
menawarkan : …… buruh murah yang melimpah….cadangan besar dari sumber
daya alam
….. pasar yang besar."
Di halaman 39 ditulis : "Pada hari kedua,
ekonomi
Indonesia telah dibagi, sektor demi
sektor. 'Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler' kata Jeffrey
Winters, guru
besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya
yang sedang
bekerja untuk gelar doktornya, Brad Simpson telah mempelajari
dokumen-dokumen
konferensi. 'Mereka membaginya ke dalam
lima seksi : pertambangan di satu kamar,
jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain, perbankan dan
keuangan
di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan
sebuah
delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh
mereka
dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar
ini
berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan : ini yang kami
inginkan : ini, ini dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infra
struktur
hukum untuk berinvestasi di
Indonesia . Saya tidak pernah
mendengar situasi seperti itu sebelumnya, di mana modal global duduk
dengan para
wakil dari negara yang diasumsikan sebagai negara berdaulat dan
merancang
persyaratan buat masuknya investasi mereka ke dalam negaranya sendiri.
Freeport
mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry
Kissinger
duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel Papua Barat.
Sang
raksasa Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit
Indonesia . Sekelompok
perusahaan-perusahaan Amerika, Jepang dan Perancis mendapat hutan-hutan
tropis
di Sumatra, Papua Barat dan Kalimantan . Sebuah
undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan buru-buru
disodorkan
kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak untuk
lima tahun lamanya. Nyata
dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia pergi ke Inter
Governmental
Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah Amerika
Serikat,
Canada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter
Internasional dan
Bank Dunia."
Demikian gambaran yang diberikan oleh Brad Simpson,
Jeffrey
Winters dan John Pilger tentang suasana, kesepakatan-kesepakatan dan
jalannya
sebuah konferensi yang merupakan titik awal sangat penting buat nasib
ekonomi
bangsa Indonesia selanjutnya.
Kalau baru sebelum krisis global
berlangsung kita mengenal istilah "korporatokrasi", paham dan ideologi
ini sudah
ditancapkan di
Indonesia sejak tahun 1967. Delegasi
Indonesia adalah Pemerintah. Tetapi
counter part-nya captain of industries atau para korporatokrat.
PARA PERUSAK
EKONOMI
NEGARA-NEGARA MANGSA
Benarkah sinyalemen John
Pilger,
Joseph Stiglitz dan masih banyak ekonom AS kenamaan lainnya bahwa
hutanglah yang
dijadikan instrumen untuk mencengkeram Indonesia ?
Dalam rangka
ini,
saya kutip buku yang menggemparkan. Buku ini ditulis oleh John Perkins
dengan
judul : "The Confessions of an Economic Hit man", atau "Pengakuan oleh
seorang
Perusak Ekonomi". Buku ini tercantum dalam New York Times bestseller
list selama
7 minggu.
Saya kutip sambil menterjemahkannya ke dalam bahasa
Indonesia
sebagai berikut.
Halaman 12 : "Saya hanya mengetahui bahwa
penugasan
pertama saya di
Indonesia , dan saya salah seorang
dari sebuah tim yang terdiri dari 11 orang yang dikirim untuk
menciptakan cetak
biru rencana pembangunan pembangkit listrik buat pulau Jawa."
Halaman
13
: "Saya tahu bahwa saya harus menghasilkan model ekonometrik untuk
Indonesia dan Jawa". "Saya mengetahui
bahwa statistik dapat dimanipulasi untuk menghasilkan banyak kesimpulan,
termasuk apa yang dikehendaki oleh analis atas dasar statistik yang
dibuatnya."
Halaman 15 : "Pertama-tama saya harus memberikan pembenaran
(justification) untuk memberikan hutang yang sangat besar jumlahnya yang
akan
disalurkan kembali ke MAIN (perusahaan konsultan di mana John Perkins
bekerja)
dan perusahan-perusahaan Amerika lainnya (seperti Bechtel, Halliburton,
Stone
& Webster, dan Brown & Root) melalui penjualan proyek-proyek
raksasa
dalam bidang rekayasa dan konstruksi. Kedua, saya harus membangkrutkan
negara
yang menerima pinjaman tersebut (tentunya setelah MAIN dan kontraktor
Amerika
lainnya telah dibayar), agar negara target itu untuk selamanya
tercengkeram oleh
kreditornya, sehingga negara penghutang (baca :
Indonesia ) menjadi target yang empuk
kalau kami membutuhkan favours, termasuk basis-basis militer, suara di
PBB, atau
akses pada minyak dan sumber daya alam lainnya."
