Advertising

Saturday 10 July 2010

[wanita-muslimah] Ular Berbadan Merpati

 

http://www.antaranews.com/kolom/?i=1278740899

ANTARA KITA
Ular Berbadan Merpati
Sabtu, 10 Juli 2010 12:48 WIB | |
Alfan Alfian

Dalam acara Rakornis Partai Golkar di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Minggu 4 Juli 2010, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Aburizal Bakrie mengemukakan filosofi tikus. Jadilah seperti tikus yang menggigit tapi tanpa orang merasa kalau kita gigit. Tikus bisa menggigit kaki orang tidur tanpa diketahui orang tersebut.

Pengibaratan Aburizal Bakrie tersebut segera menuai kontroversi. Yang sinis langsung meresponsnya sebagai contoh yang kurang tepat : bukankah selama ini tikus sudah terlanjur dicap sebagai binatang yang selalu dikonotasikan sebagai koruptor?

Tikus-tikus, sering dijadikan ilustrasi-ilustrasi mengenai koruptor. Penyanyi Iwan Fals juga punya lirik lagu yang menempatkan tikus sebagai simbol penggerogot, korup, dan merusak ("tikus-tikus kantor").

Yang lain ada yang mengatakan, maksud Aburizal Bakrie tidak sejauh itu. Tikus juga merupakan binatang bermanfaat bagi penelitian laboratorium. Di daerah tertentu, tikus, katanya dimakan. Kalau demikian, tikus tidak selalu berkonotasi negatif.

Ada pula yang menjelaskan bahwa pengibaratan Aburizal Bakrie itu sekedar untuk konsumsi internal partainya, dan lebih dimaksudkan ke konteks pengambilan keputusan politik secara taktis, tidak grusa-grusu atau serampangan. Jadi, tentu bukan menyuruh kadernya menjadi koruptor.

***
Setidaknya Aburizal Bakrie, telah melempar ibarat, maka bertambah semaraklah pengibaratan dunia politik kita atas personifikasi binatang-binatang. Tentu Aburizal Bakrie bukan yang pertama kali.

Penyebutan binatang ke dalam watak-watak politik, terekspos misalnya dalam fabel (fiksi kisah binatang) kuno "Khalilah dan Dimnah" (Bahasa Suryani "Kalilag va Damnag", Bahasan Arab "Kalila wa Dimna", yang konon merupakan terjemahan sebuah karya sastra Sansekerta bernama Pañcatantra yang berasal dari India.

Menurut catatan wikipedia, sebelumnya karya tersebut diterjemahkan ke dialek Pahlavi (bahasa Persia) dan lalu ke bahasa Suryani sebelum ke bahasa Arab. Dari situ lalu diterjemahkan ke bahasa-bahasa Eropa.

Thomas Irving (1980) menyatakan lebih lanjut bahwa cerita-cerita dari Afrika Utara dibawa ke Afrika di sebelah selatan Sahara dan dari sana lalu dibawa ke Amerika Utara oleh para budak-budak Afrika.

Di Indonesia beberapa penerbit sudah menterjemahkannya. Kisahnya melulu politik, bagaimana raja (Singa) punya pengaruh, tetapi juga sesungguhnya punya banyak kelemahan.

Dalam "Khalilah dan Dimnah" semua binatang punya karakter politiknya yang khas. Tetapi, pada intinya, semua binatang punya kelebihan dan kekurangan. Politik, tidak selalu bertumpu pada rumus yang kuat yang menang, tetapi yang cerdaslah yang bakal eksis dan survive, bahkan seekor tikus sekalipun.

***
Pada awal era reformasi, M Amien Rais yang waktu itu masih hangat "kebul-kebul" sebagai tokoh reformasi, juga punya fabel politik. Tokohnya adalah kancil yang sedang pilek. Si kancil yang cerdik itu "mengelak dari tanggung jawab", manakala diinterogasi Singa sang raja hutan, karena sedang pilek.

Itu adalah kritik bahwa pada masa Orde Baru, banyak intelektual, cerdik pandai, ulama yang bersikap seperti kancil pilek yaitu pura-pura tidak tahu akan keadaan dan kebusukan yang terjadi di pemerintahan. Sebagaimana diuraikan dalam komik "Amien Rais Jejak Langkah Bersejarah, Bukan Kancil Pilek" (Nirmala, Jakarta, 1999), Amien Rais sendiri, tak mau menjadi "kancil pilek".

Pada 1980-an kolomnis Mahbub Djunaidi (almarhum) pernah menulis soal politik kebun binatang (zoo). Intinya, adalah sebuah sindiran kepada para politisi. Bahwa bagi para orangtua yang hendak mengajari anaknya politik, ajaklah ke kebun binatang.

Tapi, kolomnis yang paling rajin membuat fabel politik, tak lain adalah almarhum Kuntowijoyo. Dalam kolom-kolomnya yang ngangeni (priyayi santun kok bisa jenaka juga) di majalah Ummat (sedihnya, majalah ini sudah tidak terbit lagi) di penghujung Orde Baru dan awal era reformasi, fabel-fabel politik Pak Kunto selalu diakhiri petikan pendapat para tokoh, yang isinya mencerahkan.

Waktu Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden, banyak anekdot yang melibatkan binatang-binatang. Dari banyak cerita lucu Gus Dur, saya menggarisbawahi, bahwa yang rakus dan penakut (bahkan lebih punya etika) itu, justru para manusia yang terlibat dalam kisah itu, bukan binatangnya. Anda bisa lacak sendiri, dalam buku-buku kumpulan humor Gus Dur.

Para demonstran mahasiswa ada yang sesekali protes simbolik dengan mengunjungi kebun binatang. Mereka "curhat" pada binatang-binatang, sebab para politisi dianggap "tak mau mendengar" lagi.

Dalam soal demonstrasi membawa binatang, yang paling heboh belum lama ini, barangkali "kerbau Si Bu Ya", tatkala demonstran membawa kerbau di Jalan Thamrin, memprotes pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kontroversi binatang dalam demonstrasi ini sempat mnemperoleh tanggapan berbagai pihak, bahkan dari Presiden SBY sendiri.

***
Dalam soal pengibaratan, bahkan Machiavelli pun juga menyebut dua binatang dalam bukunya. Dalam buku saya "Menjadi Pemimpin Politik" (Gramedia, 2009), saya mengutip sebuah rujukan bahwa Machiavelli menyebut singa dan rubah dalam bukunya yang terkenal "Il Principe" itu.

Bacalah kutipan berikut, "Dengan demikian, karena seorang raja terpaksa mengetahui cara bertindak seperti binatang, ia harus meniru rubah dan singa: karena singa tidak dapat membela diri sendiri terhadap perangkap, dan rubah tidak dapat membela diri terhadap srigala. Karena orang harus bersikap seperti rubah untuk mengetahui adanya perangkap, dan seperti singa untuk menakuti srigala"
.
"Mereka yang hanya ingin bersikap seperti singa adalah bodoh. Sehingga seorang penguasa yang bijaksana tidak harus memegang janji kalau dengan demikian ia akan merugikan diri sendiri, dan kalau alasan yang mengikat sudah tidak ada lagi. Seandainya semua orang baik hati, anjuran ini pasti tidak baik".

Saya belum mendengar atau menemukan catatan, Machiavelli memilih binatang tikus, jangkrik, semut, kecebong, atau yang lain dalam pengibaratannya.

Selain Machiavelli, filosof Immanuel Kant, menyebut adanya dua binatang dalam tiap diri politikus. Nah, apa itu? Pertama, ular, di dada kiri. Kedua, burung merpati, di dada kanan. Ular menyimbolkan kelicikan. Licik itu cerdas, tapi jahat. Bahasa kita, ular itu lincah bergerak kiri kanan atas bawah, semuanya diembat.

Sementara, selicik-liciknya ia, masih ada burung merpati yang putih lembut, simbol ketulusan dan kejernihan hati nurani. Politisi, dalam pengibaratan sederhana Kant itu, selalu bimbang : mau licik seperti ular, atau tulus seperti merpati? Karena politik itu grey area, maka politisi bisa berbadan merpati berkepala ular, atau berbadan ular berkepala merpati.

***
Konon, kata Aristoteles, manusia adalah zoon politicon. Manusialah yang bisa berorganisasi sedemikian rupa, tidak hanya sekedar menuruti naluri bergerombol, tetapi lebih dari itu juga berpolitik. Karena manusia berpolitik, dan watak-watak manusia terbeber sedemikian rupa, maka diperlukanlah fabel-fabel politik.

Munculllah kemudian, tikus, kancil, singa, rubah, ular dan sebagainya, hingga merpati. Kalau saya penjual celana kolor di pinggir lapangan pasar malam, bolehlah saya berteriak "tinggal pilih, tinggal pilih." Soalnya, celana kolor yang saya jual itu bergambar tikus, kancil, ular, beruang, merpati, singa, anjing, dan binatang-binatang lainnya -tanpa bermaksud memaksa pembelinya menyamakan rupa, hehe...(***)

*M Alfan Alfian, Dosen Pascasarjana Ilmu Politik, Universitas Nasional, Jakarta

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Get real-time World Cup coverage on the Yahoo! Toolbar. Download now to win a signed team jersey!

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment