Di pertemuan di suatu desa terpencil di KalTim, membuatku sadar bahwa pembodohan sistimatis sudah lama berlangsung di perdesaan di banyak daerah di Nusantara, dan inilah salah satu yg membuat tatanan sosial berantakan di tengah perubahan urbanisasi yg nyaris tak terkontrol.
Pemetaan sumber air yg dijelaskan Dinas PU menunjukkan bahwa bukit hutan itu SATU2NYA sumber air untuk desa itu dan beberapa desa kecamatan lainnya. Di sana ada waduk yg dibuat semasa Orba utk kampung2 transmigrasi.
Tanya: apakah dinas PU menguras waduk itu membersihkan sedimentasi?
PU: setahu saya nggak pernah.
Tanya: apa penduduk desa tahu ada waduk di atas sana?
Penduduk: tahu sih pernah mendengar sejak kecil, tapi nggak pernah ke atas.
Tanya: apakah pipa2 yg menghubungkan waduk ke desa ini pernah diperiksa, pak Dinas?
PU: setahuku nggak pernah (penduduk desa mengiyakan).
Yaaa, kalau penduduk sendiri, PU, apalagi aparat Camat Bupati - nggak tahu keberadaan sumber airnya sendiri, gimana perusahaan tambang yg dari luar itu tau atau peduli? Dia bikin jalanan lalu merusak pipa2 air, terus penduduk desa demo ke perusahaan minta ganti rugi yg nggak jelas, dibantu ormas nggak jelas - perusahaan dibantu aparat nggak jelas, semuanya nggak jalas gimana persoalan jadi jelas solusinya? Yang ada pada berantem tak berkesudahan?
Yang bapak-ibu harus lakukan adalah cari tahu sumber air kita itu dimana, adakan pemeliharaan berkala dan minta aparat daerah akuntabilitas meyakinkan sumber air itu berfungsi maksimal..dari situ kita akan tau bentuk kerjasama mesti bagaimana.
Hadirin peserta rapat terdiam, mengangguk-angguk...
Ini sama halnya dengan rapat desa di Jawa Barat, dimana beberapa penduduk mengajukan kekuatiran ttg penebangan hutan di bukit desa oleh PTPN dan orang kaya di desanya, diganti kelapa sawit. Keliatannya di antara mereka sendiri nggak yakin ttg dampak kelapa sawit yg menggunduli bukit hutan.
Mereka bertanya ke saya, gimana dampaknya, khususnya pada DAS yg akan mempengaruhi debit air energi mikrohidro mereka. Kutanya balik, apakah mereka tahu sumber air dan DAS dari mana, apakah bukit hutan itu satu2nya di kecamatan mereka (sepertinya iya dilihat dari geografis). Mereka bilang nggak tahu, tapi anak2 mereka diajarin di sekolah ttg sumber air. Kutanya lagi, apa anak2 pernah diajak ke hutan bukit sana? Nggak, katanya. Jadi pelajaran sekolah itu cuma teori saja.
Di rapat pimpinan desa, ternyata permasalahan hutan yg lagi digundulin dan pemeliharaan DAS nggak menjadi perhatian mereka sama sekali, ternyata lebih tertarik pada aspek politik siapa dapet apa atau melakukan apa.
Salam
Mia
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
0 comments:
Post a Comment