Advertising

Monday, 1 November 2010

Tambahan <= Re: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara

 

Alasan HMNA dan Mu'iz bahwa "wahyu verbal/lisan" harus berupa kitab yang diturunkan kepada nabi (Misalnya: Nabi Musa, Isa, Muhammad SAW) adalah hujjah yang sangat lemah. Mengapa sangat lemah? Karena tidak semua nabi mendapatkan kitab. Misalnya Nabi Harun a.s., Nabi Ishaq a.s., Nabi Ismail a.s., Nabi Yahya a.s. dll - tidak mendapatkan kitab, tetapi mereka menerima WAHYU dari Allah Ta'ala. Apakah wahyu yg diterima para nabi yg tidak punya kitab ini disebut "wahyu verbal" atau "wahyu non verbal"? Monggo dijawab.

Lalu HMNA mengatakan: "Al-Quran adalah wahyu verbal, redaksionalnya dari Allah. Hadits Qudsyi adalah wahyu non-verbal, substansinya dari Allah dan redaksionalnya dari Nabi Muhammad SAW."

Definisi "wahyu verbal (wahyu lisan?)" dan "wahyu non-verbal (wahyu non-lisan?)" saja belum jelas...Tapi okelah, sementara ditampung dulu.

Statement HMNA di atas keliru, tidak semua redaksi dalam Hadits Qudsi berasal dari Nabi SAW. Banyak juga redaksional yang berasal langsung dari Allah. Ini contohnya:

On the authority of Abu Harayrah (may Allah be pleased with him), who said that the Prophet (PBUH) said: Allah the Almighty said:
I am as My servant thinks I am (1). I am with him when he makes mention of Me. If he makes mention of Me to himself, I make mention of him to Myself; and if he makes mention of Me in an assembly, I make mention of him in an assemble better than it. And if he draws near to Me an arm's length, I draw near to him a fathom's length. And if he comes to Me walking, I go to him at speed." (Bukhari, Muslim)

Jadi apa kesimpulannya, bahwa klasifikasi term "wahyu verbal" dan "non verbal" yang diajukan oleh HMNA dan Mu'iz tidak bisa digunakan dan hanya bisa diaplikasikan untuk menurutkan pendapat mereka saja.

Salam,
MAS

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrahman@...> wrote:
>
> Lagi tambahan:
> Al-Quran adalah wahyu verbal, redaksionalnya dari Allah. Hadits Qudsyi adalah wahyu non-verbal, substansinya dari Allah dan redaksionalnya dari Nabi Muhammad SAW.
>
> HMNA
>
> ----- Original Message -----
> From: "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrahman@...>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Sent: Monday, November 01, 2010 23:31
> Subject: Tambahan <= Re: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara
>
>
> Tambahan:
> Kalau sesudah Nabi Muhammad SAW wahyu verbal sudah berhenti, lalu katanya menurut qadiayanisme itu bertentangan dengan sifat Allah Yang Mutakallim. Alasan ini dipakai qadiyanisme sebagai pembenaran kenabian Ghulam Ahmad. Kalau begitu alasannya sesudah Ghulam Ahmad akan terus menerus ada nabi, wah, kacau jadinya dunia ini.
>
> HMNA
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "H. M. Nur Abdurahman" <mnur.abdurrahman@...>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Sent: Monday, November 01, 2010 16:27
> Subject: Pengertian wahyu secara etimologis <= Re: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara
>
>
> Pengertian wahyu secara etimologis
> Secara etimologis, "wahyu" terbagi dua:
>
> 1. Wahyu verbal hanya diturunkan kepada para nabi,"FabasaLlahun nabiyyyina mubasysyiriyna wamundziriyna wa anzala ma'ahumul kitaba bilhaqqi liyahkum bainan naasi piymakh talafuw fiyhi" (Maka Allah membangkitkan nabi-nabi untuk penggembira dan penggentar dan menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran untuk (menetapkan keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan) (Qs. Al-Baqarah [2]:213). Jadi menurut ayat ini barulah perlu dan cukup tentang kriteria seorang Nabi ialah mendapat wahyu verbal berupa Kitab sebagai rujukan untuk menetapkan keputusan hukum (yahkum). Wahyu verbal ini tidak lagi diturunkan Allah setelah Nabi Muhammad SAW. Ini tidak berarti sifat Allah yang Mutakallim sudah berhenti, karena manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang cerdas, ada malaikat dan ada pula makhluk yang cerdas di makrokosmos (jagat raya), "wa lahu aslama man fis samawati wal ardhi" (dan Islamlah barang siapa yang ada di langit (makrokosmos) dan di bumi (mikrokosmos) (Qs Ali 'Imraan [3]:83). Dikatakan makhluk cerdas karena dinyatakan dengan man (siapa) bukan ma (apa) untuk benda-benda ciptaan Allah yang tidak cerdas.
>
> 2. Wahyu non-verbal terdiri atas empat:
>
> 2.1. Bermakna "isyarat" (al-isyârah). Makna ini dijelaskan oleh Allah SWT., "Fakharaja 'ala qawmihi mina'l-mihrabi fa awha ilayhim an sabbihuhu bukratan wa 'asyiyyan" (Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang) (Qs. Maryam [19]: 11). Makna "wahyu" di sini adalah isyarat kepada kisah nabi Zakariya.
>
> 2.2. Bermakna "ilham secara fitrah" (al-ilham al-fithriy). Makna "wahyu" ini dijelaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya, "Wa awha rabbuka ila al-nahli anittahidziy mina'l-jibali buyutan wa mina's-syajari wa mimma ya'risyun. Tsumma kuliy min kulli al-tsamarat faslukiy subula rabbiki dzululan yakruju min buthuniha syarabun mukhtalifun alwanuhu fihi syifa'un
> linnasi inna fi dzalika la'ayatan liqawmin yatafakkarun" (Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.) (Qs. Al-Nahl [16]: 68-69). Jadi, arti "pewahyuan" (al-iha') di sini adalah "al-ilham al-fithriy", petunjuk (al-hidayah) , arahan (al-tawjih) bagi lebah untuk menempuh sebab-sebab dalam mempertahankan eksistensinya, melakukan kerjanya lewat fitrahnya dan instingnya yang sangat menakjubkan.
>
> 2.3. "Ilham Tuhan" (al-Ilham al-Ilahiy). Artinya, apa yang disematkan oleh Allah ta'ala ke dalam hati hamba-hamba- Nya yang terpilih, yang berkaitan dengan jalan-jalan kebaikan, arah kebaikan, dan cara berbuat kebaikan. Hal ini dijelaskan oleh-Nya, "W awhayna ila ummi Musa an ardhi'hi fa idza khifti 'alayhi fa'alqihi fi'l-yammi wa la takhafiy wa la tahzaniy
> inna raaduhu ilayki wa ja'iluhu mina'l-mursalin" (Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul) (Qs. Al-Qashash [28]: 7).
>
> 2.4. Bisikan (al-waswasah) . Artinya, apa yang dimasukkan oleh setan ke dalam jiwa dan menipu manusia dari kebenaran (al-haqq) dan kebaikan (al-khayr). Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT., "Kadzalika ja'alna likulli nabiyyin 'aduwwan syayatina'l-insi wa'l-jinni yuhiy ba'dhuhum ila ba'dhin zukhrufa'l-qawli ghururan wa law sya'a rabbuka ma fa'aluhu fadzarhum wa ma yaftarun. Wa litashgha ilayhi af'idatu'l-ladzina la yu'minuna bi'l-Akhirati wa liyardhawhu wa liyaqtarifu ma hum muqtarifun" (Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan) (Qs. Al-An'am [6]: 112). Jadi, setan adalah makhluk pembangkang dan tiran (al-mutamarrid al-thagiyah) : apakah jenisnya dari jin atau manusia. Kedua-duanya menghalang-halangi setiap seruan kebenaran: menanamkan "keraguan" (syubhat), mengobarkan fitnah dan menghalangi jalan kebenaran.
>
> ----- Original Message -----
> From: "Abdul Muiz" <muizof@...>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Sent: Monday, November 01, 2010 00:31
> Subject: Bls: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara
>
>
> wahyu verbal ya dapat ditemukan di suhuf-suhuf, taurat, zabur, injil dan qur'an. Yang non verbal itu ya bertebaran di alam semesta dan isyarah-isyarah, insting (intuisi) dsb, makanya lebah saja diberikan wahyu.
>
> Salam
> Abdul Mu'iz
>
> --- Pada Ming, 31/10/10, ma_suryawan <ma_suryawan@...> menulis:
>
>
> Dari: ma_suryawan <ma_suryawan@...>
> Judul: [wanita-muslimah] Re: Kisah mujizat dan legenda nusantara
> Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Tanggal: Minggu, 31 Oktober, 2010, 11:26 PM
>
>
>
>
>
>
> Bung Mu'iz,
>
> Menurut Anda, Tuhan tidak akan pernah berhenti dengan wahyu non verbal-Nya. Apakah wahyu verbal-Nya sudah berhenti?
>
> Apa yang dimaksud dg wahyu non verbal dan verbal? Siapa yang membuat klasifikasi ini?
>
> Salam,
> MAS
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment