Ref: Apakah masalahnya karena selama ini kekuasaan negara berada dalam tangan non-Muslim dan oleh sebab itu ormas Islam pejuang kemerdekaan terpinggirkan?
Tuesday, 28 August 2012 12:40
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
"Saat ini, pemerintah lebih memberikan keistimewaan terhadap partai daripada ormas. Padahal ormas Islam yang sejak awal sudah gencar dalam upaya merebut kemerdekaan. Akibatnya, agama semakin termarjinalkan, dan politik didewakan," kata KH Syadeli Karim, saat halal bil halal dan diskusi kemerdekaan di Serang, Senin (27/8).
Menurut Syadeli, saat politik yang dibesar-besarkan, nilai-nilai kemerdekaan yang seharusnya dapat menjaga kerukunan umat beragama terpinggirkan. Padahal seharusnya, kata dia, nilai-nilai tersebut menjadi acuan kebersamaan, untuk menghapus penjajahan manusia terhadap manusia lainnya.
Ia menjelaskan, fakta sejarah menunjukkan kemerdekaan Republik Indonesia sumbangan terbesarnya dari ulama dan santri. Sebabnya pergerakan kemerdekaan, terutama di wilayah Banten dipelopori kalangan pesantren melalui jaringan tarekatnya, seperti KH Wasyid tokoh geger Cilegon, Syeikh Asnawi Caringin, dan Abuya Mukri di Labuan dan lain sebagainya.
"Mereka berangkat dari pesantren dan surau-surau, kemudian bersatu berjuang mengusir penjajah," kata Sadeli dalam diskusi yang diselenggarakan koalisi pergerakan Banten..
Sementara Ketua Umum Majlis Pesantren Salafiyah (MPS) Banten, KH Matin Syarkowi mengatakan, kerangka Indonesia merdeka bukan dari parpol merupakan fakta sejarah. Indonesia menjadi negara merdeka, sumbangan terbesar dari ulama dan santri. Namun demikian, justru ada pembelokan sejarah yang dilakukan oleh Orientalis Snock Hurgronje, dengan mengganti istilah ulama dan santri dengan pedagang dan petani.
"Dahulu yang Belanda takuti adalah gerakan underground yakni gerakan tarekat Qodariyah naqsabandiyah karena memiliki pengikut yang taat terhadap guru dan terorganisasi dengan bagus," kata Matin.
Menurut dia, ketidakpahaman terhadap sejarah kemerdekaan RI, akan berbahaya bagi generasi muda. Sebab nantinya akan mengikis nilai-nilai keindonesiaan yang semakin hari tergerus oleh budaya asing yang gencar masuk melalui tayangan media.
Sedangkan pengamat sejarah, Nadjmudin Busro mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan hasil "jerih payah para pendahulu yang telah lama berjuang" membela kemerdekaan jauh sebelum proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Ia mengatakan, yang paling pertama menggelorakan pergerakan pemuda sebegai pelopor pergerakan untuk kemerdekaan bukan Budi Utomo pada 1908, tapi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada 1905.
"Para tokoh muda dan kalangan ulama mewarnai perjuangan kemerdekaan RI. Waktu itu, para ulama bermimpi agar umat Islam bersatu padu dalam melawan penjajahan," kata Najmudin Busro.
Oleh karena itu, kalangan ulama dan pemimpin ormas Islam saat ini harus bersatu kembali dalam mengisi kemerdekaan, menata kembali kebersamaan dalam kerangka keislaman yang rahmatan lilalamiin di dalam NKRI yang berlandaskan Pancasila.
Halal Bihalal dan Seminar Kebangsaan tersebut dihadiri puluhan peserta dari kalangan mahasiswa dan para santri di Provinsi Banten. [TMA, Ant]