Halaman 15-16 :
"Aspek
yang harus disembunyikan dari semua proyek tersebut ialah membuat laba
sangat
besar buat para kontraktor, dan membuat bahagia beberapa gelintir
keluarga dari
negara-negara penerima hutang yang sudah kaya dan berpengaruh di
negaranya
masing-masing. Dengan demikian ketergantungan keuangan negara penerima
hutang
menjadi permanen sebagai instrumen untuk memperoleh kesetiaan dari
pemerintah-pemerintah penerima hutang. Maka semakin besar jumlah hutang
semakin
baik. Kenyataan bahwa beban hutang yang sangat besar menyengsarakan
bagian
termiskin dari bangsanya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan
jasa-jasa sosial
lainnya selama berpuluh-puluh tahun tidak perlu masuk dalam
pertimbangan."
Halaman 15 : "Faktor yang paling menentukan adalah Pendapatan
Domestik
Bruto (PDB). Proyek yang memberi kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan PDB
harus dimenangkan. Walaupun hanya satu proyek yang harus dimenangkan,
saya harus
menunjukkan bahwa membangun proyek yang bersangkutan akan membawa
manfaat yang
unggul pada pertumbuhan PDB."
Halaman 16 : "Claudia dan saya
mendiskusikan karakteristik dari PDB yang menyesatkan. Misalnya
pertumbuhan PDB
bisa terjadi walaupun hanya menguntungkan satu orang saja, yaitu yang
memiliki
perusahaan jasa publik, dengan membebani hutang yang sangat berat buat
rakyatnya. Yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi
semakin
miskin. Statistik akan mencatatnya sebagai kemajuan ekonomi."
Halaman
19
: "Sangat menguntungkan buat para penyusun strategi karena di
tahun-tahun enam
puluhan terjadi revolusi lainnya, yaitu pemberdayaan
perusahaan-perusahaan
internasional dan organisasi-organisasi multinasional seperti Bank Dunia
dan
IMF."
PENUTUP
Fokus tulisan ini adalah peran SMI dalam perpspektif sejarah dan
kaitannya dengan hubungan yang sangat erat dan subordinatif pada
kekuatan-kekuatan asing, mungkin kekuatan corporatocracy yang diwakili
oleh tiga
lembaga keuangan internasional, yaitu Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia
dan IMF.
Sejak Konferensi Jenewa bulan November 1967 yang digambarkan
oleh John
Pilger, dalam tahun itu juga lahir UU no. 1 tahun 1967 tentang Penanaman
Modal
Asing, yang disusul dengan UU No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal
Dalam
Negeri, dan serangkaian perundang-undangan dan peraturan beserta
kebijakan-kebijakan yang sangat jelas menjurus pada liberalsasi. Dalam
berbagai
perundang-undangan dan peraturan tersebut, kedudukan asing semakin lama
semakin
bebas, sehingga akhirnya praktis sama dengan kedudukan warga negara
Indonesia.
Kalau kita perhatikan bidang-bidang yang diminati dalam melakukan
investasi
besar di Indonesia, perhatian mereka tertuju pada pertumbuhan PDB
Indonesia yang
produknya untuk mereka, sedangkan bangsa Indonesia hanya memperoleh
pajak dan
royalti yang sangat minimal.
Bidang-bidang ini adalah
pertambangan dan
infra struktur seperti listrik dan jalan tol yang dari tarif tinggi yang
dikenakan pada rakyat Indonesia mendatangkan laba baginya.
Bidang
lain
adalah memberikan kredit yang sebesar-besarnya dengan tiga sasaran :
pertama,
memperoleh pendapatan bunga, kedua, proyek yang dikaitkan dengan hutang
yang
diberikan di mark up, dan dengan hutang kebijakan Indonesia dikendalikan
melalui
anak bangsa sendiri, terutama yang termasuk kelompok OTB untuk ekonomi
dan
kelompok The Ohio Boys untuk bidang politik.
Keseluruhan ini
sendiri
merupakan cerita yang menarik dan bermanfaat sebagai bahan renungan
introspeksi
betapa kita sejak tahun 1967 sudah dijajah kembali dengan cara dan
teknologi
yang lebih dahsyat.
Para penjajah Belanda dahulu menanam
berbagai pohon
yang buahnya bernilai tinggi. Kekejaman mereka terletak pada eksploitasi
manusia
Indonesia bagaikan budak. Kebun-kebunnya sampai sekarang menjadi PTP
yang masih
menguntungkan.
Sejak tahun 1967, pengerukan dan penyedotan
kekayaan alam
Indonesia oleh kekuatan asing, terutama mineral yang sangat mahal
harganya dan
sangat vital itu dilakukan secara besar-besaran dengan modal besar dan
teknologi
tinggi. Para pembantunya adalah bangsa sendiri yang berhasil dijadikan
kroni-kroninya. Apakah pengangkatan SMI menjadi managing director WB
merupakan
bagian dari skenario ini saya tidak tahu.
http://sastrapembebasan.wordpress.com/
http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/
Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/
[Non-text portions of this message have been removed]
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment