BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[kOLOM tETAP hARIAN fAJAR]
776. Siapakah Dzulqarnain ?
Raja-raja Melayu dimitoskan berasal dari Iskandar Dzulqarnain. Di Indonesia dalam buku-buku sejarah terbitan yang lama-lama, Raja Macedonia Alexander the Great dikatakan Iskandar Zulkarnain. Mengaitkan Alexander (Iskandar) dengan Dzulqarnain, seorang tokoh dalam Al-Quran, itu adalah kesalahan besar. Alexander the Great, atau Iskandar Agung, Raja Macedonia, adalah penyembah berhala , sedangkan Dzulqarnain seperti termaktub dalam Al Quran, menerima wahyu dari Allah. Jadi Dzulqarnain (Si Tanduk Dua) bukanlah Iskandar Agung. Karena menerima wahyu dari Allah, apakah Dzulqarnain itu seorang Nabi? Apakah kriteria seorang Nabi?
-- FB'ATs ALLH ALNBYN MBSyRYN WMNDzRYN WANZL M'AHM ALKTB BALhQ LyhKM BYN ALNAS FYMA AKhTLFWA FYH (S. ALBQRt, 2:213), dibaca:
-- faba'atsaLla-hun nabiyyi-na mubsysyiri-na wamundziri-na waanzala ma'ahumul kita-ba bilhaqqi liyahkuma bainan na-si fi-makh talafu- fi-hi, artinya:
-- Maka Allah membangkitkan nabi-nabi untuk penggembira dan penggentar dan menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran untuk (menetapkan keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan
Jadi menurut ayat [2:213] barulah perlu dan cukup tentang kriteria seorang Nabi ialah mendapat wahyu dan mendapatkan Kitab sebagai rujukan untuk menetapkan keputusan hukum (yahkum). Dzulqarnain hanya mendapat wahyu, tidak mendapatkan Kitab, jadi Dzulqarnain bukanlah seorang nabi, seperti ibunya Nabi Musa AS yang hanya mendapat wahyu tetapi tidak mendapat Kitab.
Lalu siapakah Dzulqarnain dalam sejarah ?
KJVR-Daniel 8:
3 Then I lifted up mine eyes, and saw, and, behold, there stood before the river a ram which had two horns: and the two horns were high; but one was higher than the other, and the higher came up last. (Lalu kuangkat mukaku dan kulihat, tampak seekor domba jantan berdiri di depan sungai itu; tanduknya dua dan kedua tanduk itu tinggi, tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan yang tinggi itu tumbuh terakhir).
16 And I heard a man's voice between the banks of Ulai, which called, and said, Gabriel, make this man to understand the vision (Dan kudengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: "Jibril, buatlah orang ini memahami penglihatan itu!).
20 The ram which thou sawest having two horns are the kings of Media and Persia. (Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja-raja orang Media dan Persia)
"Vision" dari Nabi Danyal ttg biri-biri jantan bertanduk dua, yang sebelah tanduknya lebih tinggi yang datang belakangan, mengisyaratakan tanduk yang lebih rendah yaitu Media dan tanduk yang lebih tinggi yaitu Parsi yang belakangan menjadi Imperium Paarsi . Dalam sejarah tokoh yang mendirikan Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian menjadi Imperium Parsi tersebut adalah Cyrus the Great (600 - 529) SM, mendirikan Imprium Parsi (550) SM, dan memerintah (550 - 529) SM. Jadi "Vision" dari Nabi Danyal itu mengisyaratkan bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great. Bahwa Cyrus the Great itu ada kaitannya dengan Si Tanduk Dua atau Dzulqarnain itu bisa diterima, tetapi apakah dalam hal menyembah dewa-dewa Cyrus the Great tidak ada bedanya dengan Alexander the Great? Untuk itu perlu dahulu ditinjau dua hal.
Pertama, setelah Nabi Sulaiman AS wafat tahun 926 SM, maka kerajannya pecah menjadi Kerajaan Israil di utara dan Kerajaan Yahuza (Yudah) di selatan, masing-masing dengan ibu kota Samaria dan Jeruzalem. Tahun 721 SM Samaria ditaklukkan oleh bangsa Asysyria dan penduduknya yang terdiri atas 10 suku dibawa pergi semuanya oleh penakluk itu. Inilah yang disebut 10 suku bangsa Israil yang hilang (Ten Lost Tribes of Israel)(#). Dalam tahun (586) SM Kerajaan Yahuza ditaklukkan oleh bangsa Babilonia. Penaklukan Jeruzalem ini dapat kita baca dalam Al Quran:
-- FADzA JAa W'AD AWLHMA B'AtsNA 'ALYKM 'ABADA LNA AWLY BAaS SyDYD FJASWA KhLL ALDYAR WKAN W'ADA MF'AWLA (S. BNY ASRAaYL, 17:5), dibaca:
-- faidza- ja-a wa'du u-la-huma- ba'atsna 'alaikum 'iba-dal lana- uli- ba'sin syadi-din faja-su- khila-lad diya-ri waka-na wa'dam maf'u-la-, artinya:
-- Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-halaman, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Atas perintah Raja Nebukadnezar semua penduduk Yeruzalem diboyong ke Babilonia, namun pada (538) SM mereka dimerdekakan dan dikembalikan ke Yeruzalem oleh Cyrus the Great.
Kedua, Cyrus the Great penganut yang taat dari agama Zarathustra. Di sekolah-sekolah diajarkan bahwa agama Zarathustra menyembah Dua Tuhan, yaitu Tuhan Terang Ahura Mazda (ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Namun dewasa ini ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: "Kembali ke Gatha", mereka ini berkeyakinan Zatahustra tidak mengajarkan dua tuhan, melainkan Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Ini mengisyaratkan bahwa Cyrus the Great bukanlah penyembah berhala atau dewa-dewa, melainkan beragama Tawhid, sehingga itulah sebabnya maka pada (538) SM Bani Israil semuanya dikembalikan ke Yeruzalem oleh Cyrus the Great. Gatha telah dibakar habis tatkala Alexander the Great menduduki Percepolis, sehingga Gatha hanya berupa rekaman ingatan dari para pendeta agama Zarathustra. Alexander mempeoleh gelar dari para pendeta agama Zarathustra, yaitu "yang terkutuk". WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 29 April 2007
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/04/776-siapakah-dzulqarnain.html
-----------------------------
(#)
Banyak orang Jahudi dibuang ke Asyur, dan terjadi diaspora (penyebaran) suku-suku Jahudi, penduduk Kerajaan Israel, ke berbagai penjuru (Ruben, Simeon, Lewi, Isakhar, Zebulon, Dan, Yusuf, Naftali, Gad, Asyer). Kekuatan bangsa-bangsa kuat saling beradu memperebutkan hegemoni Kawasan Tengah. Kejayaan bangsa Asyur diganti oleh bangsa Babel (Babylonia), tahun 603SM. Di masa kejayaan Babel, Kerajaan Jehuda (Israel Selatan) jatuh, Jerusalem dihancurkan (587SM), dan berlangsunglah masa pembuangan di Babel. Kerajaan Persia (538-332SM) merebut hegemoni Babel. Sebagian orang Jahudi, terutama suku Jehuda dan Benyamin, kembali ke Judea. Namun 10 suku lain, penduduk Kerajaan Israel, tidak pernah mengalami repatriasi sebagaimana dua suku itu. Setelah peristiwa pensaliban, Nabi Isa AS pergi ke Timur mencari ke-10 suku bangsa Israil tersebut. Bahkan orang Mormon berkeyakinan Isa pernah ada di Amerika, pada tahun 30-han.
Beberapa penelusuran jejak Ten Lost Tribes of Israel
Khazar, Chazar (Rusia)
Kawasan yang dihuni orang-orang Khazar terletak di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, diapit Ukraina dan Kazakhstan. Bangsa Khazar adalah Orang-orang Jahudi Eropa Timur (Ashkenazi) adalah keturunan orang Khazar. [Arthur Koestler, "The Lost Tribes", London, 1976]. Keberadaan dan kemajuan orang-orang Khazar mengindikasikan akulturasi Jahudi Diaspora (yang melek huruf dan berteknologi) dengan suku Turk yang buta huruf dan bergaya-hidup nomad.
Pathan (Afghanistan)
Di sekitar perbatasan Afghanistan, Pakistan dan India, bermukim sekitar 15 juta kelompok suku Pathans (atau Pashtuns, Paktuns, Pushtuns, yang berbahasa Pashtu), beragama Islam. Namun menganggap diri sebagai anak-cucu Kish, keturunan Raja Saul. Orang Pathan bertradisi menyunat anak di usia delapan hari (Muslim biasanya menyunat anak di usia 12 tahun), berpakaian model tzizit orang Israel, menyalakan lilin pada Jumat malam dan berpantang makan seperti ketentuan Kashrut. Nama-nama kelompok Pathan banyak mengandung kata Yusuf (=Joseph=Yosef), seperti Yusufzai, Yusufuzi, Yusufzad. Yusufzai berarti anak Yosef. Mereka menamakan diri suku bene Israel, atau anak Israel, dan bertradisi memiliki leluhur yang datang dari barat. Pathans bertradisi pernikahan ipar, yang mengharuskan saudara laki-laki menikahi janda saudaranya yang meninggal tanpa keturunan, sama seperti Israel kuno (Ulangan 25:5-6). Pathans juga bertradisi mengorbankan kambing penebusan, sama seperti masa Israel kuno yang membebankan dosa seluruh bangsa pada domba yang diusir ke gurun dan disembelih.
Kashmir (India)
Di Negara Bagian Kashmir (India bagian utara, sebelah barat Nepal), yang terletak di lembah yang luas indah dan dikelilingi pegunungan tinggi, bermukim sekitar 5-7 juta orang Kashmir. Penampilan fisik mereka berbeda dengan umumnya orang India. Tradisi mereka memang mengindikasikan perbedaan asal-usul. Nama-nama puak orang Kashmir dan beberapa nama tempat sangat berbau Jahudi, misalnya Asheriya=Asher, Dand=Dan, Gadha=Gad, Lavi=Levi, Shaul=Saul, Musa=Moses, Suliamanish=Sulaiman, Israel=Israel, Abri=Hebrew, Kahana = mirip kata Ibrani yang berarti pendeta (seperti cohanim di Afrika). Orang Kashmir memiliki hari raya Pasca pada musim semi, saat dilakukan penyesuaian perbedaan penanggalan candra dan surya, dengan cara seperti yang dilakukan orang-orang Jahudi. Mereka memang menyebut diri sebagai Bene Israel, Anak-anak Israel. Orang Kashmiri
menghormati Sabbath (beristirahat dari semua jenis kerja); menyunat bayi pada usia delapan bulan; tidak makan ikan yang tak bersisik dan bersirip, dan merayakan beberapa hari raya Jahudi lainnya.
Shin-lung atau Bene Menashe (di sekitar perbatasan India-Myanmar)
Di kawasan pegunungan di kedua sisi perbatasan India-Myanmar, bermukim sekitar 2 juta orang Shinlung. Mereka memiliki tradisi penyembelihan binatang korban seperti suku-suku Israel kuno pada umumnya, dan menyebut diri anak Menashe atau Bene Menashe. Kata Menashe banyak bermunculan dalam puisi dan doa (mereka menyeru "Oh God of Menashe"). Mereka memiliki tradisi cerita yang mengatakan bahwa mereka dibuang ke suatu tempat yang berada di sebelah barat tempat asal mereka, lalu bermigrasi ke timur dan mulai menjadi penggembala dan penyembah dewa. Migrasi mereka berlanjut ke timur, mencapai perbatasan Tibet-Cina, lalu mengikuti aliran Sungai Wei, hingga masuk dan bermukim di Cina Tengah sekitar tahun 230SM. Orang Cina menjadikan mereka sebagai budak, sehingga beberapa diantara mereka melarikan diri dan tinggal di gua-gua kawasan pegunungan Shinlung, dan hidup miskin selama dua generasi. Mereka juga disebut orang gua atau orang gunung dan tetap menyimpan kitab suci mereka.
Akhirnya mereka mulai berasimilasi dengan orang Cina dan terpengaruh budaya Cina, hingga akhirnya mereka meninggalkan gua-gua pegunungan dan pergi ke barat, melalui Thailand, menuju Myanmar. Setelah itu mereka berkelana tanpa kitab suci, dan membangun tradisi lisan, hingga sampai di Sungai Mandaley, dan menuju Pegunungan Chin. Pada abad-18 sebagian dari mereka bermigrasi ke Manipur dan Mizoram, India Timurlaut.
Mereka sadar bahwa mereka bukan orang Cina meskipun menggunakan bahasa Cina dialek lokal, dan menyebut diri Lusi yang berarti Sepuluh Suku ("Lu" berarti suku, dan "si" berarti sepuluh). Tradisi Menashe antara lain adalah sunat (kini sudah ditinggalkan), upacara pemberkatan anak pada usia 8 hari, hari raya keagamaan yang mirip dengan hari raya keagamaan Jahudi, praktek pernikahan ipar demi kelangsungan nama marga, menyebut nama Tuhan sebagai "Y'wa", dan memelihara puisi yang mirip dengan kisah penyeberangan Kitab
Keluaran ketika bangsa Israel menyeberang Laut Merah. Di setiap kampung ada pendeta atau imam yang selalu bernama Harun (Aaron, saudara Musa dan Imam Pertama Jahudi) dengan pewarisan turun-temurun. Salah satu tugas mereka adalah mengawasi kampung, berdoa dan mempersembahkan korban, dengan jubah ber-`breastplate', ikatpinggang dan mahkota, dan selalu membuka doa dengan menyebut nama Menashe.
Dalam kasus terdapat orang jatuh sakit, para imam dipanggil untuk memberkati pesakit dan mempersembahkan korban. Imam akan menyembelih domba atau kambing dan mengoleskan darahnya di telinga, punggung dan kaki pesakit sambil mengucapkan mantra yang mirip dengan Im14:14. Pada kasus penyakit khusus, diselenggarakan upacara khusus. Semacam upacara penebusan yang dilakukan dengan memotong sayap burung dan menebar bulunya ke udara. Pada kasus penyakit lepra, para imam menyembelih burung di lapangan terbuka. Untuk penebusan dosa, dilakukan pengorbanan domba di altar seperti dilakukan di Bait Allah (seperti disaksikan seorang penulis di hutan Myanmar sekitar tahun 1963-1964). Darah sembelihan ditorehkan di ujung altar, dagingnya dimakan. Yom Kippur dirayakan sebagai hari penebusan, sekali setahun seperti tradisi Jahudi. Kendaraan imam tidak boleh dibuat dari logam, namun dari tanah liat, kain, atau kayu. Melakukan praktek pemujaan berhala dan mempercayai klenik sehubungan dengan roh dan setan. Percaya reinkarnasi tapi percaya Tuhan di sorga akan membantu dalam kesusahan.
Ch'iang-min (Cina)
Orang-orang Ch'iang atau Ch'iang-min (sekitar 250 ribu orang, 1920) bermukim di Propinsi Sechuan, Cina bagian barat, di daerah pegunungan sebelah barat Sungai Min, dekat perbatasan Tibet [Thomas Torrance "The History, Customs and Religion of the Ch'iang People of West China" (1920) dan "China's First Missionaries: Ancient Israelites" (1937)]. Mereka menganggap diri sebagai imigran dari barat yang datang ke tempat tersebut setelah berjalan selama tiga tahun tiga bulan. Orang Cina menganggap mereka sebagai barbar, dan mereka menilai orang Cina sebagai penyembah berhala (Ch'iang-min percaya hanya pada satu tuhan dan menyebutnya `Yawei' ketika berada dalam kesulitan). Ch'iang-min mempraktekkan persembahan korban yang dilakukan imam, jabatan yang hanya bisa dijabat oleh pria yang sudah menikah (Im 21:7,13) dan diwariskan turun-temurun.
Para imam mengenakan jubah putih bersih dan bersurban khusus. Mezbah dibuat dari batu yang tidak dipotong dengan alat logam (Kel20:25), dan tidak boleh didekati oleh orang asing dan "cacat" (Im21:17-23). Para imam Ch'iang-min menggunakan tali pengikat jubah, dan sebatang tongkat berbentuk seperti ular (kisah Musa di gurun). Setelah berdoa, para imam membakar bagian dalam dan daging korban sembelihan, dan mengambil bagian pundak, dada, kaki dan kulit, sementara dagingnya dibagikan kepada pemberi persembahan. Saat persembahan, mereka mengibarkan 12 bendera di sekitar altar untuk menjaga tradisi bahwa mereka berasal dari satu bapak yang memiliki 12 anak. (Mereka bertradisi sebagai keturunan Abraham dan berleluhur seorang bapak dengan 12 anak). Di antara orang Ch'iang, terdapat tradisi mengoleskan darah pada ambang pintu demi keselamatan dan keamanan rumah, pernikahan ipar, tudung kepala bagi wanita, memberi nama anak pada usia 7 hari hingga menjelang malam ke-40.
----- Original Message -----
From: Wikan Danar Sunindyo
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 20, 2011 1:37 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Surah Al Baqarah, Ayat 62
Pak Nur saya mau nanya
apakah raja iskandar dari macedonia yang membakar persepolis itu sama
dengan iskandar zulkarnaen yang diceritakan di alquran?
salam
--
Wikan
2011/10/20 H. M. Nur Abdurrahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
> Kalau kita perhatikan sejarah, bahwa Raja Parsi Cyrus yang taat beragama Zarathustra, yang mengembalikan ke Palestina komunitas Bani Israil yang ditawan di Babilonia, maka saya lebih cenderung berpendapat bahwa Shaabi.iin adalah para penganut agama Zarathustra. Boleh jadi (mungkin ya atau tidak) Zarathustra ini seorang Nabi, hanya saja sulit untuk melacaknya, oleh karena Kitab Suci mereka, yaitu Gatha telah ikut terbakar semua tatkala Iskandar Raja Macedonia membakar habis ibu kota Kerajaan Parsi, yaitu Percepolis, sehingga Kitab Suci agama Zarathustra hanya berupa rekaman ingatan dari para pendetanya. Ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: "Kembali ke Gatha", mereka ini berkeyakinan Zatahustra tidak mengajarkan dua tuhan: Tuhan Terang Ahura Mazda (ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam.
[Non-text portions of this message have been removed]