Ref: Seandainya mereka yang masih hilang ini sudah dimatikan, lantas seterusnya apa yang harus dibuat selain dikuburkan?.
Sejumlah Warga Syiah masih Hilang
Penulis : Hafizd Mukti
Kamis, 30 Agustus 2012 20:24 WIB
Antara/Saiful Bahri/v
SAMPANG--MICOM: Empat hari pascapenyerangan kelompok Sunni terhadap Syiah di desa Bluuran dan Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, masih terdapat sekitar 19 orang yang hilang. Sepanjang Kamis (30/8), relawan dan petugas setempat berhasil menemukan dua korban yang berasal dari Desa Bluuran yang disembunyikan untuk keselamatan oleh kelompok Sunni yang juga masih sanak familinya. Total pengungsi saat ini berjumlah 278 jiwa atau 66 kepala keluarga.
"Menurut informasi yang didapatkan dari pengungisi ada sekitar 19 orang lagi yang tidak terlihat keberadaannya di Gor Sampang, nah ini harus di cek kelapangan. Kebanyakan mereka sembunyi di rumah-rumah warga atau disembunyikan orang-orang Sunni yang tidak sedikit merupakan keluarga mereka," ujar Koordinator Relawan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Denny Yudawan kepada Media Indonesia, di Sampang, Madura (30/8).
Media Indonesia yang sempat ikut dalam pencarian pengungsi Kamis kemarin melihat, memang tidak mudah untuk mencapai lokasi kerusuhan yang berjarak 30 kilometer dari pusat Kota Sampang. Kendaraan yang digunakan pun harus menggunakan mobil gardan ganda agar mempermudah proses evakuasi, karena medan jalan yang berbatu.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam tersebut tidak sepenuhnya bisa ditempuh kendaraan, karena sisa perjalanan tidak memungkinkan sehingga dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 3 kilometer ke titik penjemputan dengan didampingi keluarga korban yang telah berada di Gor Sampang sebagai penunjuk jalan.
Penjemputan pun akhirnya berhasil dilakukan dengan pengawalan ketat pihak Brimob yang bersenjata lengkap, karena ditakutkan akan terjadi kerusuhan ulang. Menurut Denny, pengawalan itu dilakukan karena mereka masih menjadi incaran pihak-pihak yang tidak suka dengan keberadaan mereka.
"Mereka masih pemuda (dua orang ini). Tadi pun mereka ingin mengajak orang tuanya untuk ikut ke Gor tapi tidak mau, karena harus menjaga kebun tembakau atau ternak mereka," ujar Denny.
Dari informasi intelijen kepolisian yang didapatkan Media Indonesia, evakuasi semua korban, khususnya pemuda, lebih baik dilakukan secara tertutup, karena banyak warga Sunni yang akan menandai setiap orang yang keluar dari desa tersebut.
Meskipun kondisi sudah mulai kondusif berkat penjagaan pasukan Brimob dan juga TNI, banyak warga yang lebih memilih tetap di pengungsian, karena masih banyak isu adanya penyerangan kembali.
Dari penelusuran yang dilakukan, Desa Bluuran dan Karang Gayam merupakan dua desa yang terdiri atas dua kelompok Syiah dan Sunni yang berbaur, bahkan sebelum pecahnya kerusuhan, dalam satu keluarga menjadi suatu masalah jika ada perbendaan keyakinan terkait mahzab Syiah-Sunni.
"Di sini berbaur antara Syiah dan Sunni, ayahnya ada yang Syiah ibunya Sunni dan anak-anak bebas memilih apa pun. Tapi ini sudah dipolitisasi banyak kepentingan. Dan masyarakat di Madura ini nurut sama kiai, bahkan mereka akan mengabaikan perintah pihak keamanan dan bupati. Ini sudah berbau politik," ujar informan intelijen kepolisian.
Kesulitan lain untuk mengungkap siapa dalang dari kerusuhan ini adalah karena faktor budaya. Dimana masyarakat Sampang lebih memilih untuk diam meskipun mengetahui kejadian yang sebenarnya, sehingga seringkali tidak terbukti di pengadilan. (Pit/Gozi/OL-10)
"Menurut informasi yang didapatkan dari pengungisi ada sekitar 19 orang lagi yang tidak terlihat keberadaannya di Gor Sampang, nah ini harus di cek kelapangan. Kebanyakan mereka sembunyi di rumah-rumah warga atau disembunyikan orang-orang Sunni yang tidak sedikit merupakan keluarga mereka," ujar Koordinator Relawan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Denny Yudawan kepada Media Indonesia, di Sampang, Madura (30/8).
Media Indonesia yang sempat ikut dalam pencarian pengungsi Kamis kemarin melihat, memang tidak mudah untuk mencapai lokasi kerusuhan yang berjarak 30 kilometer dari pusat Kota Sampang. Kendaraan yang digunakan pun harus menggunakan mobil gardan ganda agar mempermudah proses evakuasi, karena medan jalan yang berbatu.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam tersebut tidak sepenuhnya bisa ditempuh kendaraan, karena sisa perjalanan tidak memungkinkan sehingga dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 3 kilometer ke titik penjemputan dengan didampingi keluarga korban yang telah berada di Gor Sampang sebagai penunjuk jalan.
Penjemputan pun akhirnya berhasil dilakukan dengan pengawalan ketat pihak Brimob yang bersenjata lengkap, karena ditakutkan akan terjadi kerusuhan ulang. Menurut Denny, pengawalan itu dilakukan karena mereka masih menjadi incaran pihak-pihak yang tidak suka dengan keberadaan mereka.
"Mereka masih pemuda (dua orang ini). Tadi pun mereka ingin mengajak orang tuanya untuk ikut ke Gor tapi tidak mau, karena harus menjaga kebun tembakau atau ternak mereka," ujar Denny.
Dari informasi intelijen kepolisian yang didapatkan Media Indonesia, evakuasi semua korban, khususnya pemuda, lebih baik dilakukan secara tertutup, karena banyak warga Sunni yang akan menandai setiap orang yang keluar dari desa tersebut.
Meskipun kondisi sudah mulai kondusif berkat penjagaan pasukan Brimob dan juga TNI, banyak warga yang lebih memilih tetap di pengungsian, karena masih banyak isu adanya penyerangan kembali.
Dari penelusuran yang dilakukan, Desa Bluuran dan Karang Gayam merupakan dua desa yang terdiri atas dua kelompok Syiah dan Sunni yang berbaur, bahkan sebelum pecahnya kerusuhan, dalam satu keluarga menjadi suatu masalah jika ada perbendaan keyakinan terkait mahzab Syiah-Sunni.
"Di sini berbaur antara Syiah dan Sunni, ayahnya ada yang Syiah ibunya Sunni dan anak-anak bebas memilih apa pun. Tapi ini sudah dipolitisasi banyak kepentingan. Dan masyarakat di Madura ini nurut sama kiai, bahkan mereka akan mengabaikan perintah pihak keamanan dan bupati. Ini sudah berbau politik," ujar informan intelijen kepolisian.
Kesulitan lain untuk mengungkap siapa dalang dari kerusuhan ini adalah karena faktor budaya. Dimana masyarakat Sampang lebih memilih untuk diam meskipun mengetahui kejadian yang sebenarnya, sehingga seringkali tidak terbukti di pengadilan. (Pit/Gozi/OL-10)
__._,_.___
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
.
__,_._,___
0 comments:
Post a Comment