Advertising

Monday 31 October 2011

[wanita-muslimah] Ironi Diplomasi TKI

 

www.gatra.com/nasional-cp/1-nasional/3507-ironi-diplomasi-tki

Ironi Diplomasi TKI

Sabtu, 15 Oktober 2011 09:18

Indonesia adalah negeri budak

Budak di antara bangsa

Dan budak bagi bangsa-bangsa lain

(Pramoedya Ananta Toer)

Kutipan dari salah satu karya Pramoedya, pujangga modern Indonesia, itu terkesan sarkastis. Namun begitulah kenyataannya jika menyoroti persoalan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sebagian besar dari ratusan ribu TKI yang tersebar di seluruh dunia berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Pekerjaan yang dahulu diserahkan kepada para 'budak'.

Maka tak heran jika sebagian TKI diperlakukan bak seorang budak. Dianiaya, diperkosa dan didzolimi. Ketika mereka melawan untuk melindungi harkat dan martabatnya sebagai manusia, ia kemudian menghadapi ancaman nyawa. Bahkan sistem hukum yang menjadi acuan bangsa-bangsa modern pun tidak berpihak kepada mereka.

Itulah yang terjadi pada Ruyati, Tursilawati dan para TKI lain yang terancam hukum mati. Sebagian memang lantaran terjerat kasus narkoba dan kriminal. Tapi tak jarang pula karena membela diri dari perlakuan 'perbudakan' modern.

Sungguh teriris hati kita menyimak data yang disodorkan oleh pimpinan DPR RI terkait hukuman mati (TKI) yang berada di luar negeri. Menurut wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, saat ini diperkirakan sebanyak 218 TKI terancam hukuman mati di beberapa negara. Di antaranya 151 orang di Malaysia, 43 orang di Arab Saudi, 22 di China dan 2 di Singapura dua orang. TKI yang berada di Arab Saudi, kata "Sebanyak lima orang TKI di Arab Saudi sudah divonis pancung," kata Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (14/10/2011). Sementara di Malaysia sebagian besar dalam proses hukum karena kasus narkoba.

Sedangkan TKI yang berada Singapura sampai saat ini juga masih dalam proses hukum. Yang menarik, Di China hukuman mati untuk TKI diubah menjadi seumur hidup, lalu diubah lagi menjadi 20 tahun penjara karena berkelakuan baik.

Tampaknya, hukum di China terkesan lebih beradab ketimbang hukum di Arab Saudi yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Kasus terbaru di Arab Saudi menimpa seorang TKI bernama Tuti Tursilawati. Ia didakwa bersalah karena diduga membunuh majikan yang mempekerjakannya.
Kementerian Luar Negeri RI dan Satgas yang bekerja untuk advokasi perlindungan TKI mengungkap bahwa Tuti membunuh akibat mengalami kekerasan sehari-hari dan ancaman perkosaan. Toh ia tetap dinyatakan bersalah dan tidak mendapat maaf dari keluarga korban.

Eksekusi direncanakan dilakukan setelah perayaan Idul Adha atau diperkirakan bulan November. Banyak pihak mendesak pemerintah RI, melalui Kementerian Luar Negeri dan Satuan Petugas pengawas TKI, memberikan info yang jujur, benar dan secepatnya kepada keluarga Tuti.
Proses hukum Tuti sudah hampir final dan cara untuk menghindarkan Tuti dari hukuman mati adalah dengan pemberian maaf dari keluarga majikan. Karena itu, pemerintah harus mengupayakan permohonan kepada keluarga korban untuk memaafkan Tuti.

Pemerintah diharapkan segera menangani permasalahan Tuti agar kasus seperti Ruyati tidak terulang, sehingga mencoreng nama diplomasi Indonesia di mata dunia.

Beberapa anggota Dewan rupanya geram dengan pemerintah yang terkesan lamban menangani penyelesaian kasus TKI di Arab Saudi. Karena itu, sejumlah politisi DPR dari lintas partai dan komisi mendeklarasikan terbentuknya Kaukus TKI di Gedung DPR Senayan, Jakarta, pada Jumat kemarin.
Sepertinya negeri ini terjebak dengan Ironi TKI. Sistem 'perbudakan' modern itu menjadi drama di panggung ekonomi hingga politik. Namun, derita TKI di negeri orang sepertinya tidak akan kunjung selesai. Mereka tetap saja menjadi korban perlakuan biadab dari majikannya di negeri seberang.

Tragisnya, para TKI itu luput dari perlindungan negara. Buktinya, ada TKI yang dibunuh majikannya, tetapi baru diketahui setelah tiga tahun kemudian.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah nasib para pahlawan devisa negara ini. Miris, rekaman tragedi kemanusian terus diputar. Jika kasus ini terus terulang karena tidak ada penanganan serius dari pihak berwenang, maka terbukti sudah perkataan sastrawan besar, Pramoedya Ananta Toer. (HP)

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment