Advertising

Sunday, 4 March 2012

[wanita-muslimah] [Dokumen Tercecer] Pernikahan Pertama SBY Sebelum Masuk Akabri

 

Sumber: http://forum.kompas.com/nasional/47839-cikeasleaks-pernikahan-pertama-sby-sebelum-masuk-akabri.html

Cikeasleaks: Pernikahan Pertama SBY Sebelum Masuk Akabri

    sharing issue dari forum sebelah yang sebenarnya pernah beredar baik oleh Zainal Maarif, Jendral R. Hartono, maupun tertuang dalam bukunya Letjen Sintong Panjaitan

    "KISAH 2 PUTRI PRESIDEN SBY "

    Kisah ini bermula pada tahun 1968, saat seorang anak tentara bernama Susilo Bambang Yudhoyono, yang akrab dipanggil Sus oleh teman dan keluarganya, lulusan SMA Negri Pacitan Jawa Timur.

    Sus yang sekarang lebih akrab dipanggil SBY kemudian melanjutkan kuliah disalah satu universitas negri di kota Surabaya.

    Di Surabaya inilah SBY menimba ilmu, dan sebagaimana remaja pada umumnya, banyak berkenalan dengan berbagai wanita. Diantaranya para wanita terdapat seorang wanita berdarah campuran Jawa-Philipina yang bernama Ida, mereka memadu kasih dan berikrar untuk setia sehidup-semati.

    Dan pada tahun itu pula mereka melangsungkan pernikahan disebuah kantor catatan sipil diJakarta.

    Dampak pernikahan tersebut, kuliah Sus pun terganggu dan berantakan, apalagi saat itu Sus belum memperoleh penghasilan tetap. Seiring perjalanan mahligai rumah-tangganya, Sus dan Ida dikaruniai 2 orang puteri dari perkawinan tersebut,yang bernama Adinda dan Devi.

    Beban hidup pun semakin terasa beratnya. Kemudian mereka pindah ke Malang, Sus melanjutkan pendidikannya, dengan kuliah di-Pendidikan Guru SLP (PGSLP).

    ~ Masuk Akabri meninggalkan anak dan istri.

    Pada tahun 1970 Sus (SBY) mencoba peruntungan nasibnya dengan berniat memperbaiki masa depannya dengan mengikuti seleksi menjadi kadet Akabri, sekaligus melanjutkan cita-cita masa kecilnya serta memenuhi harapan ayahanda nya. Namun apa daya, salah satu persyaratan adalah calon Kadet / Taruna Akabri tidak diperbolehkan beristri (status lajang). Sus pun meminta pengertian istrinya, Ida agar ihklas untuk 'Menyembunyikan status perkawinan mereka' demi kelancarannya mengenyam pendidikan agar di Akabri.

    Alhasil, SBY akhirnya diterima masuk dan terdaftar di Akabri.

    Bak gayung bersambut SBY rupanya menjadi perhatian sebagaian besar pada pendidik.

    Selain tampan, SBY ternyata adalah Taruna yang cerdas dan pandai mengambil hati .

    Tak disangka Gubernur Akabri saat itu (alm.Letjend TNI-AD. Sarwo Edi Wibowo) pun terpukau dengan kecerdasan dan ketampanannya. Hingga tak jarang SBY dan kawan-kawan Tarunanya kerapkali bertandang dan melapor segala sesuatu hal kerumah sang jenderal.

    Tak terasa, SBY pun rupanya telah melupakan istri dan dua anaknya ketika salah satu putri sang jenderal menarik perhatiannya. Apalagi SBY segera mendapat 'lampu hijau' dan direstui untuk berpacaran dengan putri sang jenderal yang bernama Christiani yang kini akrab disapa Ani.

    ~ SBY menikah dengan ANI.

    Selesai pendidikan AKABRI pada tahun 1973

    SBY tercatat sebagai lulusan terbaik dengan pangkat Letnan Dua.

    Dan setahun kemudian, tepatnya tahun 1974 SBY bertunangan dengan Ani yang dianggap sebagai "jalan Tuhan" yang harus dia tempuh kalau karir militernya mau lancar dan bersinar.

    Tahun 1976 SBY pun akhirnya secara resmi menikahi Ani dengan 'Status Bujangan'.

    Entah setan apa yang waktu itu menguasainya, sehingga istri dan kedua anaknya seolah dianggap tidak pernah ada.

    Bahkan hingga ke 2 puteri nya membutuhkan tunjangan hidup mereka sehari-hari pun tidak pernah dimasukkan dalam daftar tanggungan keluarga anggota TNI-AD.

    Selang beberapa tahun kemudian pada saat SBY dan Ani sudah dikarunia seorang anak laki-laki bernama Agus Hari Murti, saat itulah keberanian SBY muncul untuk berterus terang tentang kebohongan nya selama ini pada Ani, dengan mengatakan bahwa sebelumnya dia sudah pernah menikah dan sudah punya 2 orang puteri.

    Bak disambar petir di siang bolong Ani kaget, terkejut, marah, panik dan frustasi.

    Bahkan mahligai rumah tangga nya pun, gonjang ganjing terancam bubar.

    Namun turut campurnya peran fihak keluarga mereka yang segera turun tangan demi menyelamatkan karir dan rumah tangga, serta nama besar keluarga, SBY diharuskan segera menceraikan istri pertama.

    SBY pun segera menceraikan Ida dan berjanji untuk bertanggung jawab soal kehidupan kedua puteri nya. Namun untuk mendapat santunan hidup sebagai jaminan masa depan itu Ida harus bersedia menerima kesepakatan bahwa mereka tidak akan menuntut status sebagai mantan istri dan anak-anak kandung SBY sampai kapanpun.

    Ida pun kemudian menikah lagi dengan WNA Jerman dan bermukim di Jerman.

    Sementara Dinda dan Devi tetap di Indonesia bersama keluarga ibunya yang tinggal diJakarta.

    Dan waktu pun berjalan terus, sebagai tentara cerdas sekaligus menantu seorang jenderal saat itu, karir SBY pun semakin bersinar. Problema rumah tangga terlewati sudah, kebahagiaan rumah tangganya dengan Ani bahkan semakin bertambah dengan hadirnya anak laki-laki ke 2 yang diberi nama Edhi Baskoro.

    ~ Kekecewaan ADINDA dan DEVI

    Tahun 1990 sewaktu SBY menjabat Kepala Staff Teritorial TNI-AD, Adinda memohon kepada SBY agar sebagai ayah bersedia menjadi wali nikahnya. Karena saat itu Adinda sendiri akan dipersunting seorang pria pujaannya yang bernama Danang, putera dari Ir. H. Lukman Hakim (mantan Kepala Divisi Produksi Pertamina).

    SBY pun tak keberatan, bahkan pernikahan dilangsungkan dirumah dinas SBY diCilangkap secara sederhana.

    Namun kebahagiaan Adinda mendadak sirna ketika SBY ternyata tetap tidak mau mengakuinya sebagai anak. Karena pada para tamu SBY mengaku bahwa Adinda adalah keponakannya. Adinda sangat terluka saat itu. Devi sang adik juga yang mendengar perkataan SBY pun sangat sedih.

    Meski terikat janji sang bunda (Ida) bahwa mereka tidak akan menuntut status.

    Namun tentulah Adinda dan Devi ingin mendapatkan kasih sayang seorang ayahanda.

    Mengapa sang ayah (SBY) begitu tega memutar-balikkan fakta, dengan mengatakan mereka hanya keponakan ?

    Adinda dan Devi pun akhirnya sadar, mereka bukan siapa-siapa, mereka sedih tak berdaya, namun hati nurani selalu bertanya, bukankah mereka juga anak yang sah ? Bukankah mereka juga berhak mendapatkan pengakuan sebagaimana layaknya seorang anak ?

    Ironisnya, inisial mereka berdua, Adinda dan Devi, juga tak tertulis dalam riwayat hidup sang ayah (SBY), saat tampil mencalonkan diri sebagai Capres 2004.

    Dan saat arsip dinas dan kenegaraan juga tak pernah mencantumkan nama mereka, Adinda dan Devi harus bisa menerima kenyataan tersebut. Namun pada saat hak azasi mereka terus dikucilkan secara tak wajar dari sebagaimana layaknya kepribadian seseorang yang kini jadi figur kepemimpinan sebuah bangsa.

    Jelas saja, melahirkan protes yang selama ini terkubur dalam-dalam oleh 2 puteri yang kerap teraniaya .

    Apalagi semua harta ayah mereka dikuasai atas nama ibu tirinya, ibu Ani, yang membuat mereka tidak bisa menerima lagi semua kenyataan ini.

    ~ ADINDA menggugat ayahnya

    Janji untuk menjamin masa depan sebagai komitmen keluarga pasca perceraian ibunya. ternyata juga jarang mereka dapatkan. Akibatnya Adinda memberanikan diri menggugat ayahnya secara perdata dengan menyewa pengacara dalam pembagian harta gono gini.

    Di pengadilan Adinda memenangkan perkara dan memperoleh dua rumah di Pondok-Indah dan menteng Jakarta pusat, kedua rumah tersebut tidak mereka tempati dan dkontrakkan saja hingga saat ini.

    Saat ini Adinda hidup sebagai orang biasa yang jauh dari publitas media, tinggal bersama suami dan anak-anakya dikawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Adinda adalah alumni Universitas Trisakti dan bekerja sebagai konsultan pada sebuah perusahaan pertambangan. Suaminya Danang Bin H.Ir Lukman Hakim, pegawai di Kementerian Pertahanan sebagai Kepala Litbang. Mereka hidup rukun dan banyak dibimbing oleh pamannya Dr. Sofyan Sauri (adik dari Lukman Hakim). Sedangkan adiknya Devi tinggal di Amerika-Serikat namun tidak banyak diketahui aktifitasnya dan kehidupannya saat ini.

    ~ Janji Ibu ANI kepada ADINDA

    Dan pada saat SBY membutuhkan dukungan pencitraan menjelang Pilpres 2004 dan 2009 ibu Ani sering kali menghubungi via telepon pada Adinda dan ibunya di Jerman, agar tidak usah mengungkap dan meributkan status mereka di dalam keluarga SBY. Karena Ani sangat kawatir jika masalah itu bisa mempengaruhi popularitas dan citra SBY, lebih -lebih saat menghadapi Pilpres.

    Ibu Ani menjanjikan bahwa status mereka akan diselesaikan dan diungkap setelah SBY tidak lagi menjabat sebagai Presiden Republik-Indonesia. Mereka secara resmi akan dicantumkan dalam daftar keluarga SBY.

    Maka untuk saat ini mereka disarankan untuk tetap bersabar sebelum dicantumkan sebagai anak kandung dalam daftar keluarga secara resmi.

    ~ TUTUP KASUS ITU , BERAPA PUN BIAYA NYA

    SBY sangat sensitif dalam menanggapi setiap berita ataupun pernyataan dari beberapa sumber yang mengungkit masalah ini. Terhadap siapapun yang mempersoalkan hal tersebut. SBY langsung menugaskan TIM dan para intelnya untuk membungkam.

    Masyarakat mungkin sudah lupa dengan pernyataan anggota DPR-RI Zainal Maarif yang sudah melaporkan kasus pernikahan SBY tersebut. Setelah didekati Zainal Maarif belakangan mencabut laporan dan meminta maaf. Dan aneh dia bahkan diangkat menjadi Kader Partai Demokrat dan mendapat fasilitas signifikan.

    Demikian juga Jenderal TNI (purn) R.Hartono yang pernah mengungkap masalah pernikahan tersebut, ditaklukkannya dengan pendekatan-pendekatan material finansial dan ancaman pengungkapan rahasianya. TIM SBY juga sudah tak terhitung berapa kali melakukan operasi media dengan membungkam media massa dengan dana yang sangat besar.

    Dibalik potret keluarga ideal Kepala Negara ternyata tersimpan kisah 'Penghianatan Cinta, Kasih dan Sayang'. Kebohongan yang dilakukan bukan hanya dilakukan terhadap keluarga, tetapi terhadap seluruh Rakyat, Korps TNI-AD, Bangsa dan Negara. Namun pengungkapan kebohongan dan penghianatan ini selalu harus berhadapan dengan kekuasaan, sebagian besar berhasil disumpal dengan uang dan kuasa, selebihnya tiarap karena juga akan diungkap balik rahasia dan kejahatannya.

    Setelah "Drama Century" dan "Sinetron Nazaruddin" , akankah sepenggal kisah keluarga, yang pantas diindikasikan sebagai 'PETUALANG PENJAHAT KELAMIN' akan kah menjadi pelajaran bagi rakyat Indonesia ? ataukah hanya akan menjadi hiburan ala sinetron di tengah kesulitan hidup rakyat jelata ?

    Salam Kejujuran Anak negeri,

    SELANGKAH MAJU PANTANG TUK RAGU !

    Oleh : " Rakyat Bersatu "
   
***

Dugaan Kuat SBY dan Boediono Terlibat Konspirasi Kasus Century!

 
Dahulu di era Ordelama dan Ordebaru masyarakat Indonesia sangat berhati-hati untuk mendiskreditkan nama Presidennya. Kini setelah kita menginjak era Reformasi, maka kebebasan berpendapat memberikan lapak kritik bagi masyarakat untuk menilai pejabat pemerintah termasuk Presidennya.

Seperti umum mengetahui kasus BLBI dan kasus Century dua kasus manipulasi yang menyeret banyak pejabat pemerintah dan sampai saat ini belum tuntas selesai, apalagi kasus Century.

Dengan berani, Misbakhun, Anggota Tim 9 Inisiator Hak Angket Century terang-terangan menuding Presiden SBY dan Wapres Boediono terlibat dalam kasus Bank Century. ini   Dan yang paling membuat kita terhenyak, bahwa bukti-bukti tentang keterlibatan kedua pemimpin negara ini ada.

Pak SBY dan Boediono, menurut Misbakhun dan Hendrawan Supratikno yang anggota Pansus Bank Century dan politisi dari PDI-P menyatakan,   bahwa kedua pemimpin ini harus mempertanggung jawabkan pelanggaran hukum yang mereka lakukan atas pencairan dana senilai Rp.6,7 Triliun.

Data-data dan dokumen pada keputusan hak angket DPR terhadap kasus Century, telah jelas-jelas menggelar adanya pelanggaran hukum penggelontoran budget Century. Presiden SBY, dalam dokumen tersebut jelas-jelas mengetahui konspirasi  dan menyetujui proses pencairan dana Century.
Wah, ramai nih.

Menurut pengamatan saya pribadi, bila KPK yang selama ini sudah menerima hasil angket dari Pansus Century bahwa di dalamnya tercantum nama-nama petinggi negara yang terlibat, seharusnya lebih berani untuk menggelar ke ranah publik. Dan tidak bertindak seakan-akan tidak tahu atau melindungi. Semakin KPK tidak menyentuh, maka semakin tajam kritikan masyarakat kepada lembaga KPK yang selama ini dinilai memang sering memihak birokrasi ketimbang menjalankan fungsinya sebagai lembaga independen. Dan semakin lemah eksistensi KPK.

Pernyataan Hendrawan Supratikno memang mendukung klarifikasi Misbakhun. Bahwa yang dinyatakan oleh Misbakhun adalah benar adanya. Yaitu adanya bukti-bukti cukup kuat untuk menetapkan bahwa Presiden RI -SBY dan Wapres Boediono terlibat dalam kasus Century.ini

Mari kita melihat dua perbedaan hasil  analisa dan pendapat dari tiga (3) tim untuk kasus Century;

1.  Tim 9 Inisiator Angket Century, menyatakan bahwa SBY dan Boediono terlibat langsung konspirasi penggelontoroan dana Century Rp.6,7 Triliun

2. Pansus Bank Century DPR, lewat anggotanya Hendrawan Supratikno  menyatakan banyak sekali bukti-bukti yang mengarah kepada terlibatnya Pak SBY dan Boediono dalam kasus Century.

Selain bukti-bukti dokumen yang menguatkan juga Keputusan Hak Angket DPR yang  menyatakan adanya pelanggaran hukum pada pencairan dana bailout Rp.6,7 Triliun.

3. PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Tranksaksi Keuangan), menyatakan berdasarkan hasil audit bailout Bank Century, terlihat tidak ada satupun nama-nama petinggi negara yang terlibat, dan tidak terlihat keganjilan yang dapat mendiskreditkan nama Pak SBY dan Pak Boediono dalam kasus Century.
Bahkan PPATK menyatakan berita itu semuanya bohong belaka dan tidak berdasar.

Tentunya kita bertanya, mengapa hasil audit dari PPATK  bisa bertolak belakang dengan hasil dokumen dan bukti-bukti kuat dari Tim 9 Inisiator Angket Century dan Pansus Century DPR. Sampai saat ini KPK sepertinya berkelit terus soal kasus ini, siapakah yang mendikte KPK agar kasus Century tidak dilanjutkan sampai tuntas.

Menurut Ibu Lily Chadijah Wahid dari anggota parpol PKB, pernah menyatakan dalam wawancara dengan reporter Metrotvnews dalam acara Breaking news,  bahwa tidak banyak orang mengetahui bahwa Wapres Boediono itu sebenarnya telah melakukan tiga (3) kali bailout. Pertama ketika beliau masih memegang jabatan sebagai Direktur Analisa BI, bailout yang dilakukan sekitar Rp.700 Triliun lebih,  kedua ketika beliau menjadi Menteri Keuangan pada masa kepemimpinan Ibu Megawati, dimana dilaporkan negara mengalami kerugian sekitar Rp.300 Triliun lebih. Dan ketiga ketika beliau sudah menjabat Wapres RI.

Saya cantumkan Link yang tidak bisa dibuka kembali (http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/03/03/100771/Lily-Wahid-hampir-3-kali-Boediono-lakukan-bailout)

Yang membuat kita cukup prihatin mengapa SBY tidak mendukung niat baik dan kerja sama  Pansus Century, Tim 9 InisiatorAngket Century, dan KPK dalam usaha mereka untuk membuat transparan kasus ini, apa yang beliau sembunyikan? Siapa yang harus beliau lindungi?Justru dengan tindakan ini Pak SBY telah menghambat perkembangan Partai Demokrat sendiri yang seharusnya lebih banyak lagi mengumpulkan kepercayaan masyarakat pemilih. Membiarkan publik berspekulasi, maka sama saja menempatkan Partai Demokrat semakin dalam dalam problema. Dan itu berarti, kesempatan makin minim untuk pengumpulan suara. Golkar kini semakin yakin, bahwa mereka akan bisa memenangkan kontes Capres 2014.
Atau pak SBY memakai kasus Century ini sebagai "kartu truf" langkah Partai Demokrat kearah 2014. Siapa yang akan dikorbankan?

Pengawas kasus Bank Century DPR kini mempertanyakan transkrip dari hasil teleconference yang tidak pernah sampai kepada alamatnya di DPR. Kemana? Kesimpulannya memang kasus Century ini diusahakan untuk tidak dibuka secara transparan, karena akan mencederai legitimasi petinggi negara.

Dan meskipun KPK sudah meminta keterangan dari sejumlah nama pejabat pemerintah sebagai kelengkapan proses pemeriksaan kasus Century, tetap saja KPK sampai detik ini "belum berani" menetapkan siapa tersangka paling kuat dalam kasus ini. Apakah KPK juga kena warning!

Pertanyaan kita memang layak, apakah Capim KPK yang kini sedang menjalani uji kelayakan Capim KPK semuanya berniat untuk menyelesaikan kasus Century? atau programa ini sengaja dicoret dari daftar uji kelayakan. Busyro Moquddas akan mengakhiri periode jabatannya selaku ketua KPK sampai bulan desember 2011 ini, setelah itu akan ditentukan siapa ketua KPK yang baru. Apakah Ketua KPK yang baru  bisa memberi kepastian hukum kepada masyarakat, bahwa oknum yang melakukan bailoput pada dana talangan Century ini bisa ditangkap. Jangan-jangan belum apa-apa para Capim KPK sudah mendapat "amplop pesanan" untuk tidak memasukkan kasus Century dalam agenda kinerja mereka selaku ketua KPK.

Menutup perkara  Kasus Century, seperti yang ditawarkan oleh Benny K.  Harman pada waktu yang lalu, oleh karena KPK dan Kejagung belum menentukan sikap terhadap kasus ini. Saya kira bukan solusi bahwa kita mendidik pemerintah ini menjadi pemerintahan yang jujur dan mendukung bersih KKN.
Justru kita melindungi oknum yang membohongi rakyat dan bangsa ini.

>  Telah ditemukan fakta-fakta baru oleh BPK dalam audit forensik kasus Century
>  Telah cukup bukti-bukti dokumen oknum siapa-siapa saja yang terlibat

Lalu, tunggu apalagi KPK kita?

Kekuasaan itu memang sangat membius
makanya sulit seseorang untuk melepaskannya


sumber : http://hukum.kompasiana.com/2011/12/01/dugaan-kuat-sby-dan-boediono-terlibat-konspirasi-kasus-century/


__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